Kisah Inspiratif Ilmuwan Palestina yang Diprediksi Raih Nobel Kimia 2025

Table of Contents
Kisah Inspiratif Ilmuwan Palestina yang Diprediksi Raih Nobel Kimia 2025


Omar M. Yaghi, ilmuwan kelahiran Palestina, membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk meraih mimpi. Kegigihan dan kecerdasannya mengantarkannya meraih penghargaan tertinggi di bidang sains: Hadiah Nobel Kimia 2025 atas inovasinya dalam menciptakan teknologi pemanen air dari udara. Inovasi ini diharapkan menjadi solusi untuk krisis air bersih global.

Dari Pengungsi Hingga Ilmuwan Kelas Dunia

Lahir di Amman, Yordania, pada tahun 1965, Yaghi tumbuh dalam keluarga pengungsi Palestina yang terusir akibat perang Arab-Israel 1948. Kehidupan masa kecilnya jauh dari kata mewah. Bersama sembilan saudara kandungnya, ia berbagi ruang sempit, bahkan dengan hewan ternak, di sebuah rumah yang belum teraliri listrik.

"Saya dibesarkan dalam keluarga pengungsi. Setiap hari, saya berjalan hampir lima kilometer ke sekolah, pulang dan pergi. Saya mengalami masa-masa yang sangat sulit," kenang Yaghi, seperti dikutip dari Anadolu Ajansi. Ia merasakan betul betapa sulitnya mendapatkan air bersih saat itu. Bahkan, ia harus bangun sebelum fajar hanya untuk membuka keran yang hanya mengalir beberapa jam seminggu.

"Dulu, kami harus sangat berhemat dengan setiap tetes air, karena itu adalah sesuatu yang sangat berharga," tuturnya. Pengalaman inilah yang membentuknya menjadi sosok yang menghargai setiap sumber daya, khususnya air, dan memotivasinya mencari solusi untuk masalah global. Kisahnya menjadi inspirasi bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih impian.

Cinta pada Kimia Bersemi Sejak Dini

Kecintaan Yaghi pada dunia kimia tumbuh sejak usia 10 tahun. Sebuah momen sederhana di perpustakaan sekolah menjadi titik balik hidupnya. Ia menemukan model molekul saat perpustakaan akan tutup. Ketertarikan ini terus berkembang, didukung penuh oleh keluarganya.

Dengan semangat belajar yang tinggi dan dukungan penuh dari keluarga, Yaghi melanjutkan pendidikannya ke Amerika Serikat pada usia 15 tahun. Meski kemampuan bahasa Inggrisnya terbatas saat tiba di New York, semangatnya untuk menuntut ilmu tak pernah padam. Ia melihat pendidikan sebagai jalan untuk mengubah nasib dan memberikan kontribusi positif bagi dunia.

Perjalanan Panjang Pendidikan dan Karier

Yaghi menghabiskan sepuluh tahun untuk menyelesaikan pendidikannya di Amerika Serikat. Ia meraih gelar sarjana dari State University of New York at Albany, kemudian melanjutkan studi dan meraih gelar doktor dari University of Illinois at Urbana-Champaign pada tahun 1990.

Setelah meraih gelar doktor, Yaghi memulai kariernya sebagai peneliti di Harvard University (1990-1992). Pada tahun 1998, ia menjadi asisten profesor di Arizona State University. Karier akademiknya terus menanjak, dan pada tahun 1999, ia diangkat menjadi profesor kimia di University of Michigan, tempat ia mengajar hingga tahun 2006. Sejak saat itu, Yaghi menjadi pengajar di University of California, Berkeley, hingga saat ini. Di Berkeley, Yaghi memimpin penelitian yang inovatif dan terus menghasilkan terobosan baru di bidang kimia material.

Ilmuwan dengan Ratusan Karya Ilmiah

Omar M. Yaghi dikenal sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh di dunia. Hingga saat ini, ia telah menulis lebih dari 300 publikasi ilmiah yang membahas berbagai topik, mulai dari material berpori hingga energi terbarukan. Karya-karyanya telah dikutip lebih dari 250.000 kali.

Selain aktif mengajar dan meneliti, Yaghi juga berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan di tingkat global. Ia mendirikan Berkeley Global Science Institute, yang bertujuan untuk mempromosikan kolaborasi ilmiah. Ia juga menjabat sebagai co-director di Kavli Energy NanoSciences Institute dan Bakar Institute of Digital Materials for the Planet. Yaghi juga merupakan anggota National Academy of Sciences Amerika Serikat dan German National Academy of Sciences Leopoldina.

Inovasi "Menyulap" Udara Jadi Air

Fokus utama penelitian Yaghi adalah merancang material kristalin baru berbasis senyawa logam dan organik. Inovasi ini memiliki potensi besar dalam berbagai aplikasi, termasuk penyimpanan energi, penangkapan karbon, dan pengumpulan air dari udara. Salah satu inovasi terbesarnya adalah pengembangan material yang mampu menyerap air dari udara, bahkan di lingkungan yang kering sekalipun.

Yaghi memimpin proyek Atoco Mission, yang bertujuan untuk mengembangkan sistem yang mampu memanen air bersih langsung dari atmosfer, bahkan di daerah-daerah yang paling kering di dunia. Teknologi ini diharapkan dapat memberikan solusi berkelanjutan untuk masalah kekurangan air bersih. "Kami berupaya menciptakan solusi inovatif untuk tantangan global," kata Yaghi. "Teknologi ini berpotensi mengubah kehidupan jutaan orang."

Deretan Penghargaan Bergengsi

Sebelum meraih Hadiah Nobel Kimia 2025, Omar M. Yaghi telah menerima berbagai penghargaan bergengsi, di antaranya Wolf Prize in Chemistry (2018), King Faisal International Prize in Science (2015), BBVA Foundation Frontiers of Knowledge Award (2017), Tang Prize, dan Balzan Prize (2024). Penghargaan-penghargaan ini adalah bukti dedikasi dan inovasinya dalam mengembangkan teknologi baru.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.