Deklarasi New York, Jalan Damai Palestina-Israel Tanpa Kekerasan?
Harapan baru merekah di tengah konflik Palestina-Israel yang berkepanjangan. Deklarasi New York, yang diresmikan di Markas Besar PBB, menjadi sorotan dengan solusi dua negara sebagai fondasi. Mungkinkah ini menjadi jalan keluar dari siklus kekerasan dan membuka lembaran baru bagi kedua bangsa? Pertanyaan besar ini menggantung di udara.
Latar Belakang Deklarasi New York
Pengesahan di Majelis Umum PBB
Jumat, 12 September 2025, menjadi hari penting saat Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi New York di New York. Pengesahan ini adalah puncak dari upaya diplomatik intens untuk menghidupkan kembali proses perdamaian yang lama terhenti. Momentum politik kian terasa menjelang pertemuan para pemimpin dunia di Sidang Umum PBB tingkat tinggi yang dijadwalkan pada 22 September 2025.
Isi Deklarasi
Lebih dari sekadar pernyataan sikap, Deklarasi New York, sebuah dokumen setebal tujuh halaman, mencoba merangkum konsensus internasional tentang prinsip dasar penyelesaian konflik. Dokumen ini lahir dari konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Arab Saudi dan Prancis pada bulan Juli di PBB. Deklarasi tersebut dengan tegas mengutuk serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu eskalasi di Gaza. Bersamaan dengan itu, deklarasi ini juga mengecam tindakan balasan Israel yang menyasar warga sipil dan infrastruktur sipil di Gaza, termasuk pengepungan dan pembatasan bantuan kemanusiaan, yang memperparah krisis kemanusiaan.
Poin-Poin Utama dalam Lampiran Deklarasi
Lampiran Deklarasi New York merinci berbagai usulan dan rekomendasi dari berbagai negara yang dihimpun melalui kelompok kerja konferensi. Usulan ini menjadi dasar diskusi, negosiasi, dan tindakan bersama, sejalan dengan resolusi 79/81 yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 3 Desember 2024. Beberapa rekomendasi kunci dalam lampiran bertujuan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perdamaian.
Gencatan Senjata dan Keamanan
Prioritas utama adalah seruan gencatan senjata yang segera dan berkelanjutan. Lampiran menekankan perlunya mekanisme pemantauan dan penegakan yang efektif untuk memastikan kepatuhan kedua belah pihak. Kerja sama keamanan antara Palestina dan Israel juga disoroti untuk mencegah serangan lintas batas dan menjaga stabilitas.
Respons Kemanusiaan dan Pemulihan Gaza
Kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan bagi penduduk Gaza yang terdampak konflik juga mendapat perhatian. Lampiran menyerukan akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, air, obat-obatan, dan tempat tinggal sementara. Rencana pemulihan dan rekonstruksi Gaza yang komprehensif, melibatkan komunitas internasional, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta, juga digarisbawahi.
Solusi Dua Negara dan Integrasi Regional
Deklarasi New York kembali menegaskan komitmen pada solusi dua negara, mengakui hak Palestina untuk memiliki negara berdaulat, bersatu, dan merdeka, hidup berdampingan secara damai dengan Israel. Lampiran menekankan pentingnya mendukung implementasi agenda reformasi Otoritas Palestina untuk mempersiapkan negara Palestina yang layak secara ekonomi. Menjaga solusi dua negara dari tindakan sepihak ilegal, seperti pembangunan permukiman Israel di wilayah pendudukan, yang melanggar hukum internasional dan mengancam koeksistensi damai, juga menjadi fokus. Integrasi regional melalui penyelesaian konflik Israel-Palestina juga diserukan.
Para Pihak yang Terlibat
Keberhasilan Deklarasi New York sangat bergantung pada dukungan dan keterlibatan aktif dari berbagai pihak.
Ketua Bersama Konferensi
Prