Ini Kata Ilmuwan UI Soal Atasi Masalah Sampah Kita!

Table of Contents
Ini Kata Ilmuwan UI Soal Atasi Masalah Sampah Kita!


Indonesia masih bergulat dengan masalah sampah yang seolah tak berkesudahan. Pemandangan tumpukan sampah masih sering ditemui, baik di hiruk pikuk kota maupun di pelosok desa. Reni Suwarso, seorang peneliti sekaligus dosen dari Universitas Indonesia (UI), menawarkan solusi komprehensif untuk mengatasi persoalan pelik ini.

Mengubah Cara Pandang Terhadap Sampah

Reni Suwarso, yang juga aktif mengajar di Departemen Ilmu Politik UI, menilai bahwa paradigma penanggulangan sampah yang selama ini diterapkan pemerintah perlu dirombak total. Menurutnya, pendekatan "kumpul, angkut, dan timbul" yang umum digunakan, justru tidak efektif dan berpotensi memicu masalah baru.

"Selama ini, sampah dari rumah tangga, pasar, hingga perkantoran hanya dikumpulkan, diangkut dengan truk, lalu dibuang begitu saja di Tempat Pembuangan Sementara (TPS), Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), seolah masalah selesai," ungkap Reni dalam diskusi media di Jakarta, Kamis (24/7/2025).

Menurut Reni, pola pikir ini dapat menyebabkan TPA kewalahan menampung sampah dan berpotensi memicu tragedi seperti yang pernah terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat. "Ketika TPA Leuwigajah tidak lagi menerima sampah, para pengangkut sampah menjadi kebingungan dan akhirnya membuang sampah secara ilegal di area terbuka, seperti sungai yang sudah mati," imbuhnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Reni menekankan perlunya perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah. Setelah berdialog dengan berbagai pihak terkait, ia menawarkan dua solusi yang dianggap efektif untuk diterapkan.

Dua Jurus Jitu Ilmuwan UI Atasi Sampah

Reni Suwarso mengusulkan dua solusi utama untuk menanggulangi masalah sampah di Indonesia, yakni Zero Waste at Source dan menjadikan sampah sebagai tanggung jawab bersama. Kedua solusi ini diharapkan mampu mengubah cara pandang masyarakat dan pemerintah dalam mengelola sampah.

1. Zero Waste at Source: Selesaikan Sampah di Sumbernya

Solusi pertama yang ditawarkan Reni adalah metode Zero Waste at Source, yang menekankan penyelesaian masalah sampah langsung dari sumbernya. Artinya, pemilahan sampah organik, anorganik, dan sampah berbahaya harus dilakukan di tempat sampah tersebut dihasilkan, baik itu di rumah tangga, pabrik, maupun perkantoran.

"Jadi, sampah itu diselesaikan di tempat asalnya. Kalau di rumah tangga, ya diselesaikan di rumah tangga. Kalau di pabrik, ya diselesaikan di pabrik," tegasnya.

Sebagai contoh, sampah rumah tangga seperti sisa makanan dapat diolah menjadi kompos menggunakan biopori di halaman rumah. Sementara itu, sampah plastik dapat disalurkan ke bank sampah untuk didaur ulang.

Reni meyakini bahwa penerapan metode ini akan memberikan dampak positif yang signifikan, terutama dalam hal efisiensi anggaran. Selain itu, volume sampah yang dikirim ke TPA atau TPST juga akan berkurang drastis.

"Ini sangat efisien secara finansial. Jumlah truk pengangkut sampah yang beroperasi akan berkurang, biaya bahan bakar akan turun, kemacetan lalu lintas dapat dihindari, bau tidak sedap akan teratasi, dan TPST tidak akan kelebihan kapasitas," papar Reni.

2. Sampah adalah Tanggung Jawab Kita Bersama

Solusi kedua yang diusulkan Reni adalah menumbuhkan kesadaran bahwa sampah merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Ia menyoroti adanya anggapan bahwa pemerintah sepenuhnya bertanggung jawab atas pengelolaan sampah.

Menurut Reni, pandangan ini kurang realistis, mengingat anggaran yang dibutuhkan untuk menjadikan pengelolaan sampah sebagai layanan publik sangat besar. "Saat ini sulit bagi pemerintah untuk mengelola seluruh sampah. Tidak realistis dan juga tidak mendidik," tegasnya.

Reni berpendapat bahwa masyarakat sebagai penghasil sampah juga harus ikut bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan. Namun, ia tidak mempermasalahkan jika ada lingkungan yang mampu membayar iuran untuk pengelolaan sampah secara mandiri.

"Di tempat-tempat seperti kawasan pariwisata, pemukiman mewah, perkantoran, dan pasar yang mampu membayar iuran, pengelolaan sampah secara mandiri harus terus didorong. Mereka bisa menyelesaikan masalah sampah mereka sendiri," katanya.

Meski begitu, Reni menyadari bahwa membayar iuran akan menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat di pedesaan. Oleh karena itu, peran peneliti dan pemerintah sangat penting untuk membantu masyarakat dalam mengelola sampah, terutama dalam menerapkan metode Zero Waste at Source.

"Jadi, kita bantu, tapi masyarakat juga bertanggung jawab. Inilah dua hal yang kami dorong ke pemerintah Indonesia, yaitu perubahan paradigma. Jika paradigma kita berubah, saya yakin kita mampu menyelesaikan permasalahan sampah," imbuh Reni.

Kolaborasi UI dan Monash University Teliti Solusi Sampah

Dalam laporan studinya, Reni dan rekannya, Dwinanti Marthanty dari Fakultas Teknik UI, mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan presentasi dan diskusi dengan para pengambil keputusan terkait usulan tersebut. Namun, hingga saat ini, mereka belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai apakah usulan ini akan diimplementasikan atau tidak.

Sebagai informasi, studi yang dilakukan oleh Reni dan Dwinanti berjudul "Citarum Action Research Project (CARP) - Transisi Ekonomi Sirkular untuk Iklim dan Lingkungan yang Tangguh di Masa Depan." Studi ini merupakan proyek penelitian kolaboratif yang melibatkan UI, Monash University, dan lembaga lainnya. Pembiayaan riset ini didukung oleh Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia (KoneksI), IPPIN-CSIRO, dan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) UI.

Implementasi solusi yang ditawarkan Reni Suwarso, memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi mendatang. Diperlukan aksi nyata dan kolaborasi untuk mengatasi masalah sampah yang semakin mendesak ini. Dengan langkah yang tepat dan berkelanjutan, Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam pengelolaan sampah yang efektif dan bertanggung jawab.

Yukina Kato
Yukina Kato Saya Yukina Kato, penulis artikel edukasi yang senang berbagi wawasan praktis untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan diri.