Bikin Merinding! 10 Puisi Kemerdekaan 17 Agustus yang Bakal Membangkitkan Semangat Nasionalismu

Agustus selalu istimewa bagi bangsa Indonesia. Selain upacara bendera dan aneka lomba, peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus juga kerap diisi dengan lomba baca puisi, terutama di lingkungan sekolah. Untaian kata dalam puisi diharapkan mampu menyemangati rasa nasionalisme dan mengenang jasa para pahlawan.
Menyambut HUT ke-80 RI, berikut 10 puisi kemerdekaan yang bisa membangkitkan semangat cinta tanah air:
1. Bumi Pertiwi
Merdeka adalah upaya tanpa henti, Untuk setiap keringat dan darah yang mengalir, Setia bercucur hingga melimpah ruah, Demi Merah Putih berdiri gagah perkasa.
Merdeka! Seru mereka dengan lantang, Oh, Bumi Pertiwi yang kucintai, Diperjuangkan tanpa takut mati, Namun kini, kau dikhianati.
Bendera berkibar semakin tinggi, Namun merahnya semakin memudar, Putihnya pun mulai menguning, Yang berhak malah berpaling.
Hukum diperjual belikan, Kebenaran dicaci maki dan ditinggalkan, Keadilan ditusuk duri, Apa arti kemerdekaan ini?
Jika rakyat tak dapat menikmati, Harga kebutuhan pokok melambung tinggi, Kemiskinan semakin mendominasi, Benarkah kita sudah merdeka kini?
Puisi karya Nur Rahmi, terdapat dalam buku "Antologi Puisi Tema Kemerdekaan" (2023).
2. Negeriku
Dulu, negeriku dipenuhi asap dan peluru, Tangisan menggema di setiap penjuru, Membuat semua raga terasa rapuh, Jeritan menjadi saksi bisu.
Betapa sakitnya negeriku saat itu, Sakit yang tak terbayangkan pilunya, Perihnya menusuk relung hatiku, Pahlawan bangsa berjuang dengan gigihnya.
Demi memulihkan negeriku tercinta, Negeri yang begitu suci dan berharga, Jauh dari belenggu penjajahan yang keji, Negeriku, kini kau telah pulih kembali.
Berkat perjuangan para pahlawan sejati, Kau kembali asri nan jaya abadi.
Puisi karya Wilda Selvianti, terdapat dalam buku "Antologi Puisi Tema Kemerdekaan" (2023).
3. Pahlawan Kemerdekaan
Engkau laksana perisai yang melindungi, Pahlawan sepanjang masa yang abadi, Di atas ombak, namamu melambung tinggi, Keharumanmu terpancar di bumi pertiwi.
Indah nian namamu terukir abadi, Bagi bangsaku yang tercinta ini, Tanpa lelah kau ukir kemerdekaan, Akan selalu terkenang dalam ingatan.
Menjadi memori terindah sepanjang waktu, Pahlawanku, engkau sangat dicinta,
Puisi karya Khusnul KH, terdapat dalam buku "Antologi Puisi Aku Merdeka dan Jendela Berbingkai Baja".
4. Bebas, Satu Kata Merdeka
Kita semua adalah pejuang sejati, Pejuang untuk diri sendiri, Memperjuangkan masa depan yang gemilang, Layaknya para pahlawan kemerdekaan berjuang.
Perjuangan tak semudah membalikkan telapak tangan, Di balik perjuangan, kemerdekaan menanti, Untuk diraih dengan sekuat tenaga, Inilah yang dilakukan para pahlawan bangsa.
Mereka memperjuangkan kemerdekaan, Dengan keringat bercucuran, darah tertumpah, Mengerahkan seluruh jiwa dan raga, Demi satu kata: 'Merdeka!'.
Semangat perjuangan para pahlawan, Tertanam kuat di diri kita semua, Dalam meraih impian yang dicita-citakan, Tidak semudah membalik telapak tangan.
Butuh diterpa sampai titik darah penghabisan, Butuh berjuang demi satu kata 'Merdeka!'.
Puisi karya Khusnul KH, terdapat dalam buku "Antologi Puisi Aku Merdeka dan Jendela Berbingkai Baja".
5. Bentala Merah Putih
Apa yang terhidang saat mengheningkan cipta dibentang? Berabad lalu permadani kering menyisir sekujur pertiwi, Tetes nirwana yang konon tumbuh, Telah menjelma jarau dan sengat bangkai.
Jalan-jalan menganga, pohon dianggap sujud, Pada hamba-Nya yang mengaku Tuhan, Dikebiri kepak kebebasan, dibakar akar kehidupan.
Oh, tidakkah Tuan tengok bentang tangan dan senyum adalah sambutan terbaik? Mengapa popor jadi balasan? Lalu di mana bentala subur permai kami yang kembang di kening? Kepal tangan, tombak, batu senapan, pekik-pekik kami terpantik di kerongkongan langit.
Kami, bangsa Indonesia, dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia, Telah sangkil tangis, doa, darah, dan tulang ke perut bumi, Tapi bara joeang itu masih mengalir, Tuan, Sekar dalam rahim, jantung dan ingatan akan melulu menyala deras di jalan-jalan cita dan saat pertiwi diinjak dihina.
Puisi karya Putri Erline, terdapat dalam buku "Antologi Puisi Kemerdekaan".
6. Merdeka
Aku berterima kasih kepada Tuhan, Dan juga kepada para pahlawan, Yang telah memperjuangkan kemerdekaan, Hingga mereka rela menghilang dari kehidupan.
Di Madura ada Sakera juga para kiai, Yang selalu siap berperang demi merebut kembali NKRI, Selama 350 tahun mereka tak pernah tidur, Untuk memerangi para tentara sekutu yang keji.
Terima kasih, pahlawanku, Sampai sekarang jasamu kan kukenang selalu, Semoga NKRI tetap tegak berdiri, Hingga ribuan Agustus mendatang menghampiri.
Puisi karya Raden Ali, terdapat dalam buku "Antologi Puisi Kemerdekaan".
7. Kisah Pahlawan Bangsa
Sedikit cerita tentang mereka yang berani, Orang-orang yang dijuluki pahlawan bangsa sejati, Pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang dicintai, Teriakan merdeka mengiringi pertumpahan darah yang tak terperi.
Sumpah serapah terucap lantang di udara, Mereka ingin bebaskan bangsa ini dari pendosa, Yang tak tahu arah dan tujuan yang mulia, Menjajah seluruh negeri dan menguasai ibu pertiwi yang tercinta.
Sehingga rakyat menderita dan berduka nestapa, Berjuang sampai mati mereka melawan penjajah durjana, Berpeluh darah dan penuh semangat membara, Demi satu kata: Merdeka!
Semua itu menjadi kisah tak terlupa, Cerita mereka terukir indah dalam buku sejarah, Perjuangan mereka yang gigih tak kenal lelah, Membumihanguskan penjajah membuat ibu pertiwi bangga.
17 Agustus 1945, hari sejarah kemerdekaan Indonesia, Kita petik buah manis dari perjuangan yang penuh tangis, Sekarang kita hanya perlu meneruskan perjuangan mereka, Menjaga agar bangsa ini tidak jatuh ke tangan yang salah.
Puisi karya Randi Handika Wijaya, terdapat dalam buku "Antologi Puisi Kemerdekaan".
8. 17 Agustus
17 Agustus yang penuh semarak, Pekik "Merdeka!" kata itu menggema di setiap daerah, Melalui perjuangan pahlawan yang telah gugur, Perjuangan yang mampu membawa Indonesia menuju kemerdekaan yang luhur.
17 Agustus angka bersejarah, Kemajuan dan prestasi dipamerkan dengan gagah, Untuk mengisi kemerdekaan dengan penuh berkah, Bendera Indonesia berkibar dengan gagah.
Meliuk bersama hembusan angin yang sejuk, Lagu kebangsaan dinyanyikan dengan khidmat, Negara Indonesia semakin bergema di seluruh dunia dengan hebat.
17 Agustus menjadi saksi, Kemerdekaan Indonesia tak sebatas mimpi, Kemerdekaan kita diraih dengan tetes darah dan air mata, Indonesia bisa menikmati udara kemenangan dan cinta.
17 Agustus semua berlomba dengan semangat, Menuju lapangan, menatap dan menghormati sang saka, Merah Putih telah berkibar dengan gagah, Bersama semangat kemerdekaan yang membara.
Indonesia kini telah merdeka dan berjaya.
Puisi karya Suyono, terdapat dalam buku "Kumpulan Puisi Semangat Kemerdekaan Masa Kini".
9. Perjuangan Para Pahlawan untuk Indonesia
Untukmu pahlawanku yang gagah berani, Tanpamu kami tak mampu seperti sekarang ini, Keberanianmu menerjang penjajah yang keji, Dalam darahmu mengalir semangat juang abadi.
Keberanian menjadi kekuatan untuk menerobos gerbang penjajah, Genangan darah sebagai bukti kesetiaanmu yang megah, Tulang-tulang yang remuk terhampar bak mutiara, Sebagai tanda kesucianmu yang tak ternilai harganya.
Karena jasa dalam darahmu Indonesia mampu merdeka, Kucuran deras keringat membasahi seluruh tubuh, Kadang jiwa ini terpuruk dalam kesedihan yang kelabu, Mengenang semua penderitaan dan perjuanganmu.
Semua demi Indonesia, kau taruhkan nyawamu, Pahlawan kau genggam bambu runcing di tanganmu, Luka di tubuh kau anggap hanya biasa saja, Di tengah teriknya sang matahari kau berperang demi negeri tercinta.
Namun di balik peperangan jasa dan semangatmu selalu ada.
Puisi karya Suyono, terdapat dalam buku "Kumpulan Puisi Semangat Kemerdekaan Masa Kini".
10. Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan
Di sebuah makam yang sunyi dan damai, Jauh dari kehidupan duniawi nan ramai, Yang tersimpan hanyalah kenangan abadi, Akan keabadian yang temaram dan berarti.
Sepotong sunyi menepi dengan sendu, Di antara nisan-nisan berjejer rapi selalu, Seolah jadi teman yang peduli dan setia, Menyanyikan sepi tanpa henti dan tanpa jeda.
Berkalang tanah engkau para kebanggaan, Tenggelam bersama keteladanan dan kebaikan, Betapa tamanmu kini sunyi dan sepi, Seakan duniamu tlah ikut mati.
Taman makammu makin tak terjamah, Perjuanganmu makin terlupa sejarah, Sungguh ironis dan menggugah hati yang resah, Semua terjadi saat jasamu terasa indah.
Nisanmu yang dulu megah dan perkasa, Kini tampak mulai layu dan jengah terasa, Bagai bunga kamboja berguguran ke tanah tercinta, Tak terusik oleh deretan kisah yang ada.
Sepotong sunyi terus menggelayuti, Taman makammu wahai pahlawan negeri, Hati berbisik dengan sepi dan pilu, Akankah kami bisa berbagi denganmu?
Meski hanya kisah yang tak selesai, Dari perjalananmu yang telah usai terurai.
Puisi karya Siti Isnatun M, terdapat dalam buku "Kumpulan Puisi Pahlawan".
Semoga untaian kata di atas mampu menginspirasi dan membangkitkan semangat nasionalisme dalam menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia! Mari isi kemerdekaan dengan karya nyata dan prestasi yang membanggakan.