9/11, Kenapa Dunia Tak Pernah Bisa Melupakan Hari Itu

Table of Contents
9/11, Kenapa Dunia Tak Pernah Bisa Melupakan Hari Itu


11 September 2001. Tanggal yang membekas dalam ingatan dunia, bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah tragedi yang mengubah segalanya. Serangan teroris terhadap Amerika Serikat itu merenggut ribuan nyawa dan meninggalkan luka yang mendalam. Apa yang membuat 9/11 begitu traumatik dan mengapa dunia tak bisa melupakannya?

Kronologi Kelam 11 September

Pagi itu, 19 anggota Al-Qaeda membajak empat pesawat komersial yang lepas landas dari berbagai kota di Pantai Timur AS. American Airlines Penerbangan 11 dan United Airlines Penerbangan 175, keduanya terbang dari Boston menuju Los Angeles. American Airlines Penerbangan 77 berangkat dari Dulles International Airport dekat Washington D.C. juga menuju Los Angeles. Sedangkan United Airlines Penerbangan 93 lepas landas dari Newark, New Jersey, dengan tujuan San Francisco.

Pukul 08:46 waktu setempat, Penerbangan 11 menabrak Menara Utara World Trade Center (WTC) di New York City. Dampaknya? Kobaran api dan kepanikan luar biasa. Selang 17 menit kemudian, pukul 09:03, Penerbangan 175 menghantam Menara Selatan WTC. Ledakan yang lebih besar dari sebelumnya, membuat dunia tersentak dan menyadari bahwa ini bukan kecelakaan biasa, melainkan serangan terkoordinasi.

Pukul 09:37, Penerbangan 77 menabrak sisi barat Pentagon, markas Departemen Pertahanan AS di Arlington, Virginia. Akibatnya, sebagian bangunan runtuh dan api berkobar. Sementara itu, Penerbangan 93 jatuh di sebuah lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania, pukul 10:03. Para penumpang dan awak pesawat melawan balik para teroris, menggagalkan rencana mereka untuk menyerang target lain di Washington D.C., yang kemungkinan adalah Gedung Capitol atau Gedung Putih.

Kurang dari dua jam, dua menara kembar WTC runtuh, menyisakan puing dan debu yang menyelimuti Lower Manhattan. Api terus membara selama berhari-hari. Gedung-gedung di sekitarnya pun mengalami kerusakan parah.

Dampak Langsung dan Respons Cepat

Tragedi 9/11 menimbulkan dampak yang sangat besar. Lebih dari 2.750 orang tewas di New York City, 184 di Pentagon, dan 40 di Pennsylvania. Lebih dari 400 petugas pemadam kebakaran dan polisi yang bergegas ke lokasi kejadian juga meregang nyawa. Rudy Giuliani, Walikota New York saat itu, menyebut mereka sebagai "pahlawan yang hilang."

Seketika, seluruh wilayah udara Amerika Serikat ditutup total. Aktivitas ekonomi terhenti. Pasar saham anjlok. Pemerintah mengumumkan keadaan darurat nasional. Negara-negara di seluruh dunia menyampaikan simpati dan dukungan kepada Amerika Serikat.

Investigasi langsung dilakukan. Al-Qaeda, kelompok teroris yang dipimpin oleh Osama bin Laden, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Pidato Bush dan Perubahan Kebijakan AS

Presiden George W. Bush, yang sedang berada di Florida saat serangan terjadi, segera kembali ke Washington D.C.. Malam harinya, dari Ruang Oval, Bush berpidato kepada rakyat Amerika, menegaskan bahwa Amerika Serikat akan memburu dan menghukum para pelaku dan pendukung terorisme. "Kita tidak akan membedakan antara teroris yang melakukan tindakan ini dan mereka yang menyembunyikannya," tegas Bush.

Pidato ini menjadi landasan kebijakan luar negeri Amerika Serikat pasca-9/11. Dimulailah "Perang Melawan Terorisme" yang menargetkan Al-Qaeda dan kelompok teroris lainnya di seluruh dunia. Invasi ke Afghanistan pada Oktober 2001, dengan tujuan menggulingkan rezim Taliban yang melindungi Osama bin Laden, menjadi babak awal perang ini. Disusul invasi ke Irak pada tahun 2003, dengan alasan bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal dan mendukung terorisme.

Kebijakan luar negeri AS pasca-9/11 menuai kontroversi. Banyak yang menilai perang di Afghanistan dan Irak telah menghabiskan biaya besar, baik secara finansial maupun dalam hal nyawa manusia, tanpa mencapai tujuan yang diharapkan. Kritikus juga menyoroti pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama perang, termasuk penyiksaan terhadap tahanan di penjara Abu Ghraib di Irak dan Guantanamo Bay di Kuba.

Mengapa 9/11 Akan Selalu Dikenang?

Tragedi 9/11 bukan hanya serangan fisik terhadap Amerika Serikat, tetapi juga serangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Seperti yang dikatakan mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, "Itu adalah serangan terhadap peradaban."

Serangan 9/11 telah mengubah cara dunia memandang keamanan. Pemeriksaan keamanan di bandara diperketat secara signifikan. Pemerintah di seluruh dunia meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas teroris. Kebijakan imigrasi diperketat.

Lebih dari itu, 9/11 telah memicu perdebatan tentang identitas nasional, toleransi agama, dan hubungan antara Barat dan dunia Islam. Peristiwa ini telah meningkatkan ketegangan dan polarisasi di masyarakat, tetapi juga mendorong upaya untuk membangun jembatan pemahaman dan dialog antar budaya.

Dampak psikologis dari serangan 9/11 masih dirasakan hingga kini. Banyak korban selamat, keluarga korban, dan masyarakat umum mengalami trauma dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Peringatan tahunan 9/11 diadakan setiap tahun untuk mengenang para korban dan menghormati para pahlawan.

"9/11 akan selalu menjadi bagian dari sejarah kita," kata Presiden Joe Biden dalam peringatan 20 tahun serangan tersebut. "Kita tidak boleh melupakan pelajaran yang kita pelajari pada hari itu. Kita harus terus bekerja untuk membangun dunia yang lebih aman dan lebih adil untuk semua."

Dunia mungkin tidak akan pernah sepenuhnya melupakan 9/11. Peristiwa ini telah meninggalkan bekas yang tak terhapuskan dalam sejarah dan terus membentuk dunia yang kita tinggali saat ini. Ke depan, penting untuk terus merefleksikan tragedi ini dan belajar darinya, agar tragedi serupa tidak terulang kembali. Dengan mengenang para korban, menghormati para pahlawan, dan belajar dari masa lalu, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.