Alasan di Balik Kain Hijau-Pink yang Viral di Wisuda UI!

Momen wisuda Universitas Indonesia (UI) baru-baru ini tak hanya jadi ajang perayaan kelulusan, tapi juga panggung ekspresi. Aksi sejumlah wisudawan yang mengibarkan kain berwarna hijau dan pink mencuri perhatian dan menimbulkan pertanyaan: apa makna di balik pilihan warna ini? Mengapa aksi ini viral? Mari kita bedah fenomena kain hijau-pink yang mewarnai wisuda UI.
Simbol Aspirasi di Balik Warna Kain
Aksi unik ini terjadi saat Wisuda dan Penyambutan Mahasiswa Baru UI Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 Sesi 2, Kamis (11/9/2025) lalu. Sesi itu menjadi giliran wisudawan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), dan Fakultas Hukum (FH). Tribun wisudawan FISIP UI tampak semarak dengan kibaran kain warna-warni.
Resistance Blue, Brave Pink, dan Hero Green: Lebih dari Sekadar Warna
Ternyata, pengibaran kain ini sarat makna. Warna biru mewakili resistance blue, simbol perlawanan. Pink melambangkan brave pink, atau keberanian. Sedangkan hijau adalah hero green, representasi kepahlawanan. Kombinasi ketiga warna ini menjadi simbol aspirasi masyarakat Indonesia, terutama dalam menyuarakan isu-isu sosial politik yang tengah hangat. Aksi ini pun viral di media sosial, seperti TikTok dan X, memicu diskusi tentang simbolisme warna dalam menyampaikan pesan.
Semangka: Solidaritas untuk Palestina
Selain kombinasi tiga warna tadi, hadir pula simbol semangka sebagai wujud dukungan bagi Palestina. Warna merah, hijau, putih, dan hitam pada buah semangka identik dengan bendera Palestina, menjadikannya simbol solidaritas global. Wisudawan UI memilih simbol ini sebagai cara kreatif dan halus untuk menunjukkan dukungan, tanpa melanggar aturan yang melarang atribut bertulisan.
Respon Universitas Indonesia (UI)
Menanggapi aksi para wisudawan, Universitas Indonesia (UI) memberikan respon positif. Rektor UI, Prof. Heri Hermansyah, turut berkomentar mengenai fenomena pengibaran kain warna-warni ini.
UI Mendukung Aksi Wisudawan
Prof. Heri Hermansyah menyatakan dukungan UI terhadap aksi tersebut. "Beberapa hari menjelang wisuda, situasi sosial-politik negeri ini bergejolak. Bahkan, di Wisuda UI sesi 2 kemarin, ada banyak yang membawa kain biru, pink, dan hijau. Rupanya, itu adalah warna resistance blue, brave pink, dan hero green yang menyimbolkan aspirasi rakyat. Ada juga simbol semangka sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina," ungkap Prof. Heri.
Pesan Rektor untuk Alumni UI
Rektor UI menegaskan bahwa UI adalah kampus yang menjunjung tinggi demokrasi. "UI adalah kampus yang menjunjung tinggi demokrasi, maka kami mendukung penyuaraan aspirasi itu, karena UI adalah kampus perjuangan!" tegasnya. Prof. Heri juga berpesan agar para wisudawan menjadi alumni yang unggul dan memberikan dampak positif di mana pun mereka berada. Alumni UI diharapkan menjadi representasi kualitas pendidikan kampus di dunia kerja dan masyarakat.
Kontroversi Dana Abadi dan Teriakan "Zionis"
Namun, momen wisuda UI kali ini tidak hanya diwarnai aksi kreatif. Kontroversi terkait dana abadi dan teriakan "Zionis" juga ikut menyita perhatian. Kejadian ini menambah kompleksitas narasi seputar wisuda UI.
Latar Belakang Teriakan "Zionis"
Teriakan "Zionis" diduga terkait dengan kehadiran Profesor Peter Berkowitz sebagai pembicara pada acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana UI pada 23 Agustus 2025. Beberapa warganet menuding Berkowitz sebagai sosok pro-Israel yang pernah menjabat sebagai Direktur Staf Perencanaan Kebijakan Departemen Luar Negeri AS. Meskipun UI telah meminta maaf atas kejadian ini, isu ini kembali mencuat saat momen wisuda.
Penjelasan UI Mengenai Dana Abadi
Saat wisuda, pihak UI menjelaskan bahwa dana abadi merupakan langkah sinergi antara alumni dan sivitas akademika UI. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan riset, serta mencapai kemandirian finansial yang berkelanjutan.
Sumbangan Wisudawan untuk Dana Abadi: Sukarela dan Bukan Satu-satunya Sumber
Pengumpulan dana abadi juga menjadi sorotan, terutama terkait dengan adanya pemanggilan orang tua wisudawan dan penampilan QR Code untuk memberikan sumbangan. Pihak UI kemudian memberikan klarifikasi mengenai hal ini.
Sumbangan Sukarela dan Sumber Dana Lain
Direktur Humas, Media, Pemerintahan, dan Internasional UI, Prof. Arie Afriansyah, menegaskan bahwa sumbangan wisudawan bukanlah satu-satunya sumber dana abadi dan bersifat sukarela. "Sumbangan ini bersifat sukarela dan bukan satu-satunya sumber. Kami telah menjalin kerja sama akademik hingga filantropis dengan berbagai mitra strategis dalam rangka pengumpulan dana abadi UI," jelas Prof. Arie. UI juga menjalin kerjasama dengan berbagai mitra strategis lainnya.
Pemanfaatan Dana Abadi untuk Kemajuan UI
Prof. Arie menjelaskan bahwa dana abadi akan dikelola untuk kepentingan sivitas akademika, mulai dari pengembangan riset hingga membantu mahasiswa dengan keterbatasan finansial agar dapat menyelesaikan studi. "Dana Abadi ini dikelola untuk kepentingan sivitas akademika, mulai dari pengembangan riset hingga membantu para mahasiswa yang memiliki keterbatasan finansial agar dapat menyelesaikan studinya. Bahkan, jika sudah memungkinkan, UI akan memberikan beasiswa penuh kepada mahasiswa UI yang memang sesuai kategorinya," tambahnya.
Dengan menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan solidaritas, dana abadi UI akan dikembangkan secara bersama. Harapannya, ini dapat menciptakan keberlanjutan pendanaan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. "Sekaligus memperkuat kemandirian serta daya saing UI di tingkat nasional maupun global," pungkas Prof. Arie. UI berharap, dengan adanya dana abadi ini, kualitas pendidikan dan riset dapat terus ditingkatkan, serta kontribusi bagi masyarakat dan bangsa dapat semakin besar. Aksi wisudawan dengan kain warna-warni, teriakan "Zionis", dan isu dana abadi, menjadi catatan penting dalam sejarah wisuda UI yang merefleksikan dinamika sosial politik saat ini.