Kisah Inspiratif, Perjuangan Mahasiswa Tunanetra Bukittinggi Raih Mimpi di UNY

Otto Wahyudi, seorang pemuda tunanetra asal Bukittinggi, membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih pendidikan tinggi. Ia berhasil menembus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melalui Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2025, sebuah pencapaian yang membanggakan.
Otto diterima di Program Studi S1 Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY untuk tahun ajaran 2025/2026. Lebih istimewa lagi, impiannya berkuliah terwujud berkat beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) yang sepenuhnya menanggung biaya pendidikannya.
Kebanggaan Keluarga di Balik Kesuksesan Otto
Keberhasilan Otto menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarganya. Herison, sang ayah yang bekerja sebagai buruh tani, dan Reni Oktaviani, ibunda yang setia mengurus rumah tangga sekaligus menjadi pendorong utama pendidikan anak-anaknya, tak menyangka Otto bisa diterima di universitas ternama seperti UNY.
"Setahun lalu saat kelas 11 SMA, Otto sudah mengungkapkan keinginannya untuk studi lanjut. Kami mendukung penuh dan berusaha mencarikan biaya. Ternyata Otto malah dapat beasiswa KIPK, kami sangat bersyukur," ungkap Reni, haru.
Merantau 1.869 Kilometer Demi Cita-Cita
Lahir dari keluarga sederhana, Otto tak gentar dengan keterbatasan ekonomi maupun fisik. Dengan tekad membara, ia memutuskan merantau dari Bukittinggi ke Yogyakarta, menempuh jarak 1.869 kilometer, demi menimba ilmu di UNY. Sebagai seorang Minangkabau, Otto memaknai tradisi merantau sebagai bagian dari dirinya.
"Saya juga sempat berkonsultasi dengan sesama penyandang tunanetra di Bukittinggi. Selain itu, karena budaya Minangkabau adalah merantau, saya pilih kuliah di Yogyakarta," jelas Otto.
Asa dan Rencana di Kampus Baru
Otto memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan diri di bidang leadership dan kepenulisan. Ia berencana bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Reality di FIP UNY, sebuah organisasi yang fokus pada bidang penelitian. Ia berharap, melalui UKM ini, dapat mengasah kemampuan analitis yang berguna di masa depan.
Kisah Otto Wahyudi menjadi bukti nyata bahwa dengan kegigihan, doa orang tua, dan keyakinan pada diri sendiri, keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita setinggi langit.