Curhat Seorang Hakim, Jadi Guru Itu Lebih dari Sekadar Mengajar

Table of Contents
Curhat Seorang Hakim, Jadi Guru Itu Lebih dari Sekadar Mengajar


Hakim Mahkamah Konstitusi, Arief Hidayat, melontarkan pandangan yang cukup menarik perhatian dalam sidang uji materi terkait usia pensiun guru dan dosen. Ia menilai, beban kerja seorang guru, terutama di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), justru lebih berat dibandingkan seorang dosen. Pernyataan ini muncul dalam sidang yang membahas perbedaan usia pensiun guru dan dosen, memicu diskusi tentang kompleksitas tugas masing-masing profesi.

Sorotan Hakim Arief Hidayat pada Beban Kerja Guru

Dalam sidang pemeriksaan uji materi Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Hakim Arief Hidayat mempertanyakan logika di balik perbedaan usia pensiun. Menurutnya, guru PAUD memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter anak sejak dini, namun usia pensiun mereka justru lebih rendah dari dosen. Ia mempertanyakan, "Kenapa yang lebih berat malah boleh sampai di usia yang lebih tinggi sedangkan ini yang hanya pendidikan kok enggak boleh? Ini mohon untuk bisa diberikan reasoning yang mendalam."

Uji materi ini diajukan oleh Sri Hartono, seorang guru SMA Negeri 15 Semarang, Jawa Tengah, yang merasa bahwa perbedaan usia pensiun antara guru (60 tahun) dan dosen (65 tahun, atau 70 tahun untuk guru besar) menciptakan ketidakadilan.

Pembelaan Pemerintah dan Data Penelitian

Menanggapi hal ini, perwakilan pemerintah, Staf Ahli Bidang Regulasi dan Antar Lembaga Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Biyanto, menjelaskan bahwa beban kerja dosen berbeda karena adanya Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Sementara itu, guru fokus pada pendidikan atau pembelajaran saja.

Pemerintah juga menyampaikan hasil penelitian Dewi Rosita Rusdi yang berjudul "Pengaruh Usia Guru, Pengalaman Dalam Mengajar dan Tingkat Pendidikan Guru Terhadap Profesionalitas Kinerja Guru di MTs Alurwatul Wutqo Bulurejo, Jombang." Penelitian ini menemukan bahwa ada korelasi antara bertambahnya usia guru dengan penurunan aspek fisiologis. Pada usia 30-45 tahun, guru mulai mengalami penurunan fisik yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja di kelas.

Selain itu, pemerintah mengacu pada artikel "Effects of Age on Teachers' Self-Efficacy: Evidence from Secondary Schools" karya Silvester JO Odanga dan Peter JO Aloka. Artikel ini menyoroti bahwa efikasi diri guru, yaitu keyakinan terhadap kemampuan mengelola dan melaksanakan tugas pembelajaran, erat kaitannya dengan faktor usia.

Pengalaman Arief Hidayat Sebagai Dosen Lebih dari 40 Tahun

Hakim Arief Hidayat memberikan perspektif unik berdasarkan pengalamannya selama lebih dari 40 tahun sebagai dosen. Menurutnya, dosen berhadapan dengan mahasiswa yang lebih mandiri dalam belajar. "Kalau dosen ngajar mau mahasiswanya mudheng atau tidak ya terserah dia belajar sendiri, ya lebih banyak mandiri," ungkap Arief.

Sebaliknya, guru mendidik sejak awal, terutama guru PAUD yang bahkan mengajari hal-hal sangat personal. "Apalagi guru PAUD ngajari termasuk nyewoki (membersihkan kotoran), lebih berat daripada dosen itu. Lah kalau dosen mosok nyewoki segala kacau balau nanti itu ya," ujarnya.

Pandangan ini memicu perdebatan mengenai kompleksitas tugas guru dalam membentuk karakter anak usia dini. Ini bukan hanya tentang menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan sosial yang membentuk kepribadian anak di masa depan.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.