Bye-bye Brain Rot! Ini Rahasia Otak Tetap Segar & Produktif

Merasa Otak Tumpul dan Sulit Fokus? Waspadai "Brain Rot"!
Pernahkah kamu merasa sulit berkonsentrasi, atau seolah-olah otakmu "berkarat"? Bisa jadi, kamu sedang mengalami brain rot. Istilah yang makin populer di era digital ini, ternyata punya dampak serius lho.
Apa Sebenarnya Brain Rot Itu?
Meski terdengar menyeramkan, brain rot sebenarnya bukanlah diagnosis medis resmi. Oxford University Press mendefinisikannya sebagai kemerosotan kondisi mental atau intelektual seseorang. Ini terjadi akibat kebiasaan mengonsumsi konten digital yang repetitif, tidak menantang, dan sering kali membuat ketagihan. Singkatnya, brain rot adalah efek samping dari gaya hidup digital yang berlebihan. Kondisi ini bisa menghampiri siapa saja, tanpa memandang usia.
Gejala umumnya meliputi kesulitan fokus, penurunan kemampuan berpikir kritis, hingga perasaan hampa atau kurang motivasi.
Apa yang Menyebabkan Otak Jadi "Membusuk"?
Penyebab utama brain rot adalah paparan berlebihan terhadap konten digital yang kurang merangsang kognitif. Algoritma media sosial seringkali menjadi biang keladinya, karena dirancang untuk membuat kita terus terpaku pada layar. Konten-konten singkat, video viral, dan berita sensasional menjadi "makanan" utama otak, menggantikan aktivitas yang lebih bermanfaat seperti membaca, belajar, atau interaksi sosial langsung.
Seperti yang disampaikan oleh Okki Sutanto, seorang penulis sekaligus praktisi dengan latar belakang psikologi, "Tidak selalu buruk, teknologi adalah suatu hal yang penting untuk generasi muda. Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong memperingatkan, penting bagi generasi muda, anak-anak sekolah untuk belajar tentang Artificial Intelligence. Jadi bukan berarti kita harus anti dengan teknologi, tapi lebih ketahu batasan," dalam acara Indonesia Future of Learning Summit 2025 di Hotel Episode, Gading Serpong, Sabtu (23/8/2025).
Kurangnya variasi dalam aktivitas sehari-hari dan gaya hidup yang monoton juga bisa memperburuk kondisi ini.
Dampak Negatif Brain Rot, Lebih dari Sekadar Lupa
Dampak brain rot bisa dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan. Dari segi kognitif, kita jadi sulit fokus, mengingat informasi, dan memecahkan masalah. Kreativitas dan kemampuan berpikir inovatif pun bisa terhambat. Secara emosional, brain rot dapat memicu perasaan cemas, depresi, dan isolasi sosial. Produktivitas kerja dan kualitas hubungan interpersonal juga bisa menurun. Lebih jauh lagi, kebiasaan mengonsumsi konten digital berlebihan dapat mengganggu pola tidur, menyebabkan kelelahan kronis, dan meningkatkan risiko masalah kesehatan fisik lainnya.
4 Rahasia Ampuh Atasi Brain Rot
Jangan panik! Ada beberapa langkah strategis yang bisa diambil untuk mencegah dan mengatasi brain rot:
1. Eliminasi: Singkirkan Sumber Kecanduan Digital
Langkah pertama yang paling penting adalah mengidentifikasi dan menyingkirkan sumber-sumber kecanduan digital. Ini berarti menghapus aplikasi media sosial yang paling adiktif, memblokir situs web yang membuang-buang waktu, dan mengurangi paparan terhadap konten yang memicu dorongan untuk terus-menerus memeriksa ponsel atau tablet.
2. Batasi: Kurangi Screen Time Secara Bertahap
Jika eliminasi total terasa sulit, cobalah untuk mengurangi screen time secara bertahap. Mulailah dengan menetapkan batasan waktu harian untuk penggunaan perangkat digital dan patuhi batasan tersebut. Gunakan fitur bawaan pada ponsel atau aplikasi pihak ketiga untuk melacak dan mengontrol penggunaan. Cari aktivitas alternatif yang lebih bermanfaat dan menyenangkan untuk mengisi waktu luang, seperti membaca buku, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman. Misalnya, alihkan waktu yang biasa dihabiskan untuk scrolling media sosial dengan berjalan kaki di taman atau belajar bahasa baru.
Okki Sutanto juga menyarankan untuk mengurangi screen time secara bertahap, "Tapi ketika kita tidak bisa mengeliminasi, kita bisa selalu membatasi. Jadi kalau sehari kita merasa 6 jam screen time itu udah terlalu banyak dan gak sehat, coba kurangin pelan-pelan. Kurangin ke 5 jam, kurangin ke 4 jam, kalau bisa di bawah 3 jam itu bagus,"
3. Kurasi: Pilih Konten yang Berkualitas
Tidak semua konten digital itu buruk. Penting untuk menjadi lebih selektif dalam memilih konten yang dikonsumsi. Alih-alih hanya mengikuti tren atau terjebak dalam algoritma, carilah konten yang informatif, edukatif, dan menginspirasi. Ikuti akun media sosial yang memberikan nilai tambah, baca artikel dan buku yang berkualitas, dan tonton film dokumenter atau video edukasi. Dengan mengkurasi konten yang dikonsumsi, Anda dapat mengubah kebiasaan digital menjadi sumber pembelajaran dan pertumbuhan pribadi.
Okki Sutanto mengingatkan, "Apa hal-hal yang kita konsumsi, apa hal-hal yang kita nonton di gadget kita itu kita kurasi. Jangan diatur oleh algoritma, jadi kita buka, lalu scroll-scroll tanpa henti, itu yang harus dihindari,"
4. Banyak Membaca dan Menulis: Stimulasi Otak yang Positif
Membaca dan menulis adalah dua aktivitas yang sangat baik untuk menstimulasi otak dan meningkatkan kemampuan kognitif. Membaca membuka wawasan baru, meningkatkan kosakata, dan melatih kemampuan berpikir kritis. Menulis membantu mengorganisasikan pikiran, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan mengekspresikan diri secara kreatif. Usahakan untuk membaca buku secara teratur dan menulis jurnal atau blog untuk melatih otak dan menuangkan ide-ide.
"Selama kita terbiasa membangun kebiasaan untuk membaca dan menulis, itu akan sangat membantu untuk tidak ketergantungan," kata Okki Sutanto.
Kesimpulan: Kendalikan Kebiasaan Digitalmu!
Brain rot adalah masalah serius yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan kognitif kita. Namun, dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat mencegah dan mengatasi kondisi ini. Dengan mengeliminasi sumber kecanduan, membatasi screen time, mengkurasi konten yang berkualitas, dan membiasakan diri untuk membaca dan menulis, kita dapat menjaga otak tetap segar, produktif, dan siap menghadapi tantangan di era digital ini. Jangan biarkan otak kita "membusuk" akibat paparan konten yang tidak bermanfaat. Ambil kendali atas kebiasaan digital kita dan investasikan waktu dan energi untuk aktivitas yang menyehatkan otak. Masa depan ada di tangan kita, dan otak yang sehat adalah kunci untuk meraihnya.