Columbia University Skors Puluhan Mahasiswa Akibat Aksi Bela Palestina

Table of Contents
Columbia University Skors Puluhan Mahasiswa Akibat Aksi Bela Palestina


Gelombang protes terkait isu Palestina di Columbia University berujung pada sanksi tegas dari pihak universitas. Puluhan mahasiswa diskors karena dianggap mengganggu ketertiban kampus dan kegiatan belajar mengajar. Aksi ini dipicu oleh tuntutan perubahan kebijakan universitas terkait investasi dan hubungannya dengan Israel.

Latar Belakang Demonstrasi

Aksi mahasiswa di Columbia University berakar dari konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah. Mahasiswa menyuarakan kekhawatiran atas dugaan keterlibatan universitas dalam mendukung pihak-pihak tertentu. Lebih dari sekadar demonstrasi, aksi ini menjadi wadah advokasi untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa.

Tuntutan CUAD dan Aktivitasnya

Columbia University Apartheid Divest (CUAD), kelompok aktivis mahasiswa, menjadi penggerak utama protes ini. Mereka lantang menyerukan agar universitas memutuskan seluruh hubungan keuangan dan investasi yang terkait dengan Israel. Mereka meyakini bahwa investasi tersebut secara tidak langsung mendukung tindakan yang dianggap melanggar hak asasi manusia.

CUAD telah aktif melakukan berbagai aksi, termasuk demonstrasi di Perpustakaan Butler pada Mei 2025 dan mendirikan perkemahan damai saat Akhir Pekan Alumni di musim semi 2024. Tujuan mereka adalah meningkatkan kesadaran dan menekan universitas agar memenuhi tuntutan. "Kami percaya universitas punya tanggung jawab moral untuk tidak terlibat dalam bisnis yang merugikan rakyat Palestina," ujar Sarah, salah satu koordinator CUAD.

Sanksi Universitas dan Reaksi Mahasiswa

Alih-alih direspon positif, tuntutan mahasiswa justru dibalas dengan sanksi oleh universitas. Konflik antara mahasiswa dan pihak rektorat pun semakin memanas, memicu gelombang protes yang lebih besar.

Sanksi yang Diberikan

Hampir 80 mahasiswa menerima sanksi dari universitas. Konsekuensinya beragam, mulai dari pengusiran dari asrama, penangguhan kegiatan perkuliahan, hingga pencabutan gelar. Pihak universitas menganggap tindakan ini perlu untuk menegakkan aturan dan menjaga ketertiban kampus. Namun, sanksi ini juga menuai kritik dari organisasi hak asasi manusia dan akademisi.

"Gangguan terhadap kegiatan akademik merupakan pelanggaran kebijakan dan peraturan Universitas, dan pelanggaran tersebut tentu akan menimbulkan konsekuensi," tegas pernyataan resmi Columbia University.

Respon CUAD

Sanksi universitas tak membuat CUAD gentar. Mereka justru semakin bersemangat untuk melanjutkan perjuangan. Mereka menilai sanksi tersebut sebagai upaya pembungkaman kebebasan berpendapat.

"Kami tidak akan gentar. Kami berkomitmen pada perjuangan pembebasan Palestina," tegas perwakilan CUAD. Mereka juga menuding universitas bertindak diskriminatif dan melampaui batas dalam memberikan sanksi.

Ragam Bentuk Protes

Mahasiswa Columbia University tak hanya berdemonstrasi di lapangan. Mereka menggunakan berbagai cara kreatif untuk menyuarakan aspirasi dan menarik perhatian publik.

Perkemahan Pro-Palestina 2024

Perkemahan pro-Palestina tahun 2024 menjadi momen penting dalam gerakan ini. Aksi ini berhasil menarik perhatian media internasional dan memicu solidaritas dari berbagai universitas di seluruh dunia. Isu Palestina pun semakin mendapat perhatian dan dukungan.

Namun, aksi ini juga berujung pada pembubaran paksa oleh universitas, yang mengizinkan ratusan polisi New York masuk ke kampus. Puluhan mahasiswa ditangkap, dan tindakan ini menuai kecaman.

Pendudukan Perpustakaan Butler

Sebagai bentuk protes lanjutan, mahasiswa menduduki Perpustakaan Butler selama masa ujian akhir pada Mei 2025. Mereka menuntut divestasi dari perusahaan yang terkait dengan militer Israel dan menyatakan solidaritas dengan warga Palestina di Gaza.

"Kami akan terus berjuang sampai tuntutan kami dipenuhi," ujar salah satu mahasiswa yang terlibat. Aksi ini berlangsung beberapa hari sebelum akhirnya dibubarkan oleh universitas.

Negosiasi dengan Pemerintah AS dan Potensi Pemotongan Dana

Di tengah protes dan sanksi, Columbia University juga menghadapi tekanan dari pemerintah Amerika Serikat terkait pendanaan. Situasi ini semakin rumit dan menambah tantangan bagi universitas.

Ancaman Pemotongan Dana Federal

Columbia University sedang bernegosiasi dengan pemerintah AS untuk memulihkan sekitar 400 juta dollar AS dana federal yang sebelumnya dipotong. Pemerintah mengklaim bahwa universitas gagal melindungi mahasiswa Yahudi dari tindakan anti-semitisme.

Ancaman pemotongan dana ini menjadi pukulan berat bagi Columbia University, yang sangat bergantung pada pendanaan federal. Jika dana tersebut tidak berhasil dipulihkan, universitas terancam mengalami kesulitan keuangan yang signifikan.

Perbandingan dengan Harvard

Kasus yang menimpa Columbia University mirip dengan Universitas Harvard. Harvard juga menjadi sasaran pemotongan dana atas alasan yang sama. Namun, Harvard menolak mengubah kebijakannya dan menggugat pemerintah ke pengadilan.

Kasus Harvard ini menunjukkan bahwa isu pendanaan dan kebebasan akademik semakin kompleks di lingkungan universitas. Keputusan Columbia University akan menjadi preseden penting bagi universitas lain di Amerika Serikat.

Situasi di Columbia University masih terus berkembang. Negosiasi dengan pemerintah AS terus berlangsung, sementara mahasiswa berencana melanjutkan aksi protes. Pihak universitas belum memberikan indikasi akan mengubah kebijakan terkait sanksi atau investasi. Dampak jangka panjang dari peristiwa ini terhadap iklim akademik di Columbia University masih belum dapat dipastikan.

Yukina Kato
Yukina Kato Saya Yukina Kato, penulis artikel edukasi yang senang berbagi wawasan praktis untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan diri.