Kuliah di Spanyol Gratis? Ini Pengalaman Lena Raih Erasmus+ Setara 22 SKS!

Impian kuliah di Spanyol bukan lagi sekadar angan-angan bagi Kaniala Intan Permadani Wasahua. Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini berhasil meraih beasiswa Erasmus+ International Credit Mobility (ICM) tahun 2025. Ia akan merasakan atmosfer perkuliahan di Universidad de Castilla-La Mancha, Spanyol selama satu semester, yang setara dengan 22 SKS.
Lena, sapaan akrabnya, membagikan kisah inspiratifnya tentang bagaimana ia mewujudkan mimpinya belajar di Eropa.
Awal Mula Mimpi di Negeri Matador
"Saya selalu ingin merasakan bagaimana sistem pendidikan di negara lain," ujar Lena, menceritakan bahwa mimpinya berkuliah di luar negeri sudah tumbuh sejak SMA. Baginya, ini bukan sekadar tentang gelar, tapi juga tentang memperluas wawasan, membangun jaringan global, dan membuka pintu karier yang lebih lebar.
Di Spanyol nanti, tepatnya di semester 6, Lena akan mendalami ilmu yang relevan dengan bidang Teknik Sipil yang ditekuninya. Beberapa mata kuliah yang akan ia ambil meliputi pelaporan dan appraisal ahli, topografi dan site layout, pengantar pada pencegahan, keamanan, dan proyek teknis, konstruksi, eksekusi, dan manajemen ekonomi, serta instalasi bangunan.
"Program ini sangat relevan dengan bidang studi saya," jelas Lena. Ia yakin, kurikulum komprehensif di Universidad de Castilla-La Mancha akan memberikan bekal berharga untuk pengembangan dirinya dan kontribusinya di dunia teknik sipil. Lena juga menyoroti keuntungan akademis dari konversi SKS program Erasmus+ ICM. "Bisa dikonversi (ke SKS), sedikit-banyak ada benefit-nya karena programnya terintegrasi sama kampus," tambahnya. Lena menyampaikan hal ini di sela-sela acara pra-keberangkatan Erasmus+ Awardee 2025 di Jakarta, Sabtu (26/7/2025).
Perjuangan Mendapatkan Erasmus+ ICM
Informasi mengenai program Erasmus+ ICM didapat Lena dari International Relations Office (IRO) UMM pada pertengahan tahun lalu. Ia pun segera mempersiapkan Curriculum Vitae (CV), transkrip nilai, sertifikat kemampuan berbahasa Inggris, dan tak lupa berlatih menghadapi sesi wawancara. "Saya berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin, karena saya tahu persaingannya pasti sangat ketat," ungkapnya.
Surat Motivasi yang Penuh Makna
Lena mengakui, tantangan terbesarnya adalah membuat motivation letter. Ia membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk menyusun surat motivasi yang kuat, dengan bantuan dan proofreading dari seorang guru persiapan yang juga alumnus penerima beasiswa LPDP.
Dalam surat tersebut, Lena menceritakan tentang daerah asalnya, Ambon, Maluku, yang membutuhkan pembangunan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Ia menyoroti pentingnya pembangunan jembatan sebagai penghubung antar pulau. Ia juga menyampaikan motivasinya untuk berkontribusi di bidang pembangunan, selaras dengan bidang studi yang ia tekuni.
"Di motivation letter, saya menceritakan tentang jati diri saya," jelas Lena. "Saya melihat Maluku itu salah satu penghasil ikan terbesar di Indonesia. Saya melihat ada potensi, tetapi secara infrastruktur belum memadai. Saya juga menjadi volunteer NGO berbasis komunitas dan lingkungan, jadi saya melihat kota saya belum maju secara infrastruktur. Dari situ tergerak hati saya dalam penulisan motivation letter itu."
Sebelumnya, Lena aktif dalam kegiatan kerelawanan di bidang lingkungan, seperti Youth For Impact, AIESEC UMM (2024) untuk proyek pengelolaan limbah, dan Student Against Climate Crisis (2022) untuk mempelajari manajemen limbah.
Pantang Menyerah adalah Kunci
Lena tidak menampik bahwa perjalanannya tidak selalu mulus. Ia harus mengikuti tes kemampuan berbahasa Inggris sebanyak tiga kali. Sempat muncul keraguan, apalagi beberapa temannya sudah lebih dulu dinyatakan lolos. Namun, ia memilih untuk terus berjuang.
"Aku kebetulan orangnya if I want it, I have to have it. Jadi waktu sekali gagal pertama itu aku bukan langsung menyerah. Tapi aku langsung analisis, bagian mana yang aku gagal, bagian mana yang sudah berhasil," tuturnya dengan semangat. "Jadi kalau misalnya sekalipun nggak lolos, jangan berkecil hati. Masih ada kesempatan di luar sana."
Persiapan Tambahan: Belajar Bahasa Spanyol
Sebagai persiapan tambahan, Lena juga mempelajari bahasa Spanyol secara otodidak. Ia menyadari bahwa beberapa mata kuliah di Universidad de Castilla-La Mancha akan disampaikan dalam bahasa Spanyol. Ia juga berencana mengikuti kelas pengayaan bahasa di kampus La Mancha. "Belajar bahasa Spanyol adalah investasi penting untuk kelancaran studi dan adaptasi saya di lingkungan baru," tegasnya.
Kisah Lena adalah bukti bahwa mimpi kuliah di luar negeri bisa diraih dengan persiapan matang, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Program Erasmus+ ICM menawarkan kesempatan emas bagi mahasiswa Indonesia untuk merasakan pengalaman belajar di universitas-universitas terkemuka di Eropa.