Rahasia Wamen Stella, Begini Cara Bikin Anak Ketagihan Belajar!
Membangun kemampuan belajar pada anak sejak usia dini ternyata lebih penting daripada sekadar menjejalkan materi pelajaran. Menurut Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, fokus pada motivasi dan interaksi yang tepat sejak usia belia akan membuat anak "ketagihan" belajar. Pendekatan ini dianggap lebih efektif dibandingkan memberikan materi pelajaran yang kompleks.
Fondasi Penting: Kemampuan Belajar, Bukan Sekadar Konten
Wamen Stella Christie menekankan bahwa alih-alih membebani anak dengan berbagai konten pelajaran, membangun fondasi kemampuan belajar adalah hal yang krusial. Ia berpendapat, mengenalkan konsep-konsep rumit seperti fisika lanjutan di usia terlalu dini, tidak otomatis menjamin kesuksesan anak di bidang tersebut.
"Ada anggapan keliru bahwa anak-anak harus dicekoki dengan berbagai macam konten sejak kecil. Saya justru tidak menyarankan hal itu," tegas Wamen Stella saat diskusi tentang pendidikan anak usia dini, Jumat (18/7/2025), di Grha Kemendiktisaintek, Jl Jenderal Sudirman.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa minat dan bakat anak bisa berkembang ke arah yang tak terduga. Memaksakan kurikulum tertentu justru bisa menghambat eksplorasi potensi anak di bidang lain. "Anak mungkin tidak akan menjadi insinyur elektro atau fisikawan, mungkin dia akan menjadi seorang seniman, musisi, atau pengusaha. Yang terpenting adalah dia memiliki kemampuan untuk terus belajar," jelasnya. Intinya, kata dia, adalah menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan untuk belajar hal baru, apapun bidangnya.
Motivasi Belajar: Kunci Sukses Anak
Motivasi menjadi kunci utama dalam proses belajar anak, menurut Wamen Stella. Motivasi intrinsik, yaitu dorongan dari dalam diri anak untuk belajar, jauh lebih efektif daripada motivasi ekstrinsik, seperti hadiah atau hukuman. "Yang harus dibangun sejak dini adalah kemampuan dan keinginan untuk belajar apa pun. Belajar untuk belajar, itulah kemampuan yang paling berharga," ujarnya.
Untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, orang tua dan pendidik perlu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan menantang. Anak-anak perlu diberi kesempatan untuk bereksplorasi, bertanya, dan membuat kesalahan tanpa takut dihakimi. "Penting bagi kita untuk memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk mengeksplorasi minat mereka," tambahnya. Dengan demikian, anak-anak akan merasa termotivasi untuk belajar karena merasa memiliki kontrol atas proses belajar mereka.
Interaksi: Membangun Rasa Ingin Tahu Anak
Interaksi berkualitas antara anak, orang tua, dan lingkungan sekitar adalah fondasi penting dalam menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. Penelitian di bidang kognitif menunjukkan bahwa anak-anak yang sering diajak berdiskusi, dimintai pendapat, dan didorong untuk bertanya, akan tumbuh dengan rasa ingin tahu yang lebih besar.
"Belajar untuk belajar ini sangat dipengaruhi oleh interaksi dan tanya jawab," jelas Wamen Stella. "Jika orang tua sering bertanya atau menjawab pertanyaan anak dengan sabar dan antusias, anak akan merasa bahwa dunia ini menarik dan penuh dengan hal-hal yang bisa dipelajari." Menurutnya, membiasakan anak untuk bertanya dan mencari jawaban adalah cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Interaksi positif ini tak hanya terjadi di rumah, tetapi juga di lingkungan sekolah dan komunitas. Guru yang interaktif dan suportif dapat menciptakan suasana belajar yang mendorong anak-anak untuk berpartisipasi aktif dan mengajukan pertanyaan.
Belajar Sambil Bermain: Contoh Praktis
Wamen Stella memberikan contoh bagaimana orang tua bisa menumbuhkan kemampuan belajar anak melalui kegiatan sehari-hari, seperti mengajak anak berbicara saat bermain.
"Saat kita bermain puzzle, kita bisa mengenalkan anak pada konsep ruang," ujarnya. "Misalnya, kita bisa berkata, 'Nah, ini yang di sudut'. Anak mungkin belum pernah mendengar kata 'sudut' sebelumnya, dan itu akan memicu rasa ingin tahunya. Dia akan bertanya, 'Apa itu sudut?' dan kita bisa menjelaskannya dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami."
Contoh lainnya adalah mengajak anak memasak. Saat memasak, anak dapat belajar tentang berbagai bahan makanan, ukuran, dan proses kimia. Mereka juga dapat belajar tentang pentingnya kerja sama dan mengikuti instruksi.
"Belajar sambil bermain adalah cara yang paling efektif untuk menumbuhkan kemampuan belajar anak," tegas Wamen Stella. "Dengan menjadikan belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan dan menarik, kita dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa cinta terhadap belajar yang akan bertahan seumur hidup."
Data dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menunjukkan bahwa anak-anak yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti klub sains atau seni, cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Ini menandakan bahwa belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga melalui berbagai kegiatan di luar sekolah.
Namun, penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kecepatan dan gaya belajar yang berbeda. Orang tua dan pendidik perlu menyesuaikan pendekatan mereka dengan kebutuhan masing-masing anak. Dengan dukungan dan motivasi yang tepat, setiap anak dapat mencapai potensi penuhnya. Kemendikbudristek berkomitmen untuk terus mengembangkan program pendidikan inovatif dan adaptif untuk mendukung perkembangan kemampuan belajar anak-anak Indonesia.