Supaya Jadi Anggota DPR yang Oke, Minimal Punya Bekal Ini!

Table of Contents
Supaya Jadi Anggota DPR yang Oke, Minimal Punya Bekal Ini!


Menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bukanlah perkara mudah. Selain harus berjuang meraih suara rakyat, seorang wakil rakyat juga dituntut memiliki sejumlah bekal penting agar bisa bekerja optimal. Apa saja itu?

Kualifikasi Pendidikan Ideal untuk Anggota DPR

Mengapa Pendidikan Tinggi Penting?

Di tengah arus informasi dan kompleksitas masalah publik yang kian menantang, pendidikan tinggi menjadi bekal penting bagi anggota DPR. Walaupun aturan hanya mewajibkan minimal lulusan SMA atau sederajat, idealnya seorang anggota DPR memiliki gelar sarjana (S1) atau bahkan pascasarjana (S2).

Dr. Arya Pratama, pengamat politik dari Universitas Nasional, pada Senin (14/8/2024), menekankan bahwa pendidikan tinggi melatih kemampuan berpikir kritis, analitis, dan sistematis. Kemampuan ini sangat diperlukan untuk memahami isu-isu rumit, menganalisis data, dan mencari solusi yang efektif. "Pendidikan minimal S1 adalah fondasi yang baik, tetapi S2 dalam bidang terkait akan memberikan keunggulan kompetitif," ujarnya. Menurutnya, pemahaman mendalam tentang hukum, ekonomi, administrasi publik, atau politik, akan meningkatkan profesionalitas anggota DPR dalam menjalankan tugas.

Keterampilan yang Wajib Dikuasai Anggota DPR

Selain pendidikan formal, anggota DPR juga perlu menguasai berbagai keterampilan praktis untuk menunjang kinerjanya. Beberapa di antaranya adalah kemampuan analisis kebijakan, penyusunan legislasi, literasi data, komunikasi publik, dan negosiasi.

Kemampuan Analisis Kebijakan dan Penyusunan Legislasi

Salah satu tugas utama anggota DPR adalah membuat undang-undang. Untuk itu, mereka dituntut memiliki kemampuan menganalisis kebijakan secara mendalam, memahami dampak dari setiap kebijakan yang diusulkan, dan merumuskannya dalam bentuk legislasi yang jelas dan efektif.

Rina Wijaya, seorang konsultan hukum yang kerap terlibat dalam penyusunan undang-undang, menjelaskan bahwa proses legislasi membutuhkan pemahaman komprehensif tentang berbagai aspek hukum dan kebijakan. "Anggota DPR harus mampu membaca dan memahami naskah akademik, serta merumuskan RUU yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Literasi Data untuk Pengambilan Keputusan yang Tepat

Di era digital ini, data menjadi sumber informasi yang sangat berharga. Anggota DPR harus memiliki literasi data yang baik, yang berarti mampu memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan data secara kritis. Kemampuan ini krusial untuk pengambilan keputusan berbasis bukti (evidence-based policymaking), terutama dalam hal anggaran negara, pembangunan ekonomi, dan kesejahteraan sosial.

Sebagai contoh, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai 9,36% pada Maret 2024. Anggota DPR yang memiliki literasi data akan lebih mampu memahami akar masalah kemiskinan dan merumuskan kebijakan yang tepat sasaran untuk mengatasinya.

Komunikasi Publik dan Negosiasi yang Efektif

Sebagai representasi rakyat, anggota DPR harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan publik. Mereka harus mampu menjelaskan isu-isu kompleks dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, serta mendengarkan aspirasi masyarakat. Selain itu, kemampuan negosiasi yang baik sangat penting untuk membangun konsensus antar fraksi dan mencapai kesepakatan dalam proses pengambilan keputusan.

Pengamat komunikasi politik, Bambang Susilo, menekankan pentingnya kemampuan komunikasi publik untuk membangun kepercayaan masyarakat. "Anggota DPR harus mampu menyampaikan informasi secara transparan dan akuntabel, serta merespons pertanyaan dan kritik dari publik," katanya.

Etika dan Integritas Publik Sebagai Landasan Utama

Korupsi dan penyalahgunaan wewenang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Oleh karena itu, etika dan integritas publik menjadi fondasi utama bagi anggota DPR. Mereka harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip kejujuran, keadilan, dan akuntabilitas. Anggota DPR harus bebas dari konflik kepentingan dan tidak terlibat dalam praktik-praktik korupsi.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri, dalam sebuah kesempatan menegaskan bahwa integritas adalah kunci untuk membangun kepercayaan publik. "Anggota DPR harus menjadi teladan dalam menjunjung tinggi etika dan integritas," tegasnya.

Pentingnya Pelatihan Berkelanjutan (Lifelong Learning)

Dinamika demokrasi dan teknologi terus berubah dengan cepat. Oleh karena itu, anggota DPR perlu mengikuti pelatihan berkelanjutan (lifelong learning) untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Pelatihan ini bisa mencakup berbagai topik, seperti legislasi, analisis kebijakan, literasi data, komunikasi publik, etika, dan integritas.

Citra Dewi, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Kebijakan Publik, menekankan bahwa pelatihan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan bahwa anggota DPR tetap relevan dan kompeten dalam menjalankan tugas mereka. "DPR perlu memiliki program pelatihan yang terstruktur dan berkelanjutan untuk semua anggotanya," katanya.

Beberapa negara maju bahkan memiliki lembaga pelatihan khusus untuk anggota parlemen. Lembaga ini memberikan pelatihan intensif tentang berbagai aspek parlemen, seperti legislasi, anggaran, dan pengawasan. Diharapkan, Indonesia juga dapat mencontoh praktik baik ini untuk meningkatkan kualitas anggota DPR. Dengan bekal pendidikan, keterampilan, etika yang memadai, serta pelatihan berkelanjutan, anggota DPR dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif dan akuntabel, sehingga dapat berkontribusi pada pembangunan bangsa dan negara.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.