Mengungkap Misteri Kuil Preah Vihear, Mengapa Jadi Rebutan Dua Negara?
Perebutan Kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja adalah kisah panjang yang melibatkan sejarah, klaim teritorial, dan sentimen nasionalisme. Lebih dari sekadar kepemilikan fisik sebuah kuil, sengketa ini menyentuh identitas nasional dan warisan budaya kedua negara. Mengapa kuil kuno ini menjadi sumber konflik yang berkepanjangan?
Mengapa Kuil Preah Vihear Jadi Rebutan?
Akar masalahnya terletak pada klaim wilayah perbatasan yang tumpang tindih antara Thailand dan Kamboja. Kuil yang berdiri kokoh di puncak tebing setinggi 525 meter di Pegunungan Dangrek ini, telah menjadi simbol penting bagi kedua negara. Kamboja melihat Preah Vihear sebagai representasi kejayaan Kekaisaran Khmer, sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Sementara bagi sebagian masyarakat Thailand, kehilangan kendali atas kuil ini terasa seperti luka sejarah dan ancaman terhadap kedaulatan.
Lebih dari sekadar simbolisme, lokasi strategis kuil menawarkan keuntungan tersendiri. Penguasaan wilayah tersebut berarti akses ke sumber daya alam, kemampuan memantau perbatasan, dan potensi untuk mengembangkan sektor pariwisata. "Ini adalah isu kompleks yang terjalin dari sejarah, budaya, dan kedaulatan nasional," kata Dr. Anya Prasetyo, seorang analis politik internasional dari Universitas Gadjah Mada, menekankan bahwa "Kuil Preah Vihear telah menjadi pusat perhatian dalam konflik yang lebih besar antara kedua negara."
Namun, dinamika politik internal di kedua negara juga memainkan peran penting dalam memperuncing konflik. Pemerintah di kedua sisi sering kali memanfaatkan isu Preah Vihear untuk meraup dukungan publik dan mengalihkan perhatian dari masalah domestik. Sentimen nasionalisme yang kuat di kedua negara membuat penyelesaian sengketa ini semakin rumit.
Fakta-Fakta Kuil Preah Vihear yang Memicu Konflik
Sengketa Kuil Preah Vihear bukan isapan jempol belaka. Inilah fakta-fakta yang memicu panasnya hubungan kedua negara:
Terletak di Wilayah Sengketa
Kuil Preah Vihear terletak persis di perbatasan antara Provinsi Preah Vihear di Kamboja dan Provinsi Sisaket di Thailand. Lokasi geografis yang sensitif inilah yang menjadikannya objek sengketa utama. Peta perbatasan yang berbeda, dan interpretasi yang saling bertentangan, membuat kedua negara saling klaim kepemilikan wilayah di sekitar kuil.
Pada tahun 1904 dan 1907, Siam (nama Thailand saat itu) dan Prancis (yang saat itu melindungi Kamboja) menandatangani serangkaian perjanjian untuk menetapkan perbatasan. Namun, interpretasi peta yang dilampirkan pada perjanjian tersebut menjadi sumber perselisihan yang berkelanjutan. Kamboja berpendapat bahwa peta tersebut jelas menunjukkan kuil berada di wilayah Kamboja, sementara Thailand mengklaim bahwa peta tersebut ambigu dan tidak secara tegas menetapkan garis perbatasan. "Perbedaan interpretasi peta inilah inti dari masalah ini," jelas Profesor Budi Santoso, seorang ahli hukum internasional dari Universitas Indonesia.
Ketegangan memuncak pada tahun 2008 ketika Kamboja mendaftarkan Kuil Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Awalnya, Thailand keberatan dengan pendaftaran ini, tetapi kemudian menyetujuinya dengan syarat bahwa wilayah sengketa di sekitar kuil tidak termasuk dalam area yang dilindungi oleh UNESCO.
Didirikan pada Masa Kekaisaran Khmer
Kuil Preah Vihear dibangun pada abad ke-11 oleh Kekaisaran Khmer, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berkuasa di sebagian besar wilayah Asia Tenggara, termasuk wilayah yang sekarang menjadi Kamboja, Thailand, Laos, dan Vietnam. Kuil ini dipersembahkan untuk Dewa Siwa, salah satu dewa utama dalam agama Hindu.
