Tragis, Serangan Udara Renggut Nyawa Puluhan Pelajar, Gelombang Protes Meluas di Dhaka

Table of Contents
Tragis, Serangan Udara Renggut Nyawa Puluhan Pelajar, Gelombang Protes Meluas di Dhaka


Dhaka, Bangladesh, berduka setelah serangan udara tragis merenggut nyawa puluhan pelajar. Peristiwa ini memicu amarah dan aksi protes besar di seluruh kota. Ratusan pelajar dan warga turun ke jalan, meluapkan kesedihan dan menuntut keadilan atas kematian anak-anak tak berdosa. Bangladesh dan dunia internasional pun mengecam keras kejadian ini.

Kronologi Tragedi di Milestone School

Senin Kelabu, 21 Juli 2025

Senin, 21 Juli 2025, menjadi hari yang tak terlupakan bagi warga Dhaka. Sekitar pukul 15.00 waktu setempat, sebuah pesawat jet Angkatan Udara Bangladesh F-7 BGI buatan China dilaporkan jatuh menimpa Milestone School and College. Saat itu, para pelajar, yang mayoritas berusia di bawah 12 tahun, baru saja selesai jam pelajaran dan bersiap untuk pulang.

Rahman, seorang warga yang tinggal dekat sekolah, menggambarkan suasana mencekam saat kejadian, "Suaranya seperti kiamat. Kami semua panik dan berlarian menyelamatkan diri."

Ledakan keras mengguncang lingkungan sekitar, diikuti kobaran api yang melalap sebagian bangunan sekolah dua lantai tersebut.

Puluhan Nyawa Melayang, Ratusan Luka-Luka

Dampak dari serangan udara tersebut sangat dahsyat. Puluhan pelajar tewas seketika, dan ratusan lainnya mengalami luka-luka, terutama luka bakar serius. Tim penyelamat segera bergegas ke lokasi untuk mengevakuasi korban ke rumah sakit terdekat. Namun, banyak korban yang terjebak di reruntuhan bangunan yang terbakar.

Hingga Rabu, 23 Juli 2025, jumlah korban jiwa tercatat mencapai 32 orang. Dari jumlah itu, 29 di antaranya adalah pelajar, dan dua lainnya adalah guru yang gugur saat berusaha menyelamatkan murid-muridnya. Sang pilot, yang sedang melakukan penerbangan solo perdananya, juga menjadi korban dalam tragedi ini. Beberapa jenazah sulit dikenali akibat luka bakar parah, sehingga memerlukan tes DNA untuk identifikasi. Lebih dari 170 orang lainnya masih dirawat intensif di rumah sakit karena luka bakar.

Reaksi dan Protes Pelajar: Suara Keadilan Bergema

Tuntutan Menggema di Jalanan

Tragedi ini menyulut gelombang protes di Dhaka dan kota-kota lain di Bangladesh. Ribuan pelajar turun ke jalan, menyuarakan kemarahan dan duka. Mereka menuntut pertanggungjawaban Angkatan Udara Bangladesh dan pemerintah atas insiden maut ini.

Para pelajar menyerukan penghentian seluruh penerbangan pelatihan militer di wilayah padat penduduk. Mereka juga menuntut kompensasi yang layak bagi keluarga korban dan korban luka. Selain itu, mereka mendesak pemerintah untuk transparan dalam mengungkap identitas korban tewas dan luka, serta memberikan informasi yang akurat kepada publik.

"Kami tidak ingin tragedi seperti ini terulang kembali. Pemerintah harus bertanggung jawab atas kelalaian ini," seru seorang pelajar dalam aksi protes di depan gedung parlemen.

Para demonstran juga menyoroti penggunaan pesawat latih usang yang dianggap tidak aman oleh Angkatan Udara Bangladesh, mendesak pemerintah untuk segera mengganti pesawat-pesawat tersebut dengan armada yang lebih modern dan aman. "Pesawat-pesawat tua ini membahayakan nyawa kami. Pemerintah harus bertindak sekarang!" tegas seorang pelajar lainnya.

Konfrontasi di Kompleks Sekretariat

Aksi protes yang awalnya damai berubah menjadi bentrokan ketika para pelajar mencoba memasuki kompleks Sekretariat Bangladesh, pusat administrasi negara. Mereka menuntut pengunduran diri penasihat pendidikan pemerintah yang dianggap bertanggung jawab atas tragedi ini.

Petugas keamanan berusaha membubarkan massa dengan menggunakan gas air mata dan granat kejut, yang menyebabkan sejumlah pelajar terluka.

"Kami hanya ingin keadilan, tapi mereka malah menyerang kami dengan gas air mata," keluh seorang pelajar yang menjadi korban kekerasan aparat.

Para pelajar juga menuding petugas keamanan melakukan penganiayaan terhadap mereka dan para guru yang ikut dalam aksi protes. Beberapa pelajar mengaku dipukuli dan diintimidasi oleh petugas keamanan.

Menurut seorang mantan siswa Milestone yang enggan disebutkan namanya, para pelajar dan penasihat pendidikan sempat dikurung selama berjam-jam di dalam kampus oleh pejabat senior pemerintah, sebelum akhirnya diizinkan keluar dengan pengawalan ketat.

Tanggapan Pemerintah: Hari Berkabung dan Janji Penyelidikan

Duka Nasional

Menanggapi protes dan kecaman publik, Pemerintah Bangladesh menetapkan Selasa, 22 Juli 2025, sebagai hari berkabung nasional. Bendera Merah Putih dikibarkan setengah tiang di seluruh negeri sebagai tanda duka cita.

Presiden Bangladesh menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban dan berjanji akan mengusut tuntas kasus ini. "Kami akan melakukan penyelidikan yang transparan dan akuntabel untuk mengungkap penyebab tragedi ini dan mengambil tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab," tegas Presiden.

Perdana Menteri Bangladesh memerintahkan pembentukan tim investigasi independen yang terdiri dari ahli penerbangan dan hukum untuk menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat tersebut. Pemerintah juga menjanjikan santunan kepada keluarga korban dan biaya pengobatan bagi korban luka.

"Kami akan memastikan bahwa keluarga korban mendapatkan kompensasi yang layak dan para korban luka mendapatkan perawatan medis yang terbaik," kata Menteri Keuangan Bangladesh dalam konferensi pers.

Namun, janji-janji pemerintah belum sepenuhnya meredakan kemarahan dan kekecewaan publik. Banyak pihak yang meragukan komitmen pemerintah untuk melakukan penyelidikan yang transparan dan akuntabel. Gelombang protes diperkirakan akan terus berlanjut hingga tuntutan para pelajar dan masyarakat dipenuhi. Tragedi ini menjadi pukulan telak bagi citra pemerintah dan Angkatan Udara Bangladesh, serta menyoroti perlunya peningkatan standar keselamatan penerbangan di negara tersebut.

Yukina Kato
Yukina Kato Saya Yukina Kato, penulis artikel edukasi yang senang berbagi wawasan praktis untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan diri.