Aksi Profesor Bikin Mendikdasmen Penasaran, Ada Apa?

Table of Contents
Aksi Profesor Bikin Mendikdasmen Penasaran, Ada Apa?


Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti baru-baru ini melontarkan ide tak biasa yang langsung memicu perbincangan: mengajak para profesor turun gunung mengajar di Taman Kanak-Kanak (TK). Apa yang melatarbelakangi tantangan unik ini?

Ajakan Mendikdasmen: Profesor ke TK, Apa Alasannya?

Ajakan ini disampaikan langsung oleh Abdul Mu'ti di hadapan para dosen, guru besar, dan profesor Universitas Negeri Makassar (UNM) pada Sabtu, 2 Agustus 2025. Sontak, ide ini memancing rasa ingin tahu, baik di kalangan akademisi maupun masyarakat umum.

Inspirasi dari Program UGM

Ternyata, gagasan ini berawal dari pengamatan Mendikdasmen terhadap sejumlah perguruan tinggi yang memiliki program pengajaran di sekolah. Ia mencontohkan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan program "Profesor Mengajar di Sekolah". Menurutnya, program semacam ini punya potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

"UGM punya program namanya 'Profesor Mengajar di Sekolah'. Saya kira sangat bagus kalau para profesor itu supaya dapat remun (remunerasi atau imbalan tambahan) itu mengajar di sekolah," ungkap Mu'ti dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kyai Menteri Official, Selasa, 9 September 2025.

Mengapa Harus TK?

Namun, tantangan ini tak berhenti di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mendikdasmen justru secara khusus menantang para profesor untuk mengajar di TK. Baginya, menjadi guru TK membutuhkan kesabaran, kreativitas, dan kemampuan berinteraksi yang mumpuni dengan anak-anak usia dini.

"Bahkan kalau perlu profesor itu mengajar di TK, karena menjadi guru TK itu adalah profesi yang paling menyenangkan dan profesi yang paling menantang," tegasnya.

Ia menambahkan, pengalaman mengajar di TK bisa menjadi wadah bagi para profesor untuk membuktikan relevansi ilmu yang mereka miliki bagi pendidikan anak usia dini.

"Karena itu, kalau para dosen, para guru besar di UNM ini berkenan mengajar di TK, kami akan senang hati. Jadi jangan hanya teori saja, buktikan Bapak-Ibu profesor lebih hebat dari guru TK," imbuh Guru Besar UIN Jakarta tersebut. Mu'ti meyakini bahwa terjun langsung ke lapangan akan memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan TK, serta memberikan perspektif baru tentang tantangan pendidikan anak usia dini.

Remunerasi Menjadi Perhatian

Mendikdasmen juga memberikan angin segar bagi para profesor yang tertarik dengan tantangan ini. Ia menjamin bahwa masalah remunerasi atau imbalan tidak perlu menjadi kekhawatiran. Pemerintah, katanya, siap mengalokasikan anggaran khusus untuk memberikan remunerasi yang layak bagi para profesor yang bersedia mengajar di TK.

"InsyaAllah kalau soal remun itu gampang kalau mau ngajar di TK. Kami sering bercanda di kampus itu, kalau guru, dosen ini enggak ada remun, akhirnya remuk. Remun ini harus ada," tegasnya. Pernyataan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mendukung inisiatif ini.

Mimpi Mendikdasmen dan Pengakuan Sri Mulyani

Di balik tantangan yang ia lontarkan, Mendikdasmen menyimpan impian pribadi. Ia mengaku bercita-cita menjadi kepala sekolah TK setelah pensiun sebagai profesor. Mimpi ini bahkan sering ia sampaikan kepada mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat rapat Kabinet Merah Putih.

"Saya di sela-sela rapat kabinet itu seringkali bercanda dengan Ibu Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani. Saya bercanda bahkan saya juga sempat menyampaikan kalau nanti saya sudah pensiun jadi profesor, saya mau jadi kepala sekolah Taman Kanak-Kanak saja," cerita Mu'ti.

Tak disangka, Sri Mulyani ternyata punya impian serupa! Mendikdasmen menuturkan bahwa mantan Menkeu tersebut juga ingin mendirikan TK dan menjadi kepala sekolahnya setelah pensiun.

"'Saya juga begitu Mas Menteri, saya juga mau bikin TK dan saya menjadi kepala sekolahnya'," pungkas Sekum PP Muhammadiyah itu menirukan perkataan mantan Menkeu.

Tantangan Mendikdasmen ini menuai beragam reaksi. Sebagian pihak melihatnya sebagai inovasi untuk meningkatkan mutu pendidikan TK. Namun, tak sedikit yang meragukan efektivitasnya dan mempertanyakan kesiapan para profesor dalam menghadapi anak-anak usia dini. Terlepas dari pro dan kontra, tantangan ini setidaknya telah membuka diskusi penting tentang pendidikan anak usia dini dan peran berbagai pihak dalam meningkatkan kualitasnya. Kita tunggu saja bagaimana implementasi tantangan ini dan dampaknya bagi dunia pendidikan Indonesia.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.