Pembangunan Kuil Preah Vihear berlangsung selama berabad-abad, dengan berbagai penambahan dan perubahan yang dilakukan oleh raja-raja Khmer yang berbeda. Kompleks kuil ini mencerminkan kehebatan arsitektur dan seni Khmer pada masanya. Relief dan ukiran yang rumit menggambarkan adegan-adegan dari mitologi Hindu dan kehidupan sehari-hari masyarakat Khmer kuno.
Keberadaan Kuil Preah Vihear sebagai warisan Kekaisaran Khmer menjadi simbol identitas nasional bagi Kamboja. Kuil ini dianggap sebagai bukti sejarah dan warisan budaya Kamboja, sekaligus pengingat akan masa kejayaan di masa lalu.
Punya Kompleks Arsitektur Unik
Kuil Preah Vihear memiliki kompleks arsitektur yang unik dan mengagumkan. Dibangun di atas tebing yang curam, kuil ini terdiri dari serangkaian paviliun dan halaman yang terhubung oleh tangga dan jalan setapak. Tata letaknya yang khas memungkinkan pengunjung untuk menikmati pemandangan lembah di bawahnya yang spektakuler.
Arsitektur Kuil Preah Vihear menggabungkan elemen-elemen gaya Khmer klasik dan regional. Penggunaan batu pasir sebagai bahan utama bangunan, relief dan ukiran yang rumit, serta tata letak simetris mencerminkan gaya arsitektur Khmer klasik yang megah. Namun, Kuil Preah Vihear juga memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari kuil-kuil Khmer lainnya, seperti penggunaan batu bata merah pada beberapa bagian bangunan dan penyesuaian dengan topografi yang menantang.
Salah satu fitur arsitektur yang paling mencolok dari Kuil Preah Vihear adalah Gopura, gerbang masuk monumental yang menandai pintu masuk ke setiap halaman kuil. Gopura dihiasi dengan relief dan ukiran yang rumit, menggambarkan adegan-adegan dari mitologi Hindu dan kehidupan istana Khmer.
Jadi Objek Sengketa Hukum-Politik
Sengketa Kuil Preah Vihear tidak hanya melibatkan klaim teritorial, tetapi juga menjadi objek sengketa hukum-politik yang kompleks. Pada tahun 1959, Kamboja mengajukan gugatan ke Mahkamah Internasional (ICJ) untuk meminta pengakuan atas kedaulatannya atas Kuil Preah Vihear.
Pada tahun 1962, ICJ memutuskan bahwa Thailand berkewajiban untuk mengembalikan Kuil Preah Vihear ke Kamboja. Keputusan ini didasarkan pada fakta bahwa Thailand telah lama mengakui kedaulatan Prancis atas wilayah tersebut, dan Prancis kemudian menyerahkan wilayah tersebut kepada Kamboja.
Namun, putusan ICJ tidak sepenuhnya menyelesaikan sengketa. Thailand masih mengklaim wilayah di sekitar kuil, dan bentrokan bersenjata antara pasukan Thailand dan Kamboja terus terjadi selama bertahun-tahun. Pada tahun 2013, ICJ kembali mengeluarkan putusan yang memperjelas batas wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear. Putusan ini memerintahkan Thailand untuk menarik pasukannya dari wilayah yang disengketakan.
Meskipun telah ada putusan ICJ, sengketa Kuil Preah Vihear masih menjadi isu sensitif dalam hubungan antara Thailand dan Kamboja. Upaya untuk menyelesaikan sengketa secara damai melalui negosiasi terus dilakukan, tetapi perbedaan pandangan dan kepentingan di antara kedua negara membuat proses ini berjalan lambat.
Di masa depan, penyelesaian sengketa Kuil Preah Vihear membutuhkan komitmen politik yang kuat dari kedua belah pihak, serta upaya untuk membangun kepercayaan dan saling pengertian. Kerja sama dalam bidang pariwisata, konservasi warisan budaya, dan pembangunan ekonomi di wilayah perbatasan dapat membantu mengurangi ketegangan dan menciptakan hubungan yang lebih harmonis antara Thailand dan Kamboja. "Dialog dan kerjasama adalah kunci untuk menyelesaikan sengketa ini secara damai dan berkelanjutan," pungkas Dr. Prasetyo.