Dibalik Teks Proklamasi, Cerita yang Mungkin Belum Kamu Tahu

Table of Contents
Dibalik Teks Proklamasi, Cerita yang Mungkin Belum Kamu Tahu


Di balik gegap gempita Proklamasi 17 Agustus 1945, tersimpan cerita-cerita unik yang mungkin belum banyak terungkap. Bukan sekadar teks yang diketik rapi dan lantang dibacakan, ada drama di balik layar yang melibatkan tokoh-tokoh penting dan kejadian-kejadian tak terduga. Pernahkah Anda membayangkan naskah bersejarah itu hampir berakhir di tempat sampah? Siapa sebenarnya yang berjasa menyelamatkannya? Dan, apa saja perbedaan isi naskah tulisan tangan Sukarno dengan versi yang kita kenal selama ini? Mari kita simak ulasan berikut.

Nyaris Terbuang: Naskah Proklamasi di Tong Sampah

17 Agustus 1945. Pagi yang menentukan bagi bangsa Indonesia. Di kediaman Sukarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Namun, tahukah Anda bahwa naskah asli, hasil goresan tangan Sukarno sendiri, hampir menemui akhir yang tragis di tempat sampah?

Kisah ini bermula setelah Sukarno mempercayakan naskah tersebut kepada Sayuti Melik untuk diketik. Usai pengetikan, Sayuti Melik, tanpa menyadari nilai historisnya, spontan meremas naskah tulisan tangan itu dan membuangnya. Baginya, naskah itu sudah tidak diperlukan lagi karena versi ketikannya sudah ada. Tindakan ini nyaris menghilangkan salah satu artefak paling penting dalam sejarah Indonesia.

"Setelah mengetik, Melik merasa naskah itu sudah tak berguna," ujar seorang saksi mata, seperti dikutip dari berbagai sumber. "Ia langsung membuangnya ke tempat sampah tanpa tahu betapa berharganya dokumen itu."

Peristiwa ini menggambarkan bagaimana proses kemerdekaan Indonesia diwarnai kejadian-kejadian tak terduga. Kelalaian kecil bisa saja menghilangkan jejak penting sejarah bangsa. Untungnya, naskah tersebut tidak benar-benar lenyap.

Siapa Sebenarnya Sang Penyelamat Naskah Proklamasi?

Siapakah sosok yang berjasa menyelamatkan naskah proklamasi dari tempat sampah? Ada dua versi cerita yang beredar mengenai identitas penyelamat tersebut.

Versi pertama menyebutkan nama Andaryoko Wisnuprabu, seorang tokoh dari pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA). Andaryoko mengklaim bahwa setelah Sukarno selesai mandi dan melihat naskah ketikan Sayuti Melik, ia menanyakan keberadaan naskah aslinya.

"Untungnya, naskah asli itu tidak dirobek, hanya diremas sampai kumal," kata Andaryoko. "Setelah itu disetrika dan menjadi bagus lagi. Bung Karno lalu mengantonginya dan sekarang disimpan di Arsip Nasional."

Namun, versi yang lebih populer menunjuk B.M. Diah (Burhanuddin Mohammad Diah), seorang wartawan muda yang meliput langsung peristiwa proklamasi. Sebagai jurnalis yang memiliki insting kuat terhadap berita penting, B.M. Diah menyadari nilai sejarah yang tak ternilai dari naskah tulisan tangan Sukarno.

B.M. Diah mengambil naskah yang sudah diremas itu dari tempat sampah dan menyimpannya dengan penuh kehati-hatian selama 47 tahun. Akhirnya, pada tahun 1992, B.M. Diah menyerahkan naskah asli proklamasi tersebut kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), tempat naskah itu disimpan dan dijaga hingga kini.

"Ini adalah amanah bangsa yang harus dijaga," ujar B.M. Diah kala itu. "Saya merasa berkewajiban menyerahkan naskah ini kepada negara agar dapat dinikmati dan dipelajari generasi mendatang."

Terlepas dari siapapun penyelamatnya, tindakan tersebut adalah sebuah keberuntungan besar bagi bangsa Indonesia. Tanpa penyelamatan itu, kita mungkin tak akan pernah tahu bagaimana rupa naskah proklamasi tulisan tangan Sukarno yang asli.

Menilik Isi Naskah Asli Proklamasi

Naskah asli proklamasi, hasil tulisan tangan Sukarno, memiliki perbedaan signifikan dibandingkan naskah ketikan yang dibacakan pada 17 Agustus 1945. Naskah asli ditulis dengan ejaan lama, serta terdapat perbedaan dalam penggunaan kata dan tanda baca.

Berikut adalah isi lengkap naskah asli proklamasi:

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-08-05

Wakil2 bangsa Indonesia

Perbedaan paling mencolok terletak pada penulisan tanggal. Dalam naskah asli, tanggal ditulis "05", merujuk tahun 2605 dalam penanggalan Jepang (Showa 2605). Sementara dalam naskah ketikan, tanggal ditulis "45" yang merujuk tahun 1945 dalam kalender Masehi.

Selain itu, terdapat perbedaan dalam penggunaan kata dan tanda baca. Misalnya, pada naskah asli, frasa "d.l.l." digunakan untuk menyingkat "dan lain-lain", sedangkan pada naskah ketikan, frasa tersebut ditulis lengkap.

Meski terdapat perbedaan, esensi kedua naskah tetap sama: menyatakan kemerdekaan Indonesia. Naskah asli proklamasi tulisan tangan Sukarno adalah bukti otentik semangat perjuangan bangsa untuk meraih kemerdekaan. Naskah ini menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah yang mengubah arah perjalanan bangsa.

Saat ini, naskah asli proklamasi disimpan dengan aman di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Naskah tersebut menjadi salah satu koleksi paling berharga dan dipamerkan kepada publik pada momen-momen tertentu. Keberadaan naskah asli proklamasi menjadi pengingat bagi generasi penerus bangsa akan pentingnya menjaga kemerdekaan dan menghargai sejarah.

Kisah di balik teks proklamasi mengajarkan kita bahwa sejarah tak hanya berisi fakta-fakta tercatat, tapi juga diwarnai kejadian tak terduga dan peran tokoh-tokoh yang mungkin tak banyak dikenal. Memahami kisah di balik layar ini membuat kita semakin menghargai perjuangan para pahlawan dan memaknai kemerdekaan yang telah diraih.

Yukina Kato
Yukina Kato Saya Yukina Kato, penulis artikel edukasi yang senang berbagi wawasan praktis untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan diri.