Inspiratif! Profesor Muda Ini Buktikan Bisa Sukses Jadi Dosen, Peneliti, Sekaligus Atlet

Table of Contents
Inspiratif! Profesor Muda Ini Buktikan Bisa Sukses Jadi Dosen, Peneliti, Sekaligus Atlet


Kisah inspiratif datang dari berbagai arah, salah satunya dari Prof. Andi Dian Permana, seorang akademisi muda yang berhasil menyeimbangkan karir cemerlang, riset mendalam, dan gaya hidup sehat. Ia membuktikan bahwa sukses itu multidimensi dan bisa diraih tanpa mengorbankan aspek penting lainnya.

Prof. Andi Dian Permana: Guru Besar Muda yang Menginspirasi

Nama Prof. Andi Dian Permana mencuat setelah dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Hasanuddin (Unhas) pada Juni 2024 lalu. Di usia yang baru menginjak 34 tahun, ia meraih gelar profesor, menjadikannya salah satu yang termuda di kampusnya. Lebih dari sekadar prestasi akademik, Prof. Andi juga dikenal karena gaya hidup sehatnya yang menginspirasi. Ia menjadi bukti nyata bahwa kesuksesan di dunia pendidikan tinggi bisa berjalan beriringan dengan kebugaran jasmani.

Ketertarikan Prof. Andi pada gaya hidup sehat bukan hanya sekadar hobi. Ia aktif membagikan rutinitas dan motivasinya melalui media sosial. Hal ini kemudian membawanya pada pencapaian baru: terpilih sebagai Grand Finalist The New L-Men of the Year 2025, mewakili Sulawesi Selatan. Ajang ini mencari sosok pria yang tak hanya sehat dan berpenampilan menarik, tetapi juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan mampu menjadi health influencer.

"Saya melihat lebih dalam," tutur Prof. Andi. "Dunia akademis seringkali identik dengan buku-buku tebal, layar komputer, dan jam-jam panjang di laboratorium. Padahal, tubuh kita juga butuh perhatian." Ia ingin mendobrak stereotip bahwa guru besar hanya berkutat dengan teori dan penelitian. Baginya, seorang akademisi tetap bisa produktif secara intelektual sekaligus bugar secara fisik.

Kebugaran: Investasi Penting bagi Akademisi

Prof. Andi sangat percaya bahwa pikiran yang tajam membutuhkan tubuh yang sehat. Dalam dunia akademis, kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan konsisten adalah kunci. Namun, menurutnya, semua itu akan sulit dicapai jika kondisi fisik tidak mendukung. "Olahraga bukan hanya soal otot atau bentuk tubuh, tapi tentang energi, fokus, dan daya tahan," tegasnya.

Ia berpendapat bahwa menjaga kebugaran sama pentingnya dengan membaca jurnal atau menulis publikasi ilmiah. Hal itu merupakan bagian dari tanggung jawab, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang-orang yang mengandalkannya sebagai seorang akademisi. "Kalau badan sehat, mental lebih tenang, dan produktivitas pun terjaga," imbuhnya.

Selain rutin berolahraga, Prof. Andi juga aktif membimbing mahasiswa, melakukan riset di bidang farmasi (khususnya drug delivery system untuk pengembangan pengobatan), serta menulis publikasi di jurnal internasional. Ia juga sering terlibat dalam kolaborasi riset antar universitas dan menjadi pembicara di seminar, baik di tingkat nasional maupun internasional.

"Jadi, meskipun saya aktif di olahraga, dunia akademis tetap menjadi prioritas utama yang saya tekuni sepenuh hati," kata Prof. Andi, menegaskan komitmennya pada dunia pendidikan dan penelitian.

Manajemen Waktu Ala Prof. Andi

Banyak yang penasaran bagaimana Prof. Andi mampu membagi waktu antara kesibukan akademis dan olahraga. Rahasianya terletak pada jadwal yang terstruktur dan disiplin. "Bukan soal sempat atau tidak sempat, tapi mau atau tidak mau," jelasnya. "Saya menjadwalkan latihan seperti saya menjadwalkan rapat atau eksperimen di laboratorium. Harus ada slot khusus, dan diusahakan tidak digeser."

Biasanya, pagi hari digunakan untuk berolahraga sebelum memulai aktivitas akademis. Jika tidak sempat di pagi hari, maka malam hari, setelah semua pekerjaan selesai, ia menyempatkan minimal satu jam untuk bergerak. Baginya, olahraga bukan penghalang pekerjaan, melainkan penopang agar semua pekerjaan bisa dilakukan dengan lebih baik. Prinsip ini berlaku tidak hanya untuk akademisi, tetapi juga untuk para mahasiswa.

Prof. Andi menyarankan untuk tidak membatasi diri pada satu peran saja. Ia sendiri telah menerbitkan 131 artikel ilmiah di jurnal internasional yang terindeks Scopus, sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa di usianya. Lulusan doktoral dari Queen's University Belfast, UK ini, juga masuk dalam daftar Top 2% Scientist Dunia versi Stanford University & Elsevier (2022-2024).

"Kita bisa berprestasi di akademis, tapi juga aktif menjaga kesehatan dan menjadi inspirasi di bidang lain. Kita tidak hanya hidup untuk bekerja, tapi bekerja supaya kita bisa hidup dengan penuh kualitas," tuturnya.

"Rawat pikiran dan tubuh sama-sama, karena keduanya adalah modal kita untuk memberi manfaat yang berkelanjutan. Dan yang terpenting, jangan takut mencoba hal baru di luar zona nyaman. Kadang, di luar sana, kita menemukan versi terbaik dari diri kita sendiri," pungkas Prof. Andi, memberikan pesan inspiratif bagi generasi muda yang ingin meraih kesuksesan di berbagai bidang. Kisahnya menunjukkan bahwa dengan komitmen, disiplin, dan kemauan untuk keluar dari zona nyaman, setiap orang dapat mencapai potensi maksimal mereka.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.