Kisah Inspiratif, Anak SMA Indonesia Taklukkan Kutub Utara!

Priya Agung Wicaksono, seorang siswa SMA asal Indonesia, baru saja menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Ia berhasil menjadi bagian dari ekspedisi "Icebreaker of Knowledge 2025" dan menjelajahi dinginnya Kutub Utara. Sebuah pengalaman yang tak hanya membanggakan bagi dirinya, tapi juga mengharumkan nama Indonesia.
Siswa SMA Al Azhar 3 Kebayoran Baru Ukir Sejarah di Kutub Utara
Priya Agung Wicaksono, yang saat ini duduk di kelas XI SMA Al Azhar 3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mencatatkan namanya sebagai pelajar Indonesia pertama yang berhasil berpartisipasi dalam program "Icebreaker of Knowledge" sejak pertama kali digelar pada 2019. Keikutsertaannya membuktikan bahwa anak muda Indonesia mampu bersaing dan berprestasi di level global.
Pelepasan di Murmansk: Awal Petualangan Menuju Kutub Utara
Pada Rabu, 13 Agustus 2025, para peserta ekspedisi "Icebreaker of Knowledge 2025" dilepas secara resmi di dermaga pangkalan armada nuklir Rusia, Murmansk. Suasana haru sekaligus bangga mewarnai momen tersebut, mengiringi langkah para peserta menuju petualangan di Kutub Utara.
Dukungan Penuh dari Rosatom untuk Ekspedisi
Ekspedisi "Icebreaker of Knowledge 2025" ini merupakan program yang digagas oleh Organisasi Nirlaba Otonom Rusia "Energy of the Future", dan mendapat dukungan penuh dari Badan Atom Rusia (Rosatom State Atomic Energy Corporation). Tahun ini, program tersebut didedikasikan untuk memperingati dua momen penting: 80 tahun industri nuklir Rusia dan 500 tahun eksplorasi Rute Laut Utara.
Seleksi Ketat Menuju Kutub Utara
Untuk bisa menjadi bagian dari ekspedisi bergengsi ini, Priya harus melewati serangkaian seleksi yang ketat. Proses seleksi terdiri dari tiga tahap yang dilaksanakan pada bulan April-Mei 2025. Tahap pertama adalah ujian tertulis dengan materi seputar teori nuklir, reaktor nuklir, perubahan iklim, dan antariksa. Selanjutnya, Priya mengikuti webinar dan diskusi ilmiah yang dipandu oleh para ahli. Tahap terakhir, ia diminta mengirimkan video singkat yang berisi gagasan ilmiah.
"Saya sangat senang dan bangga bisa menjadi pelajar Indonesia pertama yang berkesempatan mengikuti program ini. Semua tahapan seleksi dilakukan secara daring, gratis, dan menggunakan bahasa Inggris," ungkap Priya dengan antusias.
Motivasi dan Dukungan Orang Tua Jadi Kunci Keberhasilan
Keberhasilan Priya tak lepas dari dukungan penuh dan motivasi yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Ayah Priya, Darmawan Wicaksono, mendapatkan informasi mengenai program ekspedisi ini dari seorang teman yang bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Teman saya menginformasikan tentang program ekspedisi ke Kutub Utara yang diperuntukkan bagi pelajar usia 14-16 tahun. Kami lalu mendaftar melalui website penyelenggara," ujar Darmawan. "Awalnya kami merasa lucu, kok ada program ekspedisi ke Kutub Utara. Tapi kami pikir, Priya bisa ikut. Ternyata Priya senang saja ikut. Saat itu dia sedang ujian kenaikan kelas, ada kegiatan Model United Nations juga di Labschool Jakarta. Tapi kami dorong saja agar ikut."
Persyaratan Kesehatan yang Ketat Demi Keamanan Peserta
Selain kemampuan akademik, para peserta juga diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang ketat. Ini termasuk pemeriksaan rontgen paru-paru, vaksinasi, serta tes kesehatan umum. Persyaratan ini diberlakukan untuk memastikan semua peserta dalam kondisi prima selama ekspedisi.
Petualangan di Atas Kapal Pemecah Es: Rute dan Pengalaman Tak Terlupakan
Rute Ekspedisi: Murmansk - Kutub Utara - Murmansk
Ekspedisi "Icebreaker of Knowledge 2025" berlangsung selama 10 hari, dari 13 hingga 22 Agustus 2025. Rute perjalanannya meliputi Murmansk - Franz Josef Land - Kutub Utara, lalu kembali ke Murmansk. Murmansk, kota pelabuhan yang terletak paling dekat dengan Kutub Utara, menjadi titik awal yang strategis untuk ekspedisi ini.
Program Ilmiah dan Edukasi di Kapal Pemecah Es
Selama berada di kapal pemecah es bertenaga nuklir, Priya dan peserta lainnya mengikuti berbagai program ilmiah, kelas, dan materi yang disampaikan oleh para ahli di bidang industri nuklir, ilmuwan, influencer keilmuan, serta guru Fisika terbaik dari Rusia. "Kegiatan disajikan dalam format yang menarik, termasuk dalam bentuk games," jelas Priya.
Peserta dari Berbagai Negara: Kesempatan Bertukar Pengalaman
Ekspedisi ini diikuti oleh pelajar dari berbagai negara, termasuk Armenia, Bangladesh, Myanmar, Vietnam, Brasil, Bolivia, Mesir, Ghana, Namibia, Belarus, Hungaria, India, Kazakhstan, Kirgistan, Mongolia, Afrika Selatan, Turki, Belarusia, dan China. Keberagaman peserta ini memberikan kesempatan bagi Priya untuk berinteraksi dan bertukar pengalaman dengan teman-teman dari berbagai latar belakang budaya.
Partisipasi BRIN dalam Ekspedisi: Dukungan untuk Generasi Muda
Turut berpartisipasi dalam ekspedisi ini adalah Topan Setiadipura, Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Topan bertindak sebagai salah satu pembicara dalam sesi ilmiah yang diselenggarakan selama ekspedisi di kapal. Kehadirannya memperkaya wawasan dan pengetahuan para peserta tentang teknologi nuklir dan aplikasinya.
Dukungan Penuh Penyelenggara: Peluang Emas untuk Pelajar Indonesia
Darmawan mengungkapkan bahwa seluruh biaya program ini ditanggung oleh pihak penyelenggara, kecuali biaya visa dan tes kesehatan. Bahkan, akomodasi bagi orang tua yang mendampingi pun turut ditanggung. Hal ini menunjukkan komitmen penyelenggara dalam memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pelajar dari berbagai negara untuk mengikuti ekspedisi ini.
"Panitia membiayai tiket Jakarta - Murmansk PP. Hanya biaya visa saja yang kami bayar ke Kedubes Rusia di Jakarta. Satu pendamping juga full dapat biaya, karena anak ini kan di bawah umur. Selama di Murmansk, saya selaku pendamping dapat akomodasi hotel bintang 4 dan ditanggung makan 3 kali sehari. Program ini bagus sekali," kata Darmawan.
Keberhasilan Priya Agung Wicaksono dalam menaklukkan Kutub Utara menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Pengalaman berharga yang didapatkannya selama ekspedisi diharapkan dapat memotivasinya untuk terus mengembangkan diri dan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara.