Kuliah Dulu Baru Kerja? Ini Kata Mereka yang Pilih Gap Year

Table of Contents
Kuliah Dulu Baru Kerja? Ini Kata Mereka yang Pilih Gap Year


Semakin banyak anak muda yang mempertimbangkan untuk menunda kuliah demi mencari pengalaman kerja atau mengambil _gap year_. Pertanyaannya, bagaimana pandangan mereka yang memilih jalur ini? Dan apa kata para ahli tentang tren pendidikan dan dunia kerja terkini?

Masa Depan Pekerjaan dan Urgensi Pendidikan Tinggi

Dunia kerja terus bergerak dinamis, dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan globalisasi. Sebuah laporan dari World Economic Forum (WEF), _Future of Jobs Report 2025_, menyoroti bahwa ijazah perguruan tinggi kian krusial untuk mendapatkan pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi. Analisis terhadap database persyaratan pengalaman kerja O*NET menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan dengan prospek cerah antara tahun 2025-2030 mensyaratkan gelar sarjana, atau bahkan pendidikan tinggi lanjutan.

WEF mengidentifikasi lima pekerjaan dengan pertumbuhan paling pesat, yaitu:

1. Spesialis big data 2. Insinyur _fintech_ 3. Spesialis AI dan _machine learning_ 4. Pengembang perangkat lunak dan aplikasi 5. Spesialis manajemen keamanan

Menyusul di urutan berikutnya adalah spesialis _data warehousing_, spesialis kendaraan otonom dan listrik, _UI dan UX designer_, pengemudi truk ringan atau layanan pengiriman, dan spesialis _internet of things_ (IoT). Daftar 15 pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi dilengkapi oleh _data analyst and scientist_, _environmental engineer_, _information security analyst_, _devops engineer_, dan _renewable energy engineer_.

Faktor-faktor seperti makin luasnya akses digital, meningkatnya biaya hidup, dan upaya mitigasi perubahan iklim menjadi pendorong utama pertumbuhan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan tinggi menjadi fondasi penting untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan peluang di pasar kerja masa depan.

APK Perguruan Tinggi di Indonesia: Masih Perlu Ditingkatkan

Meskipun pentingnya pendidikan tinggi semakin jelas, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per 2 Desember 2024 menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi di Indonesia masih tergolong rendah. APK pada kelompok usia 19-23 tahun tercatat sebesar 32%. Ini berarti, hanya sekitar 3-4 dari 10 anak muda Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Angka ini masih berada di bawah target APK pendidikan tinggi tahun 2024 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 37%. Kondisi ini memunculkan pertanyaan mengenai masa depan pemuda Indonesia yang memilih untuk langsung bekerja tanpa kuliah, atau menunda kuliah dengan bekerja terlebih dahulu. Akankah mereka tertinggal dalam persaingan di dunia kerja yang semakin ketat?

Pembelajaran Sepanjang Hayat: Kunci Adaptasi di Era Modern

Menanggapi tantangan ini, Dr. Nelly, Rektor sebuah universitas ternama, menekankan pentingnya mengembangkan kemampuan belajar sepanjang hayat (_lifelong learning_) bagi generasi muda. Menurutnya, kemampuan ini akan mendorong calon mahasiswa untuk bersemangat memasuki dunia perkuliahan, tanpa terikat pada anggapan bahwa belajar hanya bisa dilakukan di usia atau jenjang pendidikan tertentu.

"Pembelajaran sepanjang hayat adalah kunci untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di dunia kerja," ujar Dr. Nelly. "Dengan terus belajar dan mengembangkan diri, para pemuda dapat meningkatkan kompetensi mereka dan tetap relevan di pasar kerja."

Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Pembelajaran Berkelanjutan

Perguruan tinggi memegang peranan vital dalam mendukung pembelajaran berkelanjutan bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan menawarkan program-program pendidikan yang fleksibel dan mudah diakses oleh berbagai kalangan, termasuk mereka yang sudah bekerja.

Binus University: Pionir Pembelajaran Usia Dewasa

Salah satu contohnya adalah Binus University yang telah merintis pembelajaran usia dewasa (_adult learning_) sejak tahun 1992. Mereka mengembangkan _student-centered learning_ (pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa) dan _lifelong learning_. Bahkan, di era keterbatasan akses, mereka memanfaatkan internet untuk mendukung para pembelajar usia dewasa agar tetap dapat mengenyam pendidikan tinggi.

Unit _Continuous Learning_ didirikan untuk membantu para pembelajar usia dewasa dalam meningkatkan kemampuan mereka. Mereka membuka layanan _continuing education_ melalui _reskilling_ dan _upskilling_ bagi karyawan perusahaan, dengan menekankan pentingnya kebiasaan _continuous learning_.

"Bukan hanya sekadar kuliah dan belajar menghafal," tegas Dr. Nelly. "Yang terpenting adalah bagaimana cara berpikir, mengungkapkan ide, dan pendapat."

Binus University Online: Solusi Pendidikan yang Fleksibel

Binus Higher Education menawarkan Binus University Online, sebuah platform pendidikan tinggi daring dengan fleksibilitas dan sistem pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa mengakses materi di mana saja melalui _Learning Management System_ (LMS). Mahasiswa dapat menyesuaikan waktu belajar dengan aktivitas mereka tanpa mengorbankan kualitas pendidikan.

Dalam pemeringkatan pendidikan tinggi global _Times Higher Education_ (THE) _Online Learning Rankings_ (OLR) 2024, Binus University Online meraih kategori Silver (Perak) di tingkat dunia dan dinobatkan sebagai kampus _online_ terbaik di Indonesia.

"Binus Online adalah solusi bagi mereka yang ingin meningkatkan kemampuan namun kesulitan datang ke kampus karena sudah bekerja," jelas Dr. Nelly.

Pengalaman Belajar di Binus University Online

Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, Director of Binus Online, menjelaskan bahwa kampusnya menerima lulusan SMA untuk melanjutkan studi S1, D3 ke S1, atau rekognisi pembelajaran lampau (RPL) atas pengalaman kerja sejak tahun 2009.

Calon mahasiswa yang memiliki pengalaman kerja tetapi belum memiliki gelar S1 akan menjalani asesmen untuk menentukan apakah mereka dapat melewatkan beberapa mata kuliah melalui pengakuan RPL di dunia kerja.

Pendaftaran calon mahasiswa baru dibuka empat kali setiap tahun. Pembelajaran dilakukan melalui _Learning Management System_ (LMS), dengan mahasiswa mempelajari maksimal tiga mata kuliah per 10 minggu.

"Mahasiswa dapat belajar sendiri, bertemu tutor, mengikuti _video conference_, mengerjakan tugas, dan berdiskusi melalui LMS," jelas Prof. Har.

Mahasiswa _online_ juga wajib mengikuti _internship_ (pemagangan), _entrepreneurship_ (kewirausahaan), dan _tracking_. Bagi yang sudah bekerja, _internship_ diganti dengan _individual development project_ di perusahaan mereka.

"Di perusahaannya, mereka mengerjakan proyek yang setara dengan sekian SKS," imbuhnya.

Dukungan Pemerintah untuk Pendidikan Daring

Prof. Har mengungkapkan bahwa program pembelajaran daring ini awalnya merupakan jawaban untuk meningkatkan APK pendidikan tinggi.

"Kuliah dalam jaringan (daring) atau _online_ bertujuan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bangsa Indonesia menjadi insan cerdas dan komprehensif, melalui belajar tanpa batas ruang dan waktu," ungkap mantan Wakil Presiden Boediono pada peluncuran kuliah dalam jaringan enam universitas di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2014.

BULC: Jaringan Pendukung Pembelajaran _Online_

Untuk mendukung pembelajaran _online_, terdapat Binus University Learning Community (BULC) yang menyediakan _tutoring_ dengan tutor di berbagai wilayah, termasuk di Qatar, Kuwait, Jepang, dan Timor Leste.

"Di Qatar, banyak pekerja Indonesia di industri minyak yang belum memiliki gelar S1. Mereka mengambil kuliah _online_ teknik industri, dan kami sesuaikan kurikulumnya agar mereka tidak perlu mengambil mata kuliah yang tidak relevan," pungkas Prof. Har.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.