Misteri Paus Berperut Sembilan, Kisah Makhluk Langka yang Belum Pernah Tertangkap Kamera

Paus Bergigi Sekop: Misteri Makhluk Laut Langka Terungkap Lewat Spesimen Terdampar
Paus bergigi sekop (Mesoplodon traversii), si pemalu yang menyandang predikat salah satu mamalia laut paling misterius di dunia, kembali menarik perhatian ilmuwan. Saking jarangnya terlihat, paus ini belum pernah tertangkap kamera saat masih hidup di habitat aslinya. Informasi mengenai keberadaannya selama ini hanya didapatkan dari beberapa bangkai yang terdampar, menjadikannya objek penelitian yang penuh tantangan. Namun, penemuan terbaru dan analisis mendalam terhadap spesimen yang terdampar mengungkap fakta-fakta anatomi unik yang memicu rasa ingin tahu tentang kehidupan dan evolusinya.
Penemuan Spesimen Paus Bergigi Sekop di Selandia Baru
Pada Juli 2024, kabar baik datang dari pantai Selandia Baru: seekor paus bergigi sekop ditemukan terdampar. Penemuan langka ini menjadi kesempatan berharga bagi para ilmuwan untuk mengamati dan mempelajari makhluk misterius ini secara langsung. Spesimen ini memberikan jendela pengetahuan baru tentang spesies yang nyaris tak tersentuh peradaban modern.
"Salah satu spesies mamalia besar yang paling kurang dikenal di zaman modern," ungkap Gabe Davies, Manajer Operasional Departemen Konservasi Selandia Baru (DOC) Coastal Otago, seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (22/8/2025).
Awalnya, pada 4 Juli 2024, dilaporkan ada bangkai paus terdampar di dekat desa nelayan Taieri Mouth. Pihak DOC terkejut saat mengidentifikasi paus jantan sepanjang 5 meter itu sebagai paus bergigi sekop.
Anatomi Unik Paus Bergigi Sekop: Sembilan Ruang Perut dan Gigi Vestigial
Penelitian intensif terhadap paus bergigi sekop yang terdampar mengungkap sejumlah fakta mencengangkan. Salah satu penemuan paling tak terduga adalah adanya sembilan ruang perut. Jumlah yang tidak lazim ini memunculkan spekulasi tentang strategi makan dan pencernaan paus bergigi sekop.
Anton van Helden, Penasihat Ilmu Kelautan DOC dan pakar paus berparuh, menjelaskan bahwa di beberapa perut paus tersebut ditemukan "paruh cumi-cumi dan beberapa lensa mata cumi-cumi, beberapa cacing parasit, dan mungkin beberapa bagian organisme lain yang belum kami ketahui dengan pasti." Seorang parasitolog akan mempelajarinya untuk mencari tahu lebih lanjut.
Selain itu, paus ini juga memiliki gigi vestigial kecil di rahang atas mereka, seperti gigi bungsu pada manusia. Struktur vestigial ini adalah sisa-sisa evolusi, yang menunjukkan bahwa gigi-gigi tersebut dulunya memiliki fungsi yang lebih besar.
Tak hanya itu, sisa-sisa kaki belakang yang mengecil juga ditemukan. Peneliti menduga ini sebagai bukti evolusi dari mamalia darat sekitar 50 juta tahun lalu. Kaki-kaki tersebut telah mengecil menjadi sisa pinggul kecil, tetapi diduga masih berfungsi sebagai alat yang berguna bagi paus bergigi sekop.
Para peneliti juga menemukan struktur menarik yang berkaitan dengan makan dan produksi suara. Bobot, ukuran, dan deskripsi berbagai otot dan organ dibuat untuk membantu mendeskripsikan spesies ini dan membandingkannya dengan spesies terkait.
Penelitian Lebih Lanjut dan Penghormatan dari Masyarakat Lokal
Upaya mengungkap misteri paus bergigi sekop terus berlanjut, melibatkan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Pertanyaan tentang cara makan, berkomunikasi, dan fungsi struktur vestigial menjadi fokus utama. Teknologi canggih seperti analisis DNA dan pemodelan komputer digunakan untuk mengungkap rahasia paus ini.
Sebagai bentuk penghormatan, Te Rūnanga o Ōtākou, sebuah organisasi masyarakat Māori, memberikan nama "Ōnumia" kepada paus yang ditemukan, sesuai dengan nama daerah tempat paus itu terdampar di muara Sungai Taiari.
Analisis terbaru menunjukkan bahwa paus bergigi sekop kemungkinan adalah pemakan cumi-cumi ulung. Isi perutnya didominasi cumi-cumi laut dalam, mengindikasikan bahwa paus ini menghabiskan sebagian besar waktunya di kedalaman laut.
Meski masih banyak misteri yang belum terpecahkan, penemuan dan penelitian terbaru ini memberi harapan baru. Kerja sama lintas disiplin ilmu dan dukungan masyarakat setempat menjadi kunci untuk mengungkap lebih banyak rahasia tentang makhluk langka ini, serta upaya konservasi untuk memastikan kelangsungan hidupnya di masa depan. Penelitian ini juga menekankan pentingnya pelestarian lingkungan laut.