Konflik Thailand-Kamboja Mereda? Trump Umumkan Kesepakatan Ini!

Donald Trump mengklaim telah menjadi perantara kesepakatan antara Thailand dan Kamboja di tengah eskalasi ketegangan perbatasan. Klaim ini muncul seiring harapan untuk meredakan konflik bersenjata yang beberapa hari terakhir memanas di kawasan Asia Tenggara. Pernyataan ini disampaikan Trump dari Skotlandia, seolah ingin menunjukkan dimensi internasional dari sengketa yang sudah lama membara tersebut.
Klaim Trump Soal Kesepakatan Gencatan Senjata
Melalui platform Truth Social, Minggu (27/7/2025), Trump mengumumkan bahwa para pemimpin Kamboja dan Thailand telah sepakat untuk bertemu dan merumuskan rencana gencatan senjata. "Mereka telah sepakat untuk segera bertemu dan segera menyusun Gencatan Senjata dan, pada akhirnya, PERDAMAIAN!" tulisnya. Klaim ini, meski disambut baik, memunculkan pertanyaan tentang detail kesepakatan dan komitmen nyata dari kedua belah pihak untuk menghentikan pertempuran. Rincian pertemuan dan agenda yang akan dibahas belum diungkapkan. Banyak pihak menilai langkah Trump ini sebagai upaya proaktif AS untuk menunjukkan perannya dalam menjaga stabilitas regional di tengah dinamika geopolitik yang kompleks.
Akar Konflik Thailand-Kamboja
Konflik antara Thailand dan Kamboja bukanlah hal baru. Masalah utamanya adalah sengketa perbatasan yang berlarut-larut, dengan klaim tumpang tindih atas wilayah kaya sumber daya alam. Ketegangan sering meningkat menjadi bentrokan bersenjata kecil, mengganggu stabilitas dan kehidupan masyarakat perbatasan. Meski kedua negara telah berupaya menyelesaikan sengketa melalui diplomasi, perbedaan interpretasi garis perbatasan dan kepentingan nasional terus menjadi penghalang.
Sengketa Segitiga Zamrud: Titik Api Konflik
Salah satu titik api utama adalah wilayah Segitiga Zamrud, pertemuan perbatasan Thailand, Kamboja, dan Laos. Klaim kepemilikan yang saling bertentangan menjadikan wilayah ini sumber sengketa berkepanjangan. Selain penting secara geografis, Segitiga Zamrud juga strategis karena potensi sumber daya alamnya. Perebutan kendali atas wilayah ini telah memicu serangkaian insiden perbatasan, termasuk baku tembak dan penempatan pasukan tambahan.
Eskalasi Konflik Terbaru: Jet Tempur hingga Artileri Dikerahkan
Eskalasi konflik terkini, dimulai Kamis (24/7/2025), ditandai dengan peningkatan intensitas pertempuran. Laporan menyebutkan kedua belah pihak mengerahkan jet tempur, artileri, tank, dan pasukan darat, menandakan eskalasi signifikan dibanding insiden sebelumnya. Pertempuran sengit dilaporkan terjadi di beberapa titik sepanjang perbatasan, menyebabkan kerugian material dan korban jiwa di kedua belah pihak. Kamboja menuduh militer Thailand menembakkan artileri berat ke Provinsi Pursat, sementara Thailand mengklaim pertempuran pecah setelah pasukan Kamboja menyerang di area Ban Chamrak.
Pertempuran berlanjut hingga Sabtu (26/7/2025) pagi. Kamboja mengklaim militer Thailand menembakkan lima peluru artileri berat ke sejumlah lokasi di Provinsi Pursat, yang berbatasan dengan Provinsi Trat, Thailand. Sementara itu, militer Thailand melaporkan pertempuran di area Ban Chamrak, distrik Muang, pada akhir pekan. Meningkatnya intensitas pertempuran memicu kekhawatiran regional dan internasional, mendorong seruan untuk menahan diri dan mencari solusi damai.
Tanggapan Thailand dan Kamboja Terhadap Klaim Trump
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Thailand maupun Kamboja terkait klaim kesepakatan dari Trump. Sebelumnya, otoritas Thailand menyatakan bahwa Kamboja perlu menunjukkan "ketulusan sejati dalam mengakhiri konflik" agar gencatan senjata atau perundingan dapat dilakukan. Phnom Penh menyerukan gencatan senjata segera dengan Bangkok, namun pertempuran di perbatasan terus berlanjut. Perbedaan posisi ini menyoroti kompleksitas upaya mediasi dan perlunya komitmen kuat dari kedua belah pihak untuk mencapai penyelesaian yang langgeng.
Ketidakpastian rincian kesepakatan yang diklaim Trump menambah lapisan skeptisisme. Analis politik regional mencatat bahwa tanpa kesepakatan konkret dan mekanisme pengawasan yang jelas, risiko eskalasi lebih lanjut tetap tinggi. Masyarakat sipil di kedua negara mengharapkan perdamaian dan stabilitas di wilayah perbatasan, mengingat dampak konflik terhadap kehidupan sehari-hari dan mata pencaharian mereka.
Langkah selanjutnya akan menentukan apakah klaim Trump akan membuahkan hasil nyata. Komunitas internasional terus memantau situasi dengan cermat, menawarkan dukungan untuk upaya dialog dan mediasi. Stabilitas di perbatasan Thailand-Kamboja penting bagi kedua negara dan stabilitas regional secara keseluruhan.