Denmark Cari Cara Jitu Selamatkan Minat Baca, Pajak Buku Jadi Korban?

Denmark sedang berupaya mencari cara untuk membangkitkan kembali minat baca di kalangan warganya. Salah satu langkah yang tengah dipertimbangkan secara serius adalah menghapus pajak pertambahan nilai (PPN) untuk buku. Kebijakan ini diharapkan menjadi solusi ampuh untuk mengatasi krisis membaca yang melanda Negeri Skandinavia itu.
Mengapa Denmark Khawatir Soal Minat Baca?
Kekhawatiran akan menurunnya minat baca di Denmark bukan sekadar isu belaka. Menteri Kebudayaan Denmark, Jakob Engel-Schmidt, bahkan menyebut penghapusan PPN buku sebagai respons atas situasi yang mengkhawatirkan ini. "Sebagai menteri, saya bekerja keras untuk ini. Saya percaya kita harus melakukan segalanya untuk mengakhiri krisis membaca yang sayangnya telah meluas dalam beberapa tahun terakhir," tegasnya, menggambarkan betapa mendesaknya masalah ini.
Krisis membaca ini ditandai dengan menurunnya kemampuan dan keinginan masyarakat, terutama generasi muda, untuk membaca dan memahami teks. Dampaknya bisa merambat ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, kemampuan berpikir kritis, hingga partisipasi dalam masyarakat. Pemerintah Denmark merasa perlu melakukan intervensi serius untuk membalikkan tren negatif ini.
Peminjaman Buku Fisik Melonjak, Pertanda Baik?
Di tengah kekhawatiran tersebut, data dari Statistik Denmark justru menunjukkan tren yang menarik. Pada tahun 2024, terjadi lonjakan signifikan dalam peminjaman buku fisik di perpustakaan. Angka peminjaman meroket dari sekitar 800 ribu buku pada tahun 2023 menjadi 24,1 juta buku. Jumlah ini setara dengan 68 persen dari total peminjaman buku secara keseluruhan.
Namun, lonjakan ini belum tentu menandakan peningkatan minat baca secara menyeluruh. Data menunjukkan bahwa sebagian besar peminjam buku fisik adalah kelompok usia 30-49 tahun, yang menyumbang 20% dari total peminjaman. Menurut Lotte Hviid Dhyrbye dari Think Tank on Future Libraries, kelompok usia ini menghargai waktu membaca sebagai cara untuk mengurangi dampak negatif paparan layar (screen time) terhadap konsentrasi.
Remaja Denmark Kurang Tertarik Membaca, Kenapa?
Berbanding terbalik dengan kelompok usia dewasa, tingkat peminjaman buku oleh remaja di Denmark tergolong rendah. Hal ini menjadi perhatian khusus karena generasi muda adalah kunci keberlanjutan budaya membaca di masa depan. Beberapa faktor diduga menjadi penyebab rendahnya minat baca di kalangan remaja, salah satunya adalah daya tarik media sosial dan beragam aktivitas alternatif lainnya.
Persaingan dengan platform digital dan konten visual yang lebih menarik, serta kurangnya relevansi materi bacaan dengan minat remaja, menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, tekanan akademik dan tuntutan sosial juga dapat mengurangi waktu dan motivasi remaja untuk membaca.
Penghapusan PPN Buku: Jurus Jitu Pemerintah Denmark?
Menyadari kompleksitas permasalahan ini, pemerintah Denmark berupaya mencari solusi komprehensif. Salah satu langkah yang diambil adalah mempertimbangkan penghapusan PPN buku yang saat ini mencapai 25%. Menteri Kebudayaan Jakob Engel-Schmidt meyakini bahwa kebijakan ini dapat mendorong lebih banyak orang untuk gemar membaca. Penghapusan PPN diharapkan dapat menurunkan harga buku, sehingga lebih terjangkau bagi masyarakat luas, termasuk remaja.
Langkah ini juga merupakan respons terhadap rekomendasi dari pedagang buku dan penulis yang telah lama menyuarakan pentingnya penghapusan PPN buku. Mereka berpendapat bahwa penghapusan pajak akan memberikan insentif bagi masyarakat untuk membaca dan mendukung keberlangsungan industri perbukuan.
Perbandingan Pajak Buku: Denmark vs Negara Lain
Kebijakan PPN buku di Denmark saat ini terbilang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa. Sebagai perbandingan, Swedia hanya mengenakan PPN buku sebesar 6 persen, Finlandia 14 persen, dan Inggris Raya bahkan tidak mengenakan PPN sama sekali. Perbedaan ini menunjukkan bahwa Denmark memiliki ruang untuk menurunkan beban pajak pada buku agar lebih kompetitif dan mendorong minat baca.
Dengan menurunkan atau bahkan menghapus PPN buku, Denmark berharap dapat menyelaraskan kebijakan dengan negara-negara lain yang lebih progresif dalam mendukung budaya membaca. Langkah ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi industri perbukuan Denmark.
Berapa Biaya yang Harus Dibayar Denmark?
Penghapusan PPN buku tentu akan berdampak pada penerimaan negara. Pemerintah Denmark memperkirakan bahwa kebijakan ini akan menelan biaya sekitar 300 juta krone Denmark atau sekitar Rp 760,27 miliar per tahun. Meskipun demikian, pemerintah meyakini bahwa investasi dalam meningkatkan minat baca merupakan investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan negara secara keseluruhan.
Pemerintah berpendapat bahwa peningkatan minat baca akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mendorong inovasi, dan memperkuat daya saing ekonomi Denmark di masa depan. Oleh karena itu, penghapusan PPN buku dianggap sebagai langkah strategis yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.
Investasi untuk Generasi Muda yang Gemar Membaca
Selain penghapusan PPN buku, pemerintah Denmark juga mengalokasikan anggaran sebesar 24,4 juta krone Denmark atau sekitar Rp 61,83 miliar untuk berbagai program yang bertujuan meningkatkan minat baca di kalangan anak-anak, remaja, dan keluarga. Program-program ini mencakup penyediaan buku berkualitas, pelatihan bagi guru dan pustakawan, serta kegiatan-kegiatan yang mendorong interaksi positif antara anak-anak dan buku.
Tujuan utama dari investasi ini adalah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung budaya membaca sejak usia dini. Dengan memberikan akses mudah ke buku dan menciptakan pengalaman membaca yang menyenangkan, diharapkan anak-anak dan remaja akan tumbuh menjadi pembaca yang gemar dan kritis.
Hadiah untuk Para Pecinta Buku di Perpustakaan
Sebagai bentuk apresiasi dan motivasi, pemerintah Denmark juga berencana memberikan reward kepada para peminjam buku di perpustakaan. Bentuk reward ini belum ditentukan secara pasti, namun diharapkan dapat menjadi daya tarik tambahan bagi masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan dan membaca buku.
Inisiatif ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang mendukung budaya membaca. Dengan memberikan penghargaan kepada para pembaca, diharapkan minat baca di Denmark akan terus meningkat dan krisis membaca dapat diatasi. Langkah ini juga sebagai bentuk pengakuan atas peran penting perpustakaan sebagai pusat literasi dan informasi bagi masyarakat.