Gibran Pilih Baju Adat Gayo di HUT RI, Ada Cerita Mendalam di Baliknya!
Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda tampil memukau dalam balutan busana adat saat menghadiri Upacara HUT ke-80 RI di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Minggu (17/8/2025). Gibran memilih pakaian adat Gayo, Aceh, sementara Selvi anggun dengan busana khas Palembang. Penampilan mereka tak hanya mempesona, tetapi juga sarat makna.
Pesan Mendalam di Balik Pakaian Adat Gayo Gibran
Pilihan Gibran jatuh pada pakaian adat Gayo ternyata menyimpan filosofi mendalam. Busana ini bukan sekadar kain, melainkan representasi identitas dan nilai-nilai luhur masyarakat Gayo. Dr. Irma Suryani, seorang pengamat budaya, mengungkapkan pada wartawan, Senin (18/8/2025), "Ini adalah bentuk apresiasi terhadap kekayaan budaya Nusantara. Pakaian adat Gayo memiliki nilai historis dan filosofis yang mendalam." Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa pemilihan ini menunjukkan kepedulian terhadap pelestarian budaya daerah.
Pakaian adat Gayo sendiri memiliki beragam jenis, dibedakan oleh motif dan penggunaannya. Kekayaan ragam hiasnya mencerminkan kearifan lokal dan sistem kepercayaan masyarakat.
Motif-Motif Penuh Makna
Pakaian adat Gayo dihiasi berbagai motif yang masing-masing memiliki nama dan cerita tersendiri. Beberapa motif yang sering dijumpai antara lain Mata Itik, Pucuk Rebung, Sesirung, Leladu, Mun Berangkat, Tulen Iken, Puter Tali, Bunge Kipes, Gegaing, Panah, dan Motip Selalu.
Motif-motif ini bukan sekadar dekorasi, tetapi juga sarana komunikasi visual yang menyampaikan pesan penting. Misalnya, motif Mata Itik melambangkan kewaspadaan, sementara Pucuk Rebung merepresentasikan pertumbuhan dan harapan.
Warna-Warna Simbolis
Warna juga memiliki peran penting dalam pakaian adat Gayo. Meskipun didominasi warna hitam, seringkali ditemukan warna merah, putih, hijau, dan kuning, yang masing-masing memiliki makna simbolis. Hitam melambangkan kekuatan, merah semangat, putih kesucian, kuning kemuliaan, dan hijau kesuburan.
Ikat Pinggang dengan Motif Mun Berangkat
Perhatian tertuju pada ikat pinggang yang dikenakan Gibran, yang berhiaskan motif Mun Berangkat. Motif ini sangat bermakna bagi masyarakat Gayo, menyimbolkan cita-cita dan tata cara dalam kehidupan bermasyarakat. Tgk. Ali Mustafa, tokoh masyarakat Gayo, menjelaskan bahwa motif ini mengingatkan untuk selalu memiliki tujuan yang jelas dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. "Motif Mun Berangkat adalah simbol harapan dan semangat untuk mencapai cita-cita bersama. Ini adalah pesan penting yang ingin disampaikan melalui pakaian adat ini," ujarnya.
Keanggunan Selvi Ananda dengan Pakaian Adat Palembang
Selvi Ananda tak kalah memukau dengan pakaian adat Palembang. Busana ini dikenal dengan keindahan dan kemegahannya, serta sarat akan makna filosofis. Secara umum, baju adat Palembang terdiri dari Aesan Gede dan Pak Sangkong.
Aesan Gede: Kemewahan Pulau Emas
Aesan Gede didominasi warna merah jambu yang dipadukan dengan nuansa keemasan, mencerminkan kemewahan dan keanggunan. Filosofinya menggambarkan Sumatera sebagai "Swarnadwipa" atau pulau emas, melambangkan kekayaan alam dan budaya Palembang. Aesan Gede biasanya dilengkapi mahkota, bungo cempako, dan hiasan lain yang memperkuat kesan mewah.
Pak Sangkong: Kekuatan dan Kemuliaan
Pak Sangkong terbuat dari beludru dengan lapisan dalam katun berwarna merah. Bagian luarnya dihiasi lempengan kuningan bermotif bunga. Hiasan kuningan berbentuk setengah bulat disambungkan dengan benang merah, menghiasi kerah, ujung lengan, dan sisi depan pakaian. Pak Sangkong melambangkan kekuatan, keberanian, dan kemuliaan, sering dikenakan oleh bangsawan dan tokoh penting.
Penampilan Gibran dan Selvi dalam balutan busana adat Gayo dan Palembang, adalah wujud nyata semangat Bhinneka Tunggal Ika. Momen ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk semakin mencintai dan menghargai keberagaman budaya bangsa.
