Thailand-Kamboja Tegang Lagi, Apa Kabar ASEAN dan Peran Indonesia?

Table of Contents
Thailand-Kamboja Tegang Lagi, Apa Kabar ASEAN dan Peran Indonesia?


Ketegangan kembali mencuat antara Thailand dan Kamboja, memunculkan pertanyaan tentang efektivitas ASEAN serta peran krusial yang dapat dimainkan Indonesia dalam meredakan situasi. Konflik yang memanas ini menjadi ujian bagi solidaritas regional dan menyoroti pentingnya diplomasi yang lebih aktif.

Peran Indonesia dalam Konflik Thailand-Kamboja

Konflik Thailand-Kamboja kembali menyita perhatian, termasuk dari Indonesia. Setelah eskalasi yang dilaporkan telah memakan korban jiwa sejak 27 Juli 2025, posisi ASEAN, organisasi tempat kedua negara bernaung, menjadi sorotan. Indonesia, sebagai salah satu pendiri ASEAN dan memiliki pengaruh besar di kawasan, diharapkan dapat memainkan peran kunci dalam mendinginkan suasana dan mendorong penyelesaian konflik secara damai.

Urgensi Keterlibatan Indonesia

Zain Maulana PhD, pakar Hubungan Internasional dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), menekankan perlunya Indonesia untuk terlibat aktif. Menurutnya, Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga persaudaraan dan stabilitas kawasan, mengingat posisinya sebagai salah satu motor penggerak ASEAN.

"Walaupun Indonesia memiliki banyak agenda lain di tingkat global, kasus ini justru menegaskan bahwa perannya di ASEAN tidak boleh diabaikan," kata Zain Maulana, seperti dikutip dari laman UMY. Ia menambahkan, keberhasilan Indonesia dalam merespons konflik ini akan menjadi tolok ukur kredibilitas ASEAN di mata dunia. Kegagalan menyelesaikan konflik hanya akan mempertanyakan reputasi anggota ASEAN, terutama negara pendirinya seperti Indonesia.

Modal Prabowo Subianto

Zain Maulana juga menyoroti potensi peran Presiden Prabowo Subianto dalam menangani isu ini. Latar belakang pertahanan dan militer yang kuat diharapkan menjadi modal berharga bagi Prabowo dalam merumuskan strategi diplomasi yang efektif.

"Ini seharusnya menjadi pertaruhan bagi Presiden Prabowo. Bagaimana beliau dapat menuntun dan terlibat dalam isu ini dengan memanfaatkan mekanisme ASEAN," ujar Zain. Pengalaman dan pemahaman Prabowo tentang isu keamanan regional dapat dimanfaatkan untuk membangun jembatan komunikasi antara Thailand dan Kamboja.

ASEAN dan Prinsip Non-Intervensi

Meski punya potensi peran, ASEAN menghadapi tantangan internal dalam menangani konflik Thailand-Kamboja. Salah satunya adalah prinsip non-intervensi, yang menjadi fondasi hubungan antar anggota ASEAN. Prinsip ini melarang campur tangan dalam urusan internal negara anggota lain, termasuk sengketa wilayah atau perbatasan.

Keterbatasan Pendekatan ASEAN

Menurut Zain Maulana, prinsip non-intervensi dapat membatasi kemampuan ASEAN untuk bertindak proaktif dalam menyelesaikan konflik. "Peran ASEAN menjadi cenderung kaku, terutama jika sudah menyangkut isu sensitif seperti batas wilayah dan kedaulatan," jelasnya. Biasanya, ASEAN baru akan memberikan bantuan jika ada permintaan dari pihak yang berkonflik.

Situasi ini berbeda dengan kasus sengketa Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia di masa lalu. Dalam kasus tersebut, kedua negara menunjukkan inisiatif proaktif untuk menyelesaikan sengketa melalui perundingan internasional. Sayangnya, Thailand dan Kamboja dinilai kurang menunjukkan keinginan yang sama untuk menyelesaikan sengketa melalui jalur diplomasi.

Faktor Pertimbangan Negara Anggota ASEAN

Zain Maulana mengamati bahwa negara-negara anggota ASEAN cenderung mempertimbangkan berbagai faktor sebelum bertindak dalam konflik Thailand-Kamboja. Faktor-faktor ini meliputi dampak keamanan regional, implikasi ekonomi, potensi peningkatan jumlah korban, dan stabilitas politik di kedua negara.

"Akibat dari pertimbangan yang kompleks ini, peran ASEAN dalam konflik Thailand-Kamboja seringkali terkesan pasif," ujarnya. Negara-negara anggota ASEAN mungkin khawatir intervensi yang terlalu kuat dapat memperburuk situasi dan mengganggu hubungan baik dengan salah satu atau kedua belah pihak.

Namun demikian, situasi yang terus memanas menuntut respons yang lebih konkret dari ASEAN. Kegagalan meredakan ketegangan antara Thailand dan Kamboja tidak hanya merusak citra ASEAN sebagai organisasi regional yang efektif, tetapi juga berpotensi mengancam stabilitas keamanan di kawasan.

Indonesia, dengan modal diplomasi dan pengaruhnya, memiliki peran penting untuk mendorong ASEAN agar lebih proaktif. Mengingat prinsip non-intervensi menjadi tantangan utama, Indonesia dapat mengusulkan pendekatan yang lebih fleksibel, seperti mediasi atau fasilitasi, yang tidak melanggar prinsip tersebut namun tetap memungkinkan ASEAN untuk memberikan kontribusi positif dalam penyelesaian konflik.

Di sisi lain, penting bagi Indonesia untuk membangun komunikasi yang intensif dengan Thailand dan Kamboja. Pendekatan personal dan diplomasi yang hati-hati dapat membantu membangun kepercayaan dan menciptakan ruang dialog antara kedua negara. Indonesia dapat menawarkan diri sebagai mediator yang netral dan terpercaya, membantu kedua belah pihak untuk menemukan titik temu dan solusi yang saling menguntungkan.

Lebih lanjut, Indonesia dapat memanfaatkan forum regional dan internasional untuk meningkatkan kesadaran tentang konflik antara Thailand dan Kamboja. Dengan menyoroti dampak negatif konflik terhadap stabilitas kawasan, Indonesia dapat mendorong dukungan internasional untuk penyelesaian damai.

Data terbaru menunjukkan bahwa eskalasi konflik Thailand-Kamboja telah menyebabkan pengungsian penduduk sipil dan meningkatkan ketegangan militer di wilayah perbatasan. Jika situasi ini terus berlanjut, dampak kemanusiaan dan keamanan dapat semakin memburuk. Oleh karena itu, keterlibatan aktif Indonesia dalam upaya penyelesaian konflik menjadi semakin mendesak.

Indonesia juga perlu mempertimbangkan implikasi ekonomi dari konflik ini. Gangguan terhadap perdagangan dan investasi dapat merugikan tidak hanya Thailand dan Kamboja, tetapi juga negara-negara lain di kawasan. Dengan mendorong penyelesaian damai, Indonesia dapat membantu memulihkan stabilitas ekonomi dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Sebagai penutup, konflik antara Thailand dan Kamboja merupakan ujian berat bagi ASEAN dan menuntut peran aktif dari Indonesia. Dengan memanfaatkan modal diplomasi, pengalaman, dan pengaruhnya, Indonesia dapat membantu meredakan ketegangan, mendorong dialog, dan menciptakan solusi damai yang berkelanjutan. Keberhasilan Indonesia dalam menangani konflik ini akan memperkuat kredibilitas ASEAN dan berkontribusi pada stabilitas keamanan dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara.

Yukina Kato
Yukina Kato Saya Yukina Kato, penulis artikel edukasi yang senang berbagi wawasan praktis untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan diri.