Biar Gak Loyo Hadapi Realita, Pakar UI Kasih Bocoran Rahasia Jitu!

Akhir-akhir ini, linimasa kita dibanjiri berita yang tak jarang bikin dada sesak. Merespons hal ini, seorang psikolog dari Universitas Indonesia (UI) punya sejumlah tips jitu agar kita tetap waras dan kuat menghadapi kenyataan. Apa saja?
Tenangkan Diri, Saring Informasi!
Menurut Dr. Anita Sari, seorang psikolog UI, kemampuan mengelola emosi adalah kunci utama di tengah derasnya arus informasi. "Dengan regulasi emosi, kita bisa mengendalikan reaksi terhadap berbagai hal, termasuk informasi dari media," jelasnya.
Bijak Memilah Berita
Di era serba digital ini, kita dibombardir informasi setiap saat. Dr. Sari menekankan pentingnya selektif dalam memilih asupan informasi. "Tidak semua informasi itu benar atau penting untuk kita. Kita harus bisa membedakan mana yang membangun dan mana yang justru memperburuk kondisi mental," katanya. Ini berarti kita harus jeli mengenali sumber informasi yang kredibel.
Kategorikan Sumber Informasi
Langkah pertama adalah mengelompokkan sumber-sumber informasi. Dr. Sari menyarankan untuk membaginya menjadi tiga kategori: sumber kredibel dan bereputasi, sumber yang belum tentu kredibel, dan sumber hiburan atau pengalihan perhatian. "Dengan mengkategorikan sumber, kita jadi lebih bijak menyaring informasi yang masuk," imbuhnya. Sumber kredibel biasanya berasal dari institusi resmi, media massa terpercaya, atau pakar di bidangnya. Sementara itu, sumber yang belum tentu kredibel sebaiknya diverifikasi dulu.
Seimbangkan Konsumsi Konten
Keseimbangan adalah kunci menjaga kesehatan mental. Terlalu banyak konten negatif bisa memicu stres, sementara konten positif bisa memberi rasa nyaman dan harapan.
Jauhi Konten Negatif Berlebihan
Dr. Sari mengingatkan agar kita tidak berlama-lama terpapar konten negatif yang memicu amarah, frustrasi, atau kekecewaan. "Terlalu banyak konten negatif bisa menguras energi mental dan memengaruhi suasana hati," jelasnya. Batasi waktu untuk membaca berita atau unggahan negatif, dan alihkan perhatian ke aktivitas yang lebih positif.
Perkuat Hubungan Sosial
Hubungan sosial yang sehat bisa jadi sumber dukungan dan kekuatan di saat sulit. Dr. Sari menyarankan untuk memanfaatkan relasi dengan keluarga, sahabat, atau rekan kerja. "Berinteraksi dengan orang terdekat bisa membantu kita merasa terhubung, didukung, dan tidak sendirian," ujarnya. Aktivitas sederhana seperti mengobrol, berkumpul, atau melakukan hobi bersama bisa meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres.
Waspadai Durasi Main Medsos
Media sosial menawarkan banyak informasi dan hiburan, tapi juga bisa jadi sumber stres jika tidak digunakan dengan bijak. Dr. Sari menekankan pentingnya sadar waktu saat menggunakan media sosial. "Tetapkan batasan waktu dan hindari penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama saat merasa stres atau cemas," sarannya. Ia juga menyarankan untuk selektif dalam mengikuti akun media sosial dan memprioritaskan konten yang positif dan bermanfaat.
Hentikan Kebiasaan "Overthinking"
Kecemasan sering memicu overthinking atau pemikiran berlebihan, yang bisa menguras energi mental dan mengganggu kualitas hidup. Dr. Sari memberikan tips praktis untuk mengatasi kebiasaan ini.
Beri Peringatan Diri Sendiri
Langkah pertama adalah memberikan peringatan pada diri sendiri. "Katakan pada diri sendiri bahwa Anda tidak akan overthinking. Ingatkan diri bahwa tidak semua informasi di media sosial akurat dan dapat dipercaya," jelas Dr. Sari. Ia menambahkan bahwa informasi singkat di media sosial seringkali lebih bertujuan membangkitkan emosi daripada memberikan informasi lengkap. "Dengan memberikan peringatan, kita membatasi pikiran agar tidak terjebak dalam lingkaran overthinking," tegasnya.
Dr. Sari menambahkan bahwa setiap orang punya cara mengatasi masalah yang berbeda. "Tidak ada satu cara yang paling tepat untuk semua orang. Cari dan temukan cara yang paling efektif untuk mengelola emosi dan pikiran Anda," tutupnya.
Dengan menerapkan tips dari psikolog UI ini, semoga kita bisa lebih siap dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Keseimbangan antara kesehatan mental dan kewaspadaan terhadap informasi adalah kunci menjaga kualitas hidup di tengah dinamika zaman.