Kuliah di AS Nggak Bakal Lama Lagi? Kabar untuk Mahasiswa Asing

Table of Contents
Kuliah di AS Nggak Bakal Lama Lagi? Kabar untuk Mahasiswa Asing


Pemerintahan Amerika Serikat tengah mempertimbangkan perubahan besar dalam aturan visa bagi mahasiswa asing. Kebijakan yang diusulkan ini berpotensi membatasi berapa lama mahasiswa internasional bisa belajar di AS, yang bisa berdampak pada ribuan pelajar yang ingin menempuh pendidikan di sana.

Usulan Pembatasan Masa Studi untuk Mahasiswa Asing

DHS Ajukan Aturan Baru

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) mengumumkan rencana untuk mengusulkan aturan baru yang akan membatasi masa tinggal mahasiswa asing yang menggunakan visa F. Jika disetujui, aturan ini akan mengakhiri sistem yang sudah berlaku puluhan tahun, di mana mahasiswa asing bisa tinggal selama mereka berstatus sebagai mahasiswa penuh waktu.

Inti dari usulan ini adalah penetapan batas waktu tinggal maksimal, yaitu "sesuai durasi program studi, tetapi tidak lebih dari empat tahun." Ini berarti, mahasiswa yang mengambil program studi lebih panjang, seperti program doktoral, akan menghadapi tantangan baru dalam memperpanjang visa mereka.

Fleksibilitas Visa F Sejak 1978 Terancam Berakhir

Sejak tahun 1978, visa F memberikan fleksibilitas yang cukup besar. Mahasiswa asing bisa tinggal di AS selama masa studi mereka tanpa batasan waktu yang kaku, asalkan mereka terus terdaftar sebagai mahasiswa penuh waktu. Ini memberikan kepastian bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi tanpa tekanan soal visa.

Untungnya, aturan baru ini tetap mempertahankan masa tenggang 60 hari setelah studi selesai. Mahasiswa masih punya waktu 60 hari untuk mengurus status hukum mereka, seperti mencari visa kerja, atau meninggalkan AS setelah lulus. Jeda waktu ini penting agar mahasiswa bisa merencanakan langkah selanjutnya.

Mengapa Ada Pembatasan?

Alasan Pencegahan Penyalahgunaan Visa

Menurut pejabat DHS, aturan baru ini diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan visa oleh sebagian mahasiswa asing. Mereka berpendapat bahwa ada mahasiswa yang memperpanjang masa tinggal di AS secara tidak semestinya, seringkali dengan mengambil program studi tambahan yang tidak relevan dengan tujuan awal mereka.

"Pemerintahan sebelumnya membiarkan mahasiswa asing dan pemegang visa lainnya tinggal di AS hampir tanpa batas waktu. Ini menimbulkan risiko keamanan, membebani anggaran negara, dan merugikan warga AS," ujar juru bicara DHS dalam pernyataan resminya.

Keamanan Nasional dan Penghematan Anggaran Jadi Pertimbangan

DHS berpendapat bahwa dengan membatasi masa tinggal mahasiswa asing, keamanan nasional akan meningkat. Mereka meyakini bahwa pemerintah akan lebih mudah memantau dan mengendalikan keberadaan mahasiswa asing di AS.

Selain itu, DHS mengklaim bahwa aturan baru ini akan menghemat anggaran negara dengan mengurangi biaya pengawasan dan layanan untuk mahasiswa asing. Namun, data rinci mengenai dampak finansial dari aturan ini masih belum dipublikasikan.

Apa Kata Mereka?

Kritik dari Perwakilan Mahasiswa Asing

Usulan ini langsung menuai kritik, terutama dari organisasi yang mewakili mahasiswa asing dan perguruan tinggi. Mereka khawatir aturan ini akan menimbulkan ketidakpastian dan memperumit birokrasi bagi para pelajar.

"Mahasiswa internasional berhak mendapatkan kepastian bahwa masa tinggal mereka di AS sesuai dengan kebutuhan program akademik mereka," kata Miriam Feldblum, presiden dan CEO Presidents' Alliance, sebuah organisasi yang mewakili ratusan pimpinan perguruan tinggi di AS. "Mereka sudah diawasi dengan ketat di AS, baik oleh DHS maupun institusi akademik."

Potensi Penurunan Minat Belajar di AS

Banyak pihak khawatir bahwa aturan baru ini akan membuat AS kurang menarik bagi mahasiswa asing. Pembatasan masa tinggal dan birokrasi tambahan bisa membuat negara lain seperti Kanada, Australia, atau Inggris menjadi pilihan yang lebih menarik.

"Aturan ini jelas akan menjadi penghalang tambahan bagi mahasiswa internasional yang ingin belajar di Amerika Serikat, yang pada akhirnya akan merugikan ekonomi AS, inovasi, dan daya saing global," kata Fanta Aw, direktur eksekutif dan CEO NAFSA: Association of International Educators.

Dampak Finansial bagi Perguruan Tinggi

Potensi Penurunan Jumlah Mahasiswa Internasional

Perguruan tinggi di AS sangat bergantung pada mahasiswa internasional sebagai sumber pendapatan. Mahasiswa asing biasanya membayar biaya kuliah yang lebih tinggi dan menerima lebih sedikit beasiswa. Jika jumlah mahasiswa internasional menurun, keuangan perguruan tinggi bisa terpengaruh signifikan.

Laporan dari Institute of International Education menunjukkan bahwa 35 persen perguruan tinggi melaporkan penurunan aplikasi untuk tahun ajaran ini, dibandingkan hanya 17 persen pada tahun sebelumnya. Tantangan logistik, seperti penundaan wawancara visa, juga menjadi penyebabnya.

Ketergantungan pada Pendapatan dari Mahasiswa Asing

Penurunan jumlah mahasiswa asing bisa memaksa perguruan tinggi untuk memotong anggaran, menaikkan biaya kuliah untuk mahasiswa lokal, atau mengurangi program akademik. Beberapa perguruan tinggi bahkan mungkin terpaksa memberhentikan staf atau mengurangi investasi dalam penelitian.

Perguruan tinggi yang lebih kecil dan kurang terkenal mungkin akan lebih rentan terhadap dampak finansial ini karena mereka mungkin tidak memiliki sumber pendapatan lain untuk menggantikan pendapatan yang hilang dari mahasiswa asing. Situasi ini bahkan bisa memicu konsolidasi di sektor pendidikan tinggi.

Usulan aturan baru ini masih dalam tahap awal dan bisa berubah sebelum diberlakukan. Proses pengajuan dan publikasi aturan ini diperkirakan akan memakan waktu beberapa bulan. Sementara itu, komunitas pendidikan tinggi di AS terus memantau perkembangan situasi dan bersiap untuk kemungkinan dampaknya. Perubahan aturan ini bisa menjadi titik balik bagi dunia pendidikan tinggi di Amerika Serikat dan posisinya sebagai tujuan studi global.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.