Rahasia di Balik Aksi Unik, Kenapa Pasta Gigi Jadi Tren di Kalangan Demonstran?

Aksi demonstrasi yang berlangsung pada Kamis, 28 Agustus hingga Jumat, 29 Agustus 2025, diwarnai pemandangan unik: para demonstran mengoleskan pasta gigi di bawah mata. Konon, trik ini dipercaya ampuh meredam perihnya gas air mata. Tapi, seefektif itukah?
Benarkah Pasta Gigi Efektif Redam Pedih Gas Air Mata?
Penggunaan pasta gigi sebagai "tameng" gas air mata menjadi tren di kalangan demonstran. Meski banyak yang yakin kandungan pasta gigi bisa menetralkan efek perih, pendapat para ahli justru terbelah.
Kata Ahli Kimia: Pasta Gigi Berpotensi Menetralisir
Dra. Ani Setyopratiwi, M.Si., seorang ahli kimia sekaligus peneliti dari FMIPA Universitas Gadjah Mada, punya pandangan menarik. Menurutnya, pasta gigi, terutama yang masih baru, berpotensi membantu menetralisir efek gas air mata berkat kandungan emulsinya.
"Emulsi dalam pasta gigi, khususnya yang masih homogen, dapat bereaksi dengan gas air mata. Prinsipnya saling 'merusak'. Gas air mata umumnya berbasis air, sementara pasta gigi mengandung gel," jelas Dra. Ani, seperti dikutip dari , Jumat (29/8/2025). Ia mengingatkan, efektivitasnya sangat tergantung kondisi pasta gigi. Pasta gigi yang sudah lama terbuka dan tercampur air cenderung kurang efektif karena emulsinya sudah "pecah".
Sebagai alternatif pertolongan pertama, Dra. Ani menyarankan penggunaan larutan air garam. "Larutan air garam dapat membantu membersihkan area yang terpapar dan meredakan iritasi," tambahnya.
Kata Dokter: Pengaruhnya Tidak Signifikan
Namun, pandangan berbeda diungkapkan oleh dr. Wisnu Pramudito D Pusponegoro, SpB, seorang praktisi kesehatan dari Perhimpunan Dokter Emergency Indonesia. Menurutnya, pasta gigi tidak memberikan pengaruh signifikan dalam menangkal efek gas air mata. Pasalnya, gas air mata bekerja melalui inhalasi, bukan kontak langsung dengan mata.
"Odol nggak ngaruh sebenarnya. Gas air mata bekerjanya karena terhirup, bukan kontak dengan mata. Efek gas air mata itu kan terhirup yang menyebabkan sekresi dari kelenjar air mata," jelas dr. Wisnu. Ia menambahkan, gejala seperti mata perih dan rasa terbakar di saluran pernapasan tidak bisa dicegah hanya dengan mengoleskan pasta gigi.
Menurut dr. Wisnu, efek gas air mata lebih bersifat sistemik dan memengaruhi seluruh tubuh, terutama saluran pernapasan dan mata. Jadi, mengoleskan pasta gigi di bawah mata dinilai tidak memberikan perlindungan yang memadai.
Bagaimana Sebenarnya Cara Kerja Gas Air Mata?
Gas air mata, yang kerap digunakan aparat untuk membubarkan massa, memiliki mekanisme kerja yang kompleks. Senyawa kimia iritan dalam gas ini merangsang saraf sensorik di mata, hidung, dan saluran pernapasan. Akibatnya, tubuh merespons dengan mengeluarkan air mata berlebihan, hidung berair, batuk, dan rasa terbakar.
Efek gas air mata bervariasi, tergantung konsentrasi, durasi paparan, dan kondisi fisik individu. Beberapa orang mungkin hanya mengalami iritasi ringan, sementara yang lain bisa mengalami kesulitan bernapas dan disorientasi. Penting untuk segera menjauh dari area yang terpapar dan mencari pertolongan medis jika mengalami gejala serius.
Pengakuan Polisi: Fungsi Sebenarnya Pasta Gigi di Bawah Mata
Fu'umori, seorang anggota kepolisian yang pernah bertugas mengamankan demonstrasi besar di depan Bawaslu pada 2019, memberikan perspektif lain. Menurutnya, pasta gigi sebenarnya bukan berfungsi menangkal gas air mata, melainkan untuk merangsang keluarnya air mata.
"Jadi, odol itu biar keluar saja air matanya, bukan biar nggak kena gasnya. Kena gas mah tetap," ujarnya.
Ia menjelaskan, gas air mata mengandung partikel mirip bubuk merica yang menyebabkan rasa perih di mata. Refleks alami tubuh saat terpapar zat iritan adalah mengeluarkan air mata untuk membersihkan mata. Kandungan menthol dalam pasta gigi dapat membantu mempercepat proses ini.
"Makanya jangan dikucek, biarin saja biar nangis. Kalau dikasih air malah makin jadi (perihnya). Diemin saja," imbuhnya.
Fenomena penggunaan pasta gigi oleh demonstran menunjukkan upaya mereka melindungi diri dari dampak gas air mata. Meski efektivitasnya masih diperdebatkan, tindakan ini mencerminkan kreativitas dan adaptasi dalam menghadapi situasi sulit. Sementara itu, ahli kesehatan menyarankan tindakan pertolongan pertama yang lebih efektif, seperti menjauhi lokasi paparan, membersihkan mata dengan air bersih, dan mencari bantuan medis jika diperlukan.