Kenapa Riset Kolaborasi Lebih Keren? Ini Kata Ahli dari UI
Kolaborasi riset kini jadi kunci untuk memecahkan berbagai persoalan kompleks. Para ahli dari Universitas Indonesia (UI) sepakat, menggabungkan berbagai keahlian akan menghasilkan solusi yang lebih kaya dan komprehensif. Lantas, apa yang membuat riset kolaborasi ini begitu penting?
Mengapa Perspektif Beragam Penting dalam Penelitian?
Di era modern ini, kolaborasi lintas disiplin ilmu bukan lagi sekadar opsi, tapi sudah jadi kebutuhan mendesak. Reni Suwarso, peneliti dari Departemen Ilmu Politik UI, menekankan bahwa menggabungkan berbagai sudut pandang sangat penting untuk memecahkan masalah yang rumit. "Kalau kita cuma melihat dari satu sisi saja, kita tidak akan mendapatkan gambaran yang utuh," katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (24/7/2025). Pengalaman Reni dalam berbagai proyek penelitian yang melibatkan berbagai bidang ilmu semakin menguatkan pendapatnya.
Menurut Reni, kolaborasi memungkinkan para peneliti untuk saling melengkapi. "Ahli ilmu sosial mungkin paham betul dampak kebijakan pada masyarakat, tapi kurang mengerti aspek teknisnya. Nah, di sinilah peran ahli teknik jadi sangat penting," jelasnya. Kombinasi ini menciptakan sinergi yang mampu menghasilkan solusi inovatif dan berkelanjutan.
Dwinanti Marthanty dari Fakultas Teknik UI menambahkan, kolaborasi juga membantu menghilangkan bias dan asumsi yang mungkin muncul dalam penelitian. "Saat kita bekerja dengan orang yang punya latar belakang berbeda, kita jadi terdorong untuk melihat masalah dari perspektif yang baru. Ini bisa membuka mata kita pada solusi yang sebelumnya tidak terpikirkan," ungkapnya.
Studi Kasus: Citarum Action Research Project (CARP)
Salah satu contoh nyata dari manfaat riset kolaborasi adalah Citarum Action Research Project (CARP). Proyek ini bertujuan mencari solusi untuk masalah kompleks di Sungai Citarum, salah satu sungai yang paling tercemar di Indonesia. CARP melibatkan peneliti dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu sosial, teknik, hingga lingkungan.
Masalah Kompleks yang Membelit Sungai Citarum
Sungai Citarum sudah lama menjadi perhatian utama pemerintah dan masyarakat. Upaya pembersihan telah dilakukan selama bertahun-tahun, namun hasilnya belum memuaskan. Pencemaran sungai ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian. Kerusakan ekosistem di sekitar sungai juga memperparah masalah ini.
"Sungai Citarum adalah contoh klasik masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan teknis," kata Reni. "Kita perlu memahami akar masalahnya, termasuk perilaku manusia dan tata kelola yang buruk."
Peran Ilmu Sosial dan Teknik dalam Mencari Solusi
Dalam CARP, peneliti ilmu sosial berfokus pada pemahaman perilaku masyarakat yang berkontribusi terhadap pencemaran sungai. Mereka melakukan survei, wawancara, dan observasi untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku tersebut. Sementara itu, peneliti teknik fokus pada pengembangan teknologi untuk membersihkan sungai dan mengurangi limbah.
"Kami bekerja sama untuk mengidentifikasi solusi yang tidak hanya efektif secara teknis, tapi juga bisa diterima oleh masyarakat," jelas Dwinanti. "Misalnya, kami mengembangkan sistem pengolahan limbah yang sederhana dan terjangkau yang bisa diterapkan di tingkat rumah tangga."
Kolaborasi ini menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. CARP merekomendasikan perlunya penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelaku pencemaran, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai.
Urgensi Masalah Perubahan Iklim, Sampah, dan Air
Masalah perubahan iklim, sampah, dan air adalah tantangan global yang semakin mendesak. Reni menekankan bahwa masalah-masalah ini saling terkait dan memerlukan solusi yang holistik. "Kita tidak bisa menyelesaikan masalah sampah tanpa mengatasi perubahan iklim, begitu juga sebaliknya," tegasnya.
Dia menyoroti bahwa dampak perubahan iklim sudah sangat terasa di Indonesia, termasuk kekeringan, banjir, dan kenaikan permukaan air laut. "Perubahan iklim memperburuk masalah air dan sampah, jadi kita perlu bertindak cepat," ujarnya.
Reni juga menyayangkan kurangnya perhatian dari para politisi Indonesia terhadap masalah-masalah ini. "Sampai saat ini, tidak banyak politisi yang berbicara tentang program untuk mengatasi perubahan iklim, sampah, dan air," ungkapnya. Padahal, masalah-masalah ini berdampak langsung pada kehidupan masyarakat dan ekonomi negara.
Sebagai contoh, dia menyebutkan bahwa daerah penelitiannya di Desa Padamukti dan Desa Cibodas, yang dulunya merupakan lumbung padi Jawa Barat, kini kesulitan menghasilkan panen yang maksimal. "Karena airnya tidak cukup, banyak sampah, dan kualitasnya buruk," jelasnya.
Rekomendasi untuk Regulasi Pengelolaan Sampah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Reni dan Dwinanti menawarkan beberapa rekomendasi untuk memperbaiki regulasi pengelolaan sampah di Indonesia. Mereka menekankan perlunya peninjauan ulang secara menyeluruh terhadap regulasi yang ada, serta peningkatan koordinasi antara berbagai instansi pemerintah.
"Regulasi pengelolaan sampah saat ini terlalu fokus pada penanganan akhir, sementara kurang memperhatikan pencegahan dan pengurangan sampah," kata Reni. "Kita perlu mendorong praktik ekonomi sirkular, di mana sampah dianggap sebagai sumber daya yang bernilai."
Selain itu, mereka juga merekomendasikan perlunya peningkatan investasi dalam infrastruktur pengelolaan sampah, termasuk fasilitas daur ulang dan pengolahan sampah menjadi energi. "Investasi ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada tempat pembuangan akhir," jelas Dwinanti.
Terakhir, mereka menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah. "Masyarakat perlu diedukasi tentang pentingnya memilah sampah dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai," kata Reni. "Dengan partisipasi aktif masyarakat, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat."
Reni dan Dwinanti telah mempresentasikan hasil penelitian mereka kepada para pengambil keputusan, namun belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai apakah usulan mereka akan digunakan atau tidak. Mereka berharap bahwa penelitian mereka dapat menjadi masukan berharga bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan. Dengan kolaborasi yang kuat antara peneliti, pemerintah, dan masyarakat, masalah kompleks seperti pengelolaan sampah dapat diatasi demi masa depan yang lebih baik.