Murid Sekolah Rakyat Bisa Jadi Pengusaha? Ini Bekal Ilmu Bercocok Tanamnya!

Sekolah Rakyat, Mungkinkah Lahirkan Pengusaha dari Bangku Sekolah? Jawabannya Ada pada Ilmu Bercocok Tanam!
Sekolah Rakyat hadir sebagai angin segar dalam dunia pendidikan, menawarkan lebih dari sekadar teori. Pemerintah ingin membekali siswa dengan beragam keterampilan praktis, seperti bercocok tanam, berwirausaha, dan mengelola keuangan. Tapi, bagaimana sebenarnya ilmu bercocok tanam ini bisa memicu semangat wirausaha di kalangan murid Sekolah Rakyat?
Sekolah Rakyat: Pendidikan Holistik sebagai Kunci
Sekolah Rakyat bukan sekadar sekolah biasa. Ini adalah wujud nyata komitmen negara dalam memelihara fakir miskin dan anak terlantar, sesuai amanat konstitusi. Langkah ini diperkuat dengan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Pengentasan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrim. Program ini menjadi salah satu senjata utama dalam memerangi kemiskinan ekstrem.
"Sekolah Rakyat adalah bukti keseriusan kami dalam memberdayakan masyarakat melalui pendidikan yang menyeluruh," ujar Dr. Ratna Sari, seorang pengamat pendidikan dari Universitas Nasional, dalam sebuah diskusi publik beberapa waktu lalu. Menurutnya, pendekatan ini berpotensi besar untuk mengubah wajah pendidikan di Indonesia.
Keunggulan Sekolah Rakyat terletak pada keseimbangan antara pendidikan akademis dan keterampilan praktis. Selain belajar teori, siswa juga dibekali keterampilan bercocok tanam, berwirausaha skala kecil, dan mengelola keuangan dasar. Semua ini dirancang agar siswa siap menghadapi tantangan hidup dan membuka peluang ekonomi di masa depan. Program ini menjangkau berbagai jenjang, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga SMK, memastikan kesinambungan pendidikan keterampilan.
Bercocok Tanam: Bekal Berharga bagi Murid Sekolah Rakyat
Keterampilan bercocok tanam menjadi salah satu fondasi penting dalam kurikulum Sekolah Rakyat. Siswa diajarkan segala hal tentang pertanian, mulai dari menyiapkan lahan, memilih bibit unggul, menanam, merawat tanaman, hingga memanen hasil. Pembelajaran tidak hanya sebatas teori, tetapi juga memberikan pengalaman langsung melalui praktik di kebun sekolah atau lahan pertanian yang dikelola sendiri.
"Kami ingin menumbuhkan kesadaran siswa tentang betapa pentingnya pertanian sebagai sumber pangan dan penghidupan," kata Bapak Budi Santoso, Kepala Sekolah Rakyat di sebuah desa di Jawa Tengah. Menurutnya, keterampilan bercocok tanam dapat memberikan kemandirian ekonomi dan kemampuan menciptakan lapangan kerja bagi siswa.
Lebih dari itu, siswa juga dikenalkan dengan pertanian berkelanjutan, penggunaan pupuk organik, pengendalian hama alami, dan teknik konservasi tanah. Tujuannya adalah untuk mencetak petani muda yang peduli lingkungan dan menghasilkan produk pertanian berkualitas serta aman. Mereka juga belajar cara memasarkan hasil panen, baik secara langsung maupun melalui kerjasama dengan kelompok tani setempat.
Kurikulum MEME: Fleksibilitas dalam Pembelajaran
Kurikulum utama yang digunakan Sekolah Rakyat adalah Multi Entry, Multi Exit (MEME). Kurikulum ini dirancang untuk memberikan keleluasaan bagi siswa dalam memilih jalur pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan kecepatan belajar masing-masing. Siswa dapat memulai program pembelajaran di berbagai tingkatan dan keluar setelah mencapai kompetensi yang diharapkan.
Dengan pendekatan MEME, siswa dapat fokus pada bidang yang mereka sukai dan relevan dengan tujuan karir. Misalnya, siswa yang tertarik dengan dunia usaha dapat mengambil mata pelajaran tambahan tentang manajemen bisnis, pemasaran, dan keuangan. Sebaliknya, siswa yang lebih berminat pada pertanian dapat memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bercocok tanam dan beternak.
"Kurikulum MEME memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan potensi dan minat mereka," jelas Ibu Ani Lestari, seorang guru di Sekolah Rakyat. Menurutnya, fleksibilitas ini meningkatkan motivasi belajar siswa dan membantu mereka mengembangkan potensi diri secara maksimal.
Hidden Curriculum: Pembelajaran Bermakna di Balik Layar
Selain kurikulum formal, Sekolah Rakyat juga sangat memperhatikan hidden curriculum. Ini mencakup seluruh pengalaman yang didapatkan siswa selama bersekolah, seperti interaksi sosial, disiplin, tanggung jawab, dan kerjasama. Pengalaman-pengalaman ini dianggap sebagai bagian penting dari kurikulum MEME dan berperan besar dalam membentuk karakter siswa.
"Kami meyakini bahwa pendidikan karakter sama pentingnya dengan pendidikan akademis," tegas Bapak Joko Susilo, seorang tokoh masyarakat yang aktif dalam pengembangan Sekolah Rakyat. Menurutnya, hidden curriculum membantu siswa mengembangkan nilai-nilai moral, etika, dan sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Secara teoritis, hidden curriculum juga dikenal sebagai pembelajaran bermakna, memberikan kesan mendalam, dan memiliki pengaruh kuat dalam membentuk karakter siswa. Contohnya, siswa dilatih untuk tertib saat makan bersama, menghormati guru dan teman, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Semua kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai positif dan membangun karakter yang kuat pada diri siswa.
Dengan pendekatan pendidikan yang holistik dan berbasis keterampilan, Sekolah Rakyat diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang mandiri, kreatif, dan berdaya saing. Bekal ilmu bercocok tanam dan keterampilan hidup lainnya diharapkan menjadi modal berharga bagi siswa untuk meraih kesuksesan di masa depan, baik sebagai pengusaha maupun sebagai anggota masyarakat yang produktif dan berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa. Program ini akan terus dievaluasi dan disempurnakan agar tetap relevan dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pemerintah berencana untuk memperluas jangkauan Sekolah Rakyat ke seluruh Indonesia, terutama di daerah yang membutuhkan dukungan pendidikan dan pemberdayaan ekonomi.