Kiat Ampuh, Bantu Anak Temukan Passion-nya, Kata Ahli!

Table of Contents
Kiat Ampuh, Bantu Anak Temukan Passion-nya, Kata Ahli!


# Kiat Ampuh, Bantu Anak Temukan Passion-nya, Kata Ahli!

Orang tua mana yang tak ingin melihat anaknya sukses? Namun, bagaimana cara terbaik untuk mengarahkan anak menemukan minat dan bakatnya? Seorang pakar punya panduan penting: fokus pada kemampuan belajar, bukan sekadar dijejali pengetahuan.

Pentingnya Memberi Ruang Eksplorasi Sejak Dini

Memaksakan anak pada satu jalur karier tertentu sejak kecil justru bisa jadi kontraproduktif. Hal ini bisa menghambat eksplorasi, padahal ini krusial untuk perkembangan mereka. Alih-alih fokus pada pengetahuan spesifik, lebih baik dorong rasa ingin tahu dan kemampuan untuk terus belajar.

"Yang paling penting adalah membangun kemampuan 'belajar untuk belajar'. Dengan begitu, tantangan apa pun di masa depan, anak punya fondasi kuat untuk menyesuaikan diri," jelas Prof. Dr. Andini Purnomo, pakar pendidikan anak usia dini dari Universitas Nasional, saat berbicara di sebuah seminar parenting di Jakarta, Rabu (16/08/2024).

Kemampuan kognitif anak berkembang pesat bahkan sejak usia sangat muda. Coba perhatikan bagaimana mereka belajar bahasa ibu secara alami, tanpa pendidikan formal. Ini membuktikan betapa kompleks dan luar biasanya kapasitas kognitif mereka. "Bayangkan, anak usia tiga tahun sudah fasih berbahasa ibu. Bandingkan dengan kita yang belajar bahasa asing bertahun-tahun," imbuh Prof. Andini.

Jadi, utamakan menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepercayaan diri untuk belajar, bukan hanya pengetahuan teknis semata. Anak yang terbiasa bertanya dan berdialog akan tumbuh menjadi pembelajar sejati, bukan sekadar penghafal.

Bangun Kemampuan Belajar, Lebih dari Sekadar Pengetahuan

Kemampuan belajar anak, termasuk kognitif dan sosial-emosional, jauh lebih penting daripada pengetahuan spesifik yang diajarkan. Mengapa? Karena dunia terus berubah dengan cepat. Anak-anak perlu punya kemampuan beradaptasi dan belajar hal-hal baru sepanjang hidup.

Sebuah studi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2023 menemukan bahwa anak-anak dengan kemampuan belajar yang kuat cenderung lebih sukses di sekolah dan di dunia kerja. Studi itu juga mengungkap bahwa mereka lebih mungkin untuk terus belajar sepanjang hidup.

Jangan Terburu-buru Memprediksi Masa Depan Anak

Orang tua sebaiknya menahan diri untuk tidak tergesa-gesa menentukan masa depan anak, misalnya lewat tes minat dan bakat di usia dini. Lebih baik, bantu mereka menjelajahi berbagai bidang dan memperluas wawasan agar mereka bisa menemukan sendiri kemampuan dan minatnya.

"Jangan terpaku pada hasil tes minat bakat di usia dini. Minat anak bisa berubah seiring waktu. Biarkan mereka mencoba berbagai hal dan menemukan apa yang benar-benar mereka sukai," tegas Prof. Andini. Ia mencontohkan, "Apakah para tokoh besar dunia sudah tahu akan jadi seperti sekarang sejak kecil? Mungkin tidak. Tapi mereka memiliki wawasan luas dan semangat belajar yang tinggi."

Penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa kemampuan spasial anak usia 4-5 tahun bisa memprediksi kemampuan mereka di bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) di masa depan. Namun, kemampuan ini perlu terus diasah melalui aktivitas ringan seperti math talks atau spatial talks.

"Saat anak bermain puzzle, ajak mereka berdialog. Misalnya, 'Coba letakkan yang ini di sudut.' Ini membantu mereka memahami konsep sudut tanpa harus belajar secara formal," jelas Prof. Andini. Ini akan sangat membantu saat mereka belajar geometri atau fisika kelak.

Orang Tua: Fasilitator, Bukan Diktator Potensi Anak

Orang tua berperan sebagai fasilitator, bukan diktator, dalam mengembangkan potensi anak. Ciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi dan pembelajaran. Hargai minat anak, bahkan jika berbeda dengan harapan Anda.

"Dengarkan anak, amati apa yang mereka sukai, dan berikan dukungan yang mereka butuhkan. Biarkan mereka bereksperimen dan gagal. Kegagalan adalah bagian dari proses belajar," saran Psikolog Anak, Maya Sari, M.Psi., dari Klinik Anak Sehat Jakarta, Kamis (17/08/2024).

Maya menambahkan, daripada memaksakan anak ikut les ini itu, lebih baik fokus membangun rasa percaya diri dan kemandirian mereka. Beri mereka kesempatan membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan mereka.

Bangun Semangat Eksplorasi Lewat Interaksi

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan banyak percakapan cenderung memiliki kosakata yang lebih luas dan prestasi akademik yang lebih baik. Bahkan, momen makan bersama pun bisa jadi waktu belajar yang berharga.

"Dunia anak terbentuk dari interaksi, bukan hafalan. Jadi, yang paling penting adalah membangun rasa ingin tahu yang aktif dan perasaan bahwa dunia ini seru untuk dipelajari," kata Maya.

Daripada membebani anak dengan konten yang terlalu kompleks, fokuslah membangun semangat eksplorasi melalui dialog, perhatian, dan stimulasi sederhana. Ajak anak bermain di alam, membaca buku bersama, atau sekadar bercerita tentang pengalaman sehari-hari.

Sebuah survei oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 2024 menunjukkan bahwa anak-anak yang sering berinteraksi dengan orang tua cenderung lebih bahagia dan sehat secara mental.

Dengan dukungan yang tepat, orang tua dapat membantu anak menemukan passion mereka dan tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan bahagia. Ingat, setiap anak unik dan memiliki potensi yang berbeda-beda. Tugas orang tua adalah membantu mereka menemukan dan mengembangkan potensi itu.

Masa depan anak bukanlah kebetulan, melainkan pilihan terbaik yang kita ambil hari ini. Karena waktu tak bisa kembali, berikanlah dukungan terbaik sejak sekarang, karena setiap langkah kecil hari ini adalah fondasi masa depan mereka yang luar biasa.

Yukina Kato
Yukina Kato Saya Yukina Kato, penulis artikel edukasi yang senang berbagi wawasan praktis untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan diri.