Dari Anak Pedagang Jadi Mahasiswa Berbeasiswa, Kisah Inspiratif Abida

Senyum Nurul Abida Fauzia, mahasiswi baru Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), menyimpan kisah inspiratif. Di balik kesederhanaannya, perempuan muda ini membuktikan bahwa ketekunan membuka jalan menuju mimpi. Abida berhasil meraih beasiswa tahfidz Al Quran, sebuah pencapaian yang membanggakan sekaligus memotivasi para penghafal Al Quran lainnya.
Beasiswa Tahfidz: Jalan Abida Menuju Psikologi UM Surabaya
Abida, yang kini menempuh studi di jurusan Psikologi UM Surabaya, mendapatkan kesempatan ini berkat beasiswa tahfidz Al Quran. Program ini merupakan bentuk apresiasi UM Surabaya bagi para penghafal Al Quran dari berbagai penjuru Indonesia.
Komitmen UM Surabaya Dukung Generasi Qurani
Rektor UM Surabaya, Sukadiono, pernah menyampaikan bahwa beasiswa tahfidz adalah wujud komitmen universitas untuk mendukung generasi muda berprestasi di bidang agama. Program beasiswa ini secara rutin dibuka setiap tahun, menjadi magnet bagi calon mahasiswa yang memiliki kemampuan menghafal Al Quran.
Haru dan Syukur Abida
"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa mendapatkan beasiswa ini," ungkap Abida dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa beasiswa ini sangat membantu meringankan beban keluarganya. Pilihan jurusan Psikologi didorong oleh keinginannya untuk memahami perilaku manusia dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Perjuangan dan Pengorbanan Keluarga
Kisah Abida meraih beasiswa tak lepas dari peran serta keluarganya. Lahir dari keluarga sederhana, Abida tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi pendidikan.
Kondisi Ekonomi Keluarga yang Penuh Tantangan
Ayah Abida, yang sebelumnya bekerja membantu memandikan jenazah di sebuah rumah sakit, mengalami kecelakaan pada Mei 2023 dan tidak dapat lagi bekerja. Kini, keluarga Abida mengandalkan usaha ibunya yang berjualan bumbu pecel. "Meski kondisi ekonomi kami terbatas, orang tua saya selalu mendukung saya untuk belajar dan meraih cita-cita," ujarnya.
Cinta Al Quran Sejak SD
Kecintaan Abida pada Al Quran bersemi sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Ia mulai belajar menghafal Al Quran di pesantren. "Awalnya hanya ikut-ikutan teman-teman, tapi lama kelamaan saya semakin tertarik dan termotivasi," kenangnya. Semangatnya semakin membara saat melihat kakak kelasnya berhasil menyelesaikan hafalan Al Quran di jenjang SMP.
Air Mata dan Semangat Pantang Menyerah
Perjalanan menghafal Al Quran tentu tak selalu mudah bagi Abida. Ia menghadapi tantangan, terutama saat merasa futur, yaitu kondisi ketika semangat menghafal menurun. "Saya tipe orang yang sulit menghafal. Apalagi waktu itu saya harus menghafal jauh dari orang tua. Rasanya benar-benar berat," ungkapnya. Tak jarang ia meneteskan air mata karena merasa putus asa.
Tujuh Tahun Berjuang Merampungkan Hafalan
Namun, dengan kesabaran, ketekunan, serta dukungan dari keluarga dan guru-gurunya, Abida berhasil menuntaskan hafalan 30 juz Al Quran setelah tujuh tahun. "Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah SWT, saya bisa menyelesaikan hafalan. Ini adalah hadiah terindah bagi saya dan keluarga," ucap Abida dengan senyum bangga.
Komitmen Menjaga Hafalan dan Menginspirasi
Setelah menyelesaikan hafalan Al Quran, Abida berkomitmen untuk terus menjaganya di tengah kesibukan kuliah. Ia menyadari betul bahwa menjaga hafalan membutuhkan disiplin dan konsistensi.
Menyiasati Kesibukan dengan Al Quran
Abida menyempatkan diri untuk membaca dan mengulang hafalan Al Quran setiap hari. "Saya selalu ingat kata-kata, 'Luangkan waktu untuk membaca Al-Qur'an, jangan menunggu waktu luang.' Kata-kata itu sangat memotivasi saya untuk terus menjaga hafalan," jelasnya. Ia juga aktif dalam kegiatan keagamaan di kampus untuk memperdalam ilmu agama dan menjalin silaturahmi dengan sesama penghafal Al Quran.
Cita-cita di Dunia Psikologi
Selain fokus menjaga hafalan, Abida juga memiliki cita-cita besar di bidang Psikologi. Ia ingin menjadi seorang psikolog profesional yang memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. "Saya ingin membantu orang-orang yang mengalami masalah psikologis dan memberikan solusi yang tepat sesuai dengan ajaran Islam," tuturnya. Ia juga berharap dapat mengintegrasikan ilmu psikologi dengan nilai-nilai Al Quran dalam menangani masalah kejiwaan secara holistik.
Pesan untuk Para Penghafal Al Quran
Abida berpesan kepada para penghafal Al Quran lainnya untuk terus menikmati proses menghafal dan menjaganya dengan sungguh-sungguh. "Jangan pernah menyerah, meskipun menghadapi tantangan dan kesulitan. Ingatlah bahwa Allah SWT selalu bersama kita dan akan memberikan kemudahan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh," pesannya. Ia menekankan pentingnya niat yang ikhlas dan komitmen yang kuat. Kisah Abida membuktikan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan pertolongan Allah SWT, impian dapat diraih. Ia menjadi teladan bagi generasi muda Islam untuk terus berprestasi di bidang agama dan ilmu pengetahuan.