Laut Jawa Krisis Ikan, Salahkah Sampah Plastik? Temuan Pakar IPB Ini Bikin Merinding

Laut Jawa Dilanda Krisis Ikan, Sampah Plastik Jadi Dalang? Temuan Pakar IPB Mengkhawatirkan
Kabar buruk menghampiri Laut Jawa: populasi ikan anjlok! Kondisi ini mengancam tidak hanya ekosistem laut, tetapi juga mata pencaharian para nelayan. Pakar dari IPB University baru-baru ini mengungkap fakta yang cukup mencengangkan, menyoroti bahwa degradasi lingkungan, termasuk pencemaran plastik, adalah biang keladinya.
Kondisi Laut Jawa yang Kian Memburuk
Yonvitner, seorang ahli Kelautan dari IPB University, tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Ia melihat korelasi erat antara minimnya jumlah ikan saat ini dengan kerusakan lingkungan yang terus terjadi. "Kondisinya sangat memprihatinkan," ujarnya. "Laut Jawa, yang dulunya menjadi sumber penghidupan banyak orang, kini berada di ujung tanduk."
Apa Saja Faktor Penyebab Degradasi Lingkungan?
Menurut Yonvitner, ada berbagai faktor kompleks yang menyebabkan kerusakan lingkungan di Laut Jawa, di antaranya:
* Amblesan Tanah di Pesisir (Subsidence): Penurunan permukaan tanah di area pesisir memperparah kondisi habitat laut dan mengganggu keseimbangan ekosistem. * Kualitas Air yang Buruk, Terutama di Teluk Jakarta: Polusi dan limbah dari aktivitas manusia mencemari perairan, merusak kualitas air, dan mengancam kehidupan laut. * Pencemaran Plastik: Sampah plastik merusak habitat dan membahayakan ikan serta biota laut lainnya, baik karena termakan atau terjerat. * Kekeruhan Air: Partikel tersuspensi yang tinggi mengurangi penetrasi cahaya matahari, menghambat pertumbuhan alga dan tumbuhan laut yang menjadi sumber makanan ikan. * Tekanan Perikanan yang Tinggi: Penangkapan ikan berlebihan dan praktik perikanan yang tidak ramah lingkungan mengancam populasi ikan dan merusak habitat.
Kerusakan Habitat Laut dan Konsekuensinya
Penelitian menunjukkan bahwa penurunan populasi ikan di Laut Jawa sangat berkaitan dengan kondisi habitat yang semakin rusak. Dampaknya meluas, memengaruhi seluruh ekosistem laut dan kehidupan masyarakat pesisir.
Kondisi Terumbu Karang yang Mengkhawatirkan
Studi dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University mengungkap kondisi terumbu karang di Laut Jawa yang memprihatinkan. "Tutupan terumbu karang di sebagian besar wilayah Laut Jawa masuk kategori buruk, dengan skor di bawah 25 persen," jelas Yonvitner, yang juga menjabat sebagai Kepala PKSPL. "Akibatnya, kepadatan ikan yang tinggal di terumbu karang sangat rendah." Terumbu karang yang sehat dengan tutupan di atas 50 persen memiliki kepadatan ikan yang jauh lebih tinggi.
Menurunnya Daya Dukung Ekosistem Mangrove
Selain terumbu karang, daya dukung ekosistem mangrove di Laut Jawa juga menurun. Kerusakan mangrove mengurangi perannya sebagai tempat pemijahan ikan, penyaring polutan, dan pelindung pantai dari abrasi. Temuan ini sejalan dengan pernyataan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menyoroti kerusakan terumbu karang, hilangnya mangrove, dan sampah laut sebagai penyebab utama penurunan ikan tangkap di Laut Jawa.
Langkah Strategis dan Berkelanjutan yang Mendesak
Mengatasi krisis ikan di Laut Jawa membutuhkan tindakan komprehensif dan berkelanjutan dari semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta.
Perbaikan Total Ekosistem Laut adalah Kunci
Langkah mendasar yang harus diambil adalah memperbaiki ekosistem laut secara menyeluruh. "Kita perlu memulihkan habitat yang rusak, mengurangi pencemaran, dan menerapkan praktik perikanan yang berkelanjutan," tegas Yonvitner. Ia menambahkan bahwa tata kelola pesisir yang baik dan tepat juga sangat penting untuk memastikan keberlanjutan sumber daya laut. Salah satu upaya yang krusial adalah mengurangi sumber pencemar, baik yang terlarut di perairan (seperti limbah industri dan pertanian) maupun yang padat (seperti sampah plastik).
Upaya IPB University dalam Memulihkan Pesisir
IPB University, melalui PKSPL, aktif dalam upaya rehabilitasi lingkungan pesisir sejak 2013. Berbagai kegiatan telah dilakukan, termasuk transplantasi terumbu karang di Kepulauan Seribu, penanaman mangrove di Karawang, dan kajian kerentanan di pesisir Pekalongan dan Jawa Tengah. "Kami terus berupaya mengembangkan solusi inovatif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah lingkungan di Laut Jawa," kata Yonvitner.
Data dari PKSPL IPB University menunjukkan hasil menggembirakan dari transplantasi terumbu karang di Pulau Seribu, dengan tingkat pertumbuhan terumbu karang mencapai 70% dalam satu tahun. Penanaman mangrove di Karawang juga berhasil meningkatkan tutupan mangrove dan mengurangi abrasi pantai.
Namun, Yonvitner menekankan bahwa upaya ini membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif dari semua pihak. "Tanpa kerja sama yang solid, upaya kita akan sia-sia," ujarnya.
Dengan komitmen dan kerja sama seluruh elemen masyarakat, pemulihan kesehatan Laut Jawa bukanlah hal mustahil. Proses ini harus dimulai sesegera mungkin, mengingat produktivitas Laut Jawa sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan nelayan dan ekosistem nasional. Kerusakan yang terus berlanjut akan berdampak besar pada ekonomi masyarakat pesisir dan ketahanan pangan nasional.
Ke depan, diperlukan kebijakan yang lebih tegas dalam pengelolaan limbah, penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan laut. Pengembangan teknologi ramah lingkungan dan praktik perikanan berkelanjutan juga perlu didorong untuk memastikan keberlanjutan sumber daya laut di masa depan. Masa depan Laut Jawa ada di tangan kita semua.