UI Dikecam Usai Undang Akademisi Stanford yang Kontroversial, Kenapa?

Table of Contents
UI Dikecam Usai Undang Akademisi Stanford yang Kontroversial, Kenapa?


Universitas Indonesia (UI) menjadi perbincangan hangat setelah mengundang Peter Berkowitz, seorang akademisi dari Stanford University, sebagai pembicara di acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana. Keputusan ini menuai kritik dan pertanyaan dari berbagai pihak, terutama terkait latar belakang dan pandangan politik Berkowitz.

Latar Belakang Kontroversi

Kehadiran Peter Berkowitz di PSAU UI

Pada Sabtu, 23 Agustus 2025, Balairung UI, Depok, menjadi lokasi digelarnya PSAU Pascasarjana UI. Salah satu pembicara yang hadir adalah Peter Berkowitz, seorang akademisi dari lembaga think tank The Hoover Institution di Stanford University. Kehadirannya diharapkan dapat memberikan perspektif di bidang Sosial Humaniora. Namun, usai acara, media sosial diramaikan dengan perdebatan mengenai profil Berkowitz, khususnya pandangannya tentang konflik Israel-Palestina.

Reaksi Warganet dan Sorotan Media

Kehadiran Berkowitz di UI langsung memicu reaksi keras dari warganet dan sorotan media. Banyak yang mempertanyakan alasan UI mengundang sosok yang dianggap memiliki pandangan pro-Israel yang kuat. Kritik ini didasarkan pada tulisan-tulisan Berkowitz di berbagai media dan situs opini politik, termasuk RealClearPolitics (RCP). Di sana, ia menulis sejumlah artikel yang membela tindakan Israel, seperti "Israel's Retaliation is Completely Lawful," dan "The Wider Middle East War that Only Hamas Wants." Warganet juga menyoroti pengalamannya sebagai Direktur Staf Perencanaan Kebijakan Departemen Luar Negeri AS pada periode 2019-2021, yang semakin memperkuat kekhawatiran akan potensi bias politik dalam forum akademik.

Alasan di Balik Kecaman

Pandangan Peter Berkowitz Terkait Israel

Pandangan Peter Berkowitz mengenai konflik Israel-Palestina menjadi salah satu alasan utama kecaman. Tulisan-tulisannya dinilai menunjukkan dukungan yang kuat terhadap Israel, yang oleh sebagian pihak dianggap tidak seimbang dan kurang memperhatikan penderitaan rakyat Palestina. Hal ini menjadi sorotan karena UI sebagai lembaga pendidikan seharusnya menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kemanusiaan. Seorang pengamat politik yang enggan disebutkan namanya menyayangkan pandangan berat sebelah yang terkesan membela satu pihak dalam konflik kompleks seperti Israel-Palestina, jika disuarakan di forum akademik.

Jabatan dan Aktivitas Politik Berkowitz

Selain pandangannya tentang Israel, jabatan dan aktivitas politik Berkowitz juga menjadi perhatian. Pengalamannya sebagai Direktur Staf Perencanaan Kebijakan Departemen Luar Negeri AS dianggap mengindikasikan keterlibatan yang mendalam dalam politik luar negeri Amerika Serikat, yang seringkali dianggap memiliki kepentingan tersendiri dalam konflik Timur Tengah. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang netralitas dan objektivitas Berkowitz sebagai pembicara. Banyak pihak khawatir kehadirannya dapat dianggap sebagai dukungan terselubung terhadap kebijakan luar negeri tertentu.

Respons Universitas Indonesia

Permintaan Maaf dan Penjelasan UI

Menanggapi kritik yang muncul, Universitas Indonesia mengeluarkan pernyataan resmi berisi permintaan maaf. UI mengakui kurang cermat dalam memeriksa latar belakang Berkowitz. "Dengan segala kerendahan hati, UI mengakui kurang hati-hati dan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas kekhilafan ini," tulis pihak UI. UI juga berterima kasih atas kritik dan masukan yang konstruktif dari masyarakat.

Komitmen UI Terhadap Palestina

Dalam pernyataan resminya, UI menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina dan menentang segala bentuk penjajahan, sejalan dengan amanat konstitusi Indonesia. UI juga menyinggung pertemuan antara Rektor UI dengan Duta Besar Palestina pada 17 Januari 2025, sebagai bukti dukungan UI terhadap kemerdekaan Palestina. "UI mendukung penuh kemerdekaan bagi bangsa Palestina," demikian pernyataan UI. Lebih lanjut, UI menyatakan akan terus melakukan perbaikan dalam tata kelola universitas untuk menjamin iklim kebebasan akademik dan demokrasi yang sehat.

Pembelajaran bagi UI

Evaluasi Proses Seleksi Pembicara

Kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi UI dalam menyeleksi pembicara. UI berjanji akan lebih selektif dan sensitif dalam mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk latar belakang politik dan pandangan kontroversial. Seorang staf UI menyatakan bahwa proses seleksi akan diperketat dengan melibatkan berbagai pihak untuk memastikan pembicara yang diundang benar-benar netral dan dapat memberikan perspektif yang objektif.

Komitmen terhadap Kebebasan Akademik

Meski demikian, UI tetap berkomitmen terhadap prinsip kebebasan akademik. UI menegaskan bahwa orasi Berkowitz bertujuan untuk memberikan perspektif dari tokoh institusi terkemuka di dunia dalam bidang Sosial Humaniora dan Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM). UI juga membuka akses ke rekaman orasi Berkowitz di kanal YouTube resmi Universitas Indonesia agar publik dapat menilai langsung isinya. Ke depan, UI berjanji akan terus menjaga keseimbangan antara kebebasan akademik dan tanggung jawab untuk menghadirkan perspektif yang berimbang dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan. UI berencana mengadakan diskusi dan forum akademik yang melibatkan berbagai perspektif untuk memperkaya wawasan mahasiswa dan masyarakat. Staf UI menambahkan, ini adalah kesempatan untuk belajar dan berdiskusi secara terbuka. Orasi Peter Berkowitz dapat diakses melalui tautan (URL YouTube UI).

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.