Ayah Absen? Ini yang Terjadi pada Anak... Lebih dari Sekadar Tidak Percaya Diri

Table of Contents
Ayah Absen? Ini yang Terjadi pada Anak... Lebih dari Sekadar Tidak Percaya Diri


Ayah yang tak hadir dalam kehidupan seorang anak, baik secara fisik maupun emosional, bisa meninggalkan dampak mendalam dan jangka panjang, lebih dari sekadar perasaan kurang percaya diri. Luka akibat ketiadaan sosok ayah ini bisa memengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Mari kita telaah apa saja konsekuensi yang mungkin timbul, serta bagaimana cara membantu mereka yang mengalaminya.

Dampak Ketidakhadiran Ayah Bagi Anak: Lebih dari Sekadar Rindu

Kehadiran ayah punya peran krusial dalam tumbuh kembang anak. Sebuah data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2024 menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan: sekitar 15,9 juta anak di Indonesia berpotensi tumbuh tanpa kehadiran ayah yang memadai. Angka ini jadi alarm bagi kita untuk lebih memahami dampak fatherless dan mencari solusi yang efektif.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang pakar psikologi anak, "Ayah adalah figur sentral dalam pembentukan karakter dan identitas seorang anak. Ketidakhadirannya bisa menciptakan kekosongan yang sulit untuk diisi."

1. Akademis Terhambat: Ketika Semangat Belajar Merosot

Ketidakhadiran ayah seringkali dikaitkan dengan penurunan performa akademis anak. Anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah cenderung menunjukkan hasil belajar yang kurang memuaskan dibandingkan dengan teman-temannya yang memiliki kedua orang tua hadir.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Lifestyle & SDGS Review Vol 5 No 4 (2025) bahkan menemukan adanya korelasi negatif antara ketidakhadiran ayah dengan minat dan keterlibatan anak dalam bidang STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics). Penyebabnya beragam, mulai dari kurangnya dukungan dan motivasi, hingga masalah emosional yang mengganggu konsentrasi belajar.

"Anak-anak butuh dukungan dan bimbingan dari kedua orang tua, termasuk dalam hal pendidikan. Ketika salah satu figur penting absen, anak bisa merasa kehilangan arah dan motivasi," jelas seorang konselor pendidikan. Anak mungkin merasa kurang yakin dengan kemampuan akademiknya, yang pada akhirnya berdampak pada nilai dan prestasinya di sekolah.

2. Sulit Bergaul: Minder dan Canggung dalam Interaksi Sosial

Selain masalah akademis, anak-anak yang tumbuh tanpa peran ayah juga seringkali kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka mungkin merasa sulit membangun hubungan yang sehat, atau bahkan menunjukkan perilaku yang kurang adaptif. Studi dari Journal of Lifestyle & SDGS Review Vol 5 No 4 (2025) juga menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa ayah cenderung mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.

"Anak-anak belajar bagaimana berinteraksi dengan dunia melalui pengamatan dan interaksi dengan orang tua mereka. Ketika ayah tidak hadir, anak mungkin kehilangan kesempatan untuk mempelajari keterampilan sosial yang penting," kata seorang psikolog perkembangan anak. Akibatnya, anak mungkin merasa canggung, tidak aman, atau bahkan cenderung agresif dalam situasi sosial.

3. Kesehatan Mental Terganggu: Luka Batin yang Membekas

Dampak paling serius dari ketidakhadiran ayah adalah terganggunya kesehatan mental anak. Anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah cenderung lebih rentan mengalami masalah seperti kecemasan, depresi, dan gangguan perilaku. Ketiadaan figur ayah dapat memengaruhi pembentukan identitas diri dan kepercayaan diri anak.

"Kehadiran ayah sangat penting untuk mendukung perkembangan emosional dan sosial anak. Ketidakhadirannya bisa meninggalkan luka psikologis yang mendalam," ujar seorang psikolog keluarga. Anak mungkin merasa tidak dicintai, tidak berharga, atau bahkan menyalahkan diri sendiri atas ketidakhadiran ayahnya. Trauma ini dapat berlanjut hingga dewasa dan memengaruhi kemampuannya untuk menjalin hubungan yang sehat dan stabil.

Memulihkan Luka: Harapan bagi Anak yang Tumbuh Tanpa Ayah

Walaupun dampak ketidakhadiran ayah bisa sangat signifikan, bukan berarti anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah tidak bisa meraih kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup. Dengan dukungan yang tepat, mereka bisa membangun resiliensi dan mengatasi tantangan yang dihadapi. Salah satu cara yang efektif adalah dengan membangun hubungan yang aman dan suportif dengan orang-orang di sekitar mereka.

"Sangat penting bagi anak-anak yang tumbuh tanpa ayah untuk memiliki figur pengganti yang bisa memberikan dukungan emosional dan bimbingan," kata seorang terapis anak. Figur ini bisa berupa anggota keluarga lain, seperti ibu, kakek, nenek, atau paman, guru, atau bahkan teman dekat. Yang terpenting adalah anak merasa dicintai, dihargai, dan didukung.

Selain itu, penting juga bagi anak untuk belajar menerima keadaan dan mengelola emosi negatif yang mungkin timbul. Terapi bisa menjadi sarana yang efektif untuk membantu anak memproses perasaan mereka dan mengembangkan strategi coping yang sehat.

"Terapi bisa membantu anak-anak yang tumbuh tanpa ayah untuk memahami bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi," jelas seorang psikolog klinis. Melalui terapi, anak bisa belajar membangun harga diri, meningkatkan keterampilan sosial, dan mengembangkan hubungan yang sehat.

Intinya, kunci untuk memulihkan anak yang tumbuh tanpa peran ayah adalah cinta, kasih sayang, dan dukungan tanpa syarat. Dengan dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dan memberikan dukungan yang dibutuhkan, anak bisa membangun resiliensi, mengatasi trauma, dan mencapai potensi penuh mereka. Proses pemulihan ini memang butuh waktu dan kesabaran. Dukungan berkelanjutan dari keluarga, teman, dan profesional sangat penting untuk membantu anak menavigasi tantangan dan membangun masa depan yang cerah.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.