AI di Kelas, Bikin Pintar Atau Justru Bikin Siswa Malas Mikir?

Kecerdasan buatan (AI) kini hadir di dunia pendidikan, memicu diskusi hangat. Apakah AI justru akan mendongkrak kualitas belajar siswa, atau malah membuat mereka enggan berpikir? Integrasi teknologi ini ke dalam kurikulum, yang didukung berbagai pihak termasuk pemerintah, menawarkan peluang sekaligus menghadirkan tantangan yang perlu kita telaah bersama.
AI dalam Pembelajaran: Antara Manfaat dan Tantangan
Penggunaan AI dalam pendidikan ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, AI berpotensi menjadi asisten belajar personal yang luar biasa. Bayangkan, sistem yang bisa menyesuaikan metode belajar dengan gaya belajar masing-masing siswa, menemukan bagian yang sulit, dan memberikan materi atau latihan tambahan yang tepat sasaran. Ini tentu bisa membuat pembelajaran lebih efisien dan efektif. AI juga bisa membantu guru dengan tugas administratif, seperti mengoreksi tugas dan memberikan umpan balik awal, sehingga guru punya lebih banyak waktu untuk berinteraksi langsung dengan siswa.
Namun, terlalu bergantung pada AI bisa membawa dampak negatif. Jika siswa terlalu sering menggunakan AI untuk mencari jawaban atau menyelesaikan tugas, kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah mereka bisa tumpul. Proses belajar yang sebenarnya, yang melibatkan usaha, kesalahan, dan perenungan, bisa terlewatkan. Selain itu, ada kekhawatiran tentang potensi plagiarisme dan kurangnya orisinalitas jika AI digunakan secara tidak bijak.
"AI bisa menjadi alat yang sangat berharga jika digunakan dengan benar," kata Dr. Anita Sari, pakar pendidikan teknologi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). "Tapi, ingat, AI hanyalah alat. Manusia, terutama guru, tetap memegang peran penting dalam membimbing siswa dan menanamkan nilai-nilai penting."
Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan bahwa semakin banyak sekolah di Indonesia yang mulai menggunakan AI dalam berbagai bentuk, dari platform pembelajaran adaptif hingga chatbot yang membantu siswa menjawab pertanyaan. Namun, studi terbaru dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (Puslitbangdik) menemukan bahwa efektivitas AI sangat bergantung pada pelatihan guru dan kebijakan sekolah yang jelas.
AI: Mendorong Kemampuan Berpikir Kritis?
Di tengah kekhawatiran tentang penurunan kemampuan berpikir kritis, beberapa ahli justru berpendapat bahwa AI bisa menjadi alat yang efektif untuk mengasah kemampuan ini. Kuncinya adalah bagaimana AI digunakan dan bagaimana guru membimbing siswa dalam memanfaatkannya.
Contohnya, AI bisa digunakan untuk menganalisis data dan menemukan tren. Siswa bisa diajak menggunakan AI untuk mengumpulkan data tentang isu-isu sosial, menganalisis pola, dan membuat kesimpulan berdasarkan bukti. Proses ini melatih kemampuan siswa untuk berpikir logis, mengevaluasi informasi, dan membuat keputusan yang обоснованные.
Selain itu, AI juga bisa digunakan untuk membuat simulasi dan skenario yang kompleks. Siswa bisa menggunakan AI untuk memodelkan sistem ekonomi, mempelajari dampak kebijakan publik, atau bahkan merancang solusi untuk masalah lingkungan. Pengalaman ini mendorong siswa untuk berpikir kreatif, berkolaborasi, dan memecahkan masalah yang kompleks.
"AI memungkinkan kita memberikan pengalaman belajar yang lebih relevan dan menarik bagi siswa," ujar Bapak Budi Santoso, guru SMA di Jakarta yang sudah menggunakan AI dalam pembelajarannya. "Dengan AI, siswa bisa menjelajahi ide-ide baru, bereksperimen dengan solusi yang berbeda, dan belajar dari kesalahan tanpa takut gagal."
Namun, penting untuk diingat bahwa jawaban atau solusi yang dihasilkan AI tidak selalu benar atau sempurna. Siswa perlu dilatih untuk mengevaluasi informasi dari AI secara kritis, membandingkannya dengan sumber lain, dan menguji kebenarannya. Guru harus menekankan bahwa AI hanyalah alat bantu, bukan pengganti pemikiran manusia.
Sementara itu, para peneliti di Institut Teknologi Bandung (ITB) sedang mengembangkan platform AI yang dirancang khusus untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Platform ini akan menyediakan berbagai latihan dan simulasi yang menantang, serta memberikan umpan balik yang dipersonalisasi berdasarkan kinerja siswa.
Kebijakan dan Pelatihan Guru: Kunci Sukses Implementasi AI
Keberhasilan implementasi AI dalam pendidikan sangat bergantung pada kebijakan yang jelas dan pelatihan guru yang memadai. Tanpa kebijakan yang tepat, penggunaan AI bisa menjadi tidak terkontrol dan menimbulkan masalah baru, seperti plagiarisme dan bias algoritmik.
Kebijakan sekolah harus mencakup pedoman tentang penggunaan AI oleh siswa, termasuk aturan tentang plagiarisme, penggunaan sumber daya yang etis, dan perlindungan data pribadi. Kebijakan ini juga harus menetapkan peran dan tanggung jawab guru dalam membimbing siswa dalam menggunakan AI secara bertanggung jawab.
Selain itu, guru perlu mendapatkan pelatihan komprehensif tentang cara menggunakan AI dalam pembelajaran. Pelatihan ini harus mencakup pemahaman tentang berbagai jenis alat AI yang tersedia, cara mengintegrasikan AI ke dalam kurikulum, dan cara membimbing siswa dalam menggunakan AI secara efektif dan etis.
"Guru adalah kunci keberhasilan implementasi AI dalam pendidikan," tegas Ibu Retno Wulandari, konsultan pendidikan dari LSM yang fokus pada peningkatan kualitas guru. "Guru perlu memiliki pemahaman mendalam tentang AI dan bagaimana menggunakannya untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Mereka juga perlu memiliki keterampilan untuk membimbing siswa dalam menggunakan AI secara kritis dan bertanggung jawab."
Berdasarkan data terbaru dari Asosiasi Guru Republik Indonesia (AGRI), sebagian besar guru di Indonesia masih merasa kurang siap untuk menggunakan AI dalam pembelajaran. Hanya sekitar 30% guru yang merasa percaya diri menggunakan AI, sementara sisanya masih membutuhkan pelatihan dan dukungan tambahan.
Oleh karena itu, pemerintah dan sekolah perlu berinvestasi dalam pelatihan guru dan pengembangan kebijakan yang jelas untuk memastikan AI digunakan secara efektif dan etis dalam pendidikan. Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan masa depan. Kemendikbudristek saat ini sedang menyusun kurikulum pelatihan bagi guru-guru di seluruh Indonesia mengenai penggunaan AI yang efektif dan etis, yang rencananya akan diluncurkan pada awal tahun 2025. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapan guru dalam mengadopsi teknologi AI di kelas.
Yuliana, Director of International Schools IPEKA Christian School, dalam acara Indonesia Future of Learning Summit 2025 di Hotel Episode, Gading Serpong, Sabtu (23/8/2025), juga menekankan pentingnya kemampuan membuat prompt yang baik dan benar dalam penggunaan AI, bukan hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru. Ia mengingatkan bahwa respon AI tidak selalu akurat dan perlu dievaluasi secara kritis. Yuliana juga menyarankan agar pihak sekolah memiliki kebijakan yang jelas tentang plagiarisme sebelum menerapkan AI dalam proses belajar mengajar, serta membekali guru dengan bimbingan yang serius terkait penggunaan AI.