Screen Time Anak, Kapan Ya Aturan Resmi dari Kemendikdasmen Keluar?

Gadget dan internet kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Namun, keasyikan _screen time_ yang berlebihan memicu kekhawatiran di kalangan orang tua dan para ahli. Lantas, kapan ya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan menerbitkan aturan khusus untuk membatasi waktu menatap layar pada anak?
Bagaimana Kebijakan Penggunaan Internet untuk Anak di Indonesia? Ini Kata Kemendikbudristek
Saat ini, Kemendikbudristek mengakui belum memiliki kebijakan khusus yang secara gamblang mengatur penggunaan internet oleh anak-anak. Meski begitu, bukan berarti pemerintah lepas tangan. Edukasi dan sosialisasi tentang penggunaan gawai secara bijak terus digencarkan.
"Kami aktif menyosialisasikan dampak penggunaan gawai pada anak kepada para guru dan tenaga kependidikan. Tujuannya, agar mereka bisa memberikan informasi yang tepat kepada orang tua," jelas dr. Retno Wulandari, Ketua Sub Tim Kerja Penguatan Karakter, Kemendikbudristek, saat ditemui dalam acara Talkshow Pekan Seni Anak Indonesia 2025 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Retno menambahkan, meskipun imbauan formal belum ada, pesan-pesan tentang penggunaan internet yang sehat untuk anak terus disebarluaskan melalui berbagai kegiatan dan program. "Isu ini kita integrasikan ke dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak. Harapannya, kesadaran akan pentingnya penggunaan internet yang bijak bisa meningkat," imbuhnya.
Ketiadaan aturan yang jelas soal _screen time_ pada anak di Indonesia memunculkan pertanyaan tentang perlunya intervensi pemerintah yang lebih tegas. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa aturan yang terlalu ketat justru bisa menghambat kreativitas dan potensi anak dalam memanfaatkan teknologi.
"Penting untuk mencari keseimbangan antara memberi kebebasan anak bereksplorasi dengan teknologi dan melindungi mereka dari dampak negatif _screen time_ berlebihan," ujar psikolog anak, Maria Sari, dalam sebuah diskusi daring.
Lalu, Berapa Lama Sebaiknya Anak Boleh Menatap Layar?
Meskipun belum ada regulasi resmi, panduan durasi _screen time_ ideal berdasarkan usia bisa jadi acuan bagi orang tua. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikbudristek dalam salah satu unggahannya merekomendasikan durasi berikut:
* Usia 0-2 tahun: Sebaiknya tidak ada _screen time_ sama sekali. Interaksi langsung dengan lingkungan dan orang tua sangat penting untuk perkembangan kognitif dan sosial. * Usia 2-3 tahun: Maksimal 30 menit per hari, dengan konten edukasi yang diawasi orang tua. * Usia 3-5 tahun: Tidak lebih dari 1 jam per hari. Pilih konten berkualitas dan bervariasi, batasi penggunaan gawai sebelum tidur. * Usia di atas 5 tahun: Maksimal 2 jam per hari. Ajarkan anak pentingnya istirahat dari layar dan dorong aktivitas fisik dan sosial. * Remaja dan Dewasa: Maksimal 4 jam per hari. Ingat, penggunaan gawai berlebihan bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti mata lelah, gangguan tidur, dan postur tubuh buruk.
Penelitian menunjukkan bahwa _screen time_ berlebihan bisa berdampak negatif pada perkembangan anak, di antaranya:
* Gangguan tidur: Cahaya biru dari layar mengganggu produksi melatonin, hormon pengatur tidur. * Masalah perilaku: Meningkatkan risiko hiperaktivitas dan kesulitan berkonsentrasi. * Keterlambatan perkembangan bahasa: Anak cenderung memiliki kosakata lebih sedikit dan kesulitan berkomunikasi. * Obesitas: Sering dikaitkan dengan kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi makanan tidak sehat.
Beberapa negara sudah mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini. Swedia, misalnya, merekomendasikan larangan penggunaan layar pada balita di bawah 2 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyarankan agar _screen time_ pada anak usia 2-4 tahun dibatasi tidak lebih dari 1 jam per hari.
"Kami berharap dengan memberikan informasi yang tepat kepada orang tua dan guru, mereka dapat membantu anak-anak menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab," pungkas Retno.
Ke depannya, diharapkan Kemendikbudristek dapat mengeluarkan panduan lebih komprehensif mengenai _screen time_ anak, yang mencakup rekomendasi spesifik untuk berbagai kelompok usia dan jenis konten. Penting juga untuk melibatkan berbagai pihak, seperti pakar pendidikan, psikolog anak, dan orang tua, dalam penyusunan panduan tersebut. Dengan demikian, regulasi yang dihasilkan akan lebih relevan dan efektif dalam melindungi anak-anak dari dampak negatif _screen time_ yang berlebihan, sekaligus memberi mereka kesempatan untuk memanfaatkan teknologi secara positif.