Buku Sejarah Indonesia Baru, Siap Gantikan yang Lama di Kelas?
Pemerintah sedang menyiapkan sebuah proyek ambisius: penulisan ulang sejarah Indonesia dalam format buku komprehensif. Rencananya, karya ini akan rampung pada tahun 2025. Pertanyaan pun muncul: mungkinkah buku yang digadang-gadang menjadi acuan utama ini kelak menggantikan buku-buku sejarah yang selama ini digunakan di sekolah?
Potensi Penggunaan di Sekolah
Meskipun keputusan final belum dibuat, peluang buku sejarah Indonesia versi baru ini untuk menjadi bahan ajar di sekolah sangat terbuka. Kementerian Kebudayaan, melalui perwakilannya, memberikan sinyal positif terkait kemungkinan tersebut. Harapannya, buku ini bisa menyajikan perspektif baru dan lebih mendalam tentang sejarah bangsa, berkat sentuhan para sejarawan terkemuka di bidangnya.
"Kita harapkan buku ini bisa menjadi semacam acuan," ungkap seorang sumber dari Kementerian Kebudayaan, menekankan pentingnya sumber sejarah yang kredibel dan komprehensif. Ia menambahkan, dengan akses siswa ke berbagai sumber informasi saat ini, buku ini diharapkan menjadi salah satu yang utama dan terpercaya.
Namun, implementasi buku baru ini sebagai bahan ajar tentu tak bisa gegabah. Proses evaluasi, sosialisasi, dan pelatihan bagi guru-guru sejarah di seluruh Indonesia menjadi krusial agar materi dapat dipahami dan disampaikan dengan tepat. Selain itu, biaya pengadaan buku setebal ribuan halaman ini juga menjadi pertimbangan penting.
Harapan Sebagai Rujukan Utama
Harapan besar disematkan pada buku sejarah baru ini. Lebih dari sekadar bahan ajar, buku ini diharapkan menjadi rujukan bagi akademisi, peneliti, dan masyarakat umum yang ingin menggali sejarah Indonesia secara mendalam. Keterlibatan para sejarawan terkemuka dalam proses penulisan diharapkan menghasilkan karya yang objektif, akurat, dan komprehensif.
"Ini adalah upaya untuk menyajikan sejarah Indonesia dari berbagai perspektif, dengan tetap berpegang pada fakta dan data yang ada," jelas seorang sejarawan yang terlibat dalam proyek ini. "Kami ingin memberikan pemahaman yang lebih utuh tentang perjalanan bangsa, termasuk keberhasilan, kegagalan, dan tantangan yang dihadapi."
Meski demikian, harapan ini juga diiringi kewaspadaan. Sejarah, sebagai narasi, selalu berpotensi diwarnai interpretasi dan bias. Oleh karena itu, objektivitas dalam penulisan menjadi kunci, menghindari kepentingan politik atau ideologis tertentu. Keterbukaan terhadap kritik dan revisi juga penting agar buku ini tetap relevan dan akurat di masa depan.
Kompetensi Penulis Sejarah
Kompetensi para penulis sejarah yang terlibat dalam proyek ini menjadi sorotan utama. Kementerian Kebudayaan menegaskan bahwa buku ini disusun oleh para sejarawan dengan reputasi dan kredibilitas tinggi. Mereka adalah akademisi yang berpengalaman dalam penelitian sejarah, memiliki pemahaman mendalam tentang berbagai periode dan peristiwa di Indonesia.
"Siapa yang paling punya kompetensi untuk menulis sejarah? Ya sejarawan. Siapa sejarawan yang hebat? Ya pasti yang sudah mencapai tingkat akademik yang tinggi dengan pengakuan dari koleganya," tegas sumber dari Kementerian Kebudayaan.
Namun, kompetensi penulis saja tidaklah cukup. Proses penulisan juga harus melibatkan berbagai pihak, termasuk ahli sejarah dari berbagai aliran pemikiran, perwakilan masyarakat sipil, bahkan pihak-pihak dengan pandangan berbeda tentang sejarah. Tujuannya adalah memastikan buku ini mencerminkan keragaman perspektif dan menghindari narasi yang tunggal atau bias.
Struktur Buku: Rincian 10 Jilid dan 5.500 Halaman
Buku sejarah Indonesia yang baru ini akan hadir dalam format yang sangat komprehensif: 10 jilid dengan total 5.500 halaman. Ukuran yang masif ini mencerminkan ambisi untuk mencakup seluruh periode dan aspek sejarah Indonesia, dari akar peradaban Nusantara hingga era reformasi dan konsolidasi demokrasi.
Rincian Isi Setiap Jilid
Berikut gambaran umum isi setiap jilid:
* Jilid 1: Akar Peradaban Nusantara. Pembahasan mengenai asal-usul bangsa Indonesia, perkembangan budaya dan masyarakat pada masa prasejarah, serta terbentuknya kerajaan-kerajaan awal. * Jilid 2: Nusantara dalam Jaringan Global: Pejumpaan Budaya dengan India, Tiongkok, dan Persia. Mengkaji interaksi Nusantara dengan dunia luar, terutama pengaruh budaya dan agama dari India, Tiongkok, dan Persia. * Jilid 3: Nusantara dalam Jaringan Global: Asia Barat. Membahas interaksi Nusantara dengan peradaban di Asia Barat dan pengaruhnya terhadap kebudayaan serta kepercayaan di Nusantara. * Jilid 4: Interaksi Awal dengan Barat: Kompetisi dan Aliansi. Mengulas kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Nusantara, persaingan di antara mereka, dan dampaknya terhadap politik dan ekonomi Nusantara. * Jilid 5: Masyarakat Indonesia dan Terbentuknya Negara Kolonial, 1800-1900. Mengkaji perkembangan masyarakat Indonesia pada masa kolonial, perlawanan terhadap penjajahan, dan pembentukan negara kolonial. * Jilid 6: Pergerakan Kebangsaan. Membahas munculnya pergerakan nasional Indonesia, tokoh-tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan, dan berbagai organisasi yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. * Jilid 7: Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Mengulas perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda dan sekutu, serta peristiwa-peristiwa penting seperti Agresi Militer Belanda. * Jilid 8: Konsolidasi Negara Bangsa: Konflik, Integrasi, dan Kepemimpinan Internasional 1950-1965. Membahas upaya konsolidasi negara bangsa setelah kemerdekaan, konflik internal, integrasi wilayah, dan peran Indonesia dalam kancah internasional. * Jilid 9: Pembangunan dan Stabilitas Nasional Era Orde Baru 1967-1998. Mengkaji perkembangan ekonomi dan politik Indonesia pada masa Orde Baru, keberhasilan dan kegagalan pembangunan, serta isu-isu HAM dan demokrasi. * Jilid 10: Dari Reformasi ke Konsolidasi Demokrasi (1998-2024). Membahas proses reformasi politik dan ekonomi Indonesia setelah jatuhnya Orde Baru, tantangan konsolidasi demokrasi, dan perkembangan terkini bangsa Indonesia.
Proyek penulisan buku sejarah Indonesia yang baru ini adalah upaya monumental untuk menyajikan pemahaman yang lebih komprehensif dan mendalam tentang perjalanan bangsa. Dengan melibatkan para sejarawan terkemuka dan berbagai pihak terkait, diharapkan buku ini dapat menjadi acuan penting bagi generasi sekarang dan mendatang dalam memahami sejarah dan identitas bangsa. Namun, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit, terutama dalam memastikan objektivitas, akurasi, dan relevansi buku ini di tengah dinamika sejarah yang terus berubah. Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon, menyebut progres penulisan ulang sejarah Indonesia ini sudah mencapai 80-90 persen dan direncanakan rampung pada 2025, sekaligus menjadi hadian ulang tahun ke-80 bangsa Indonesia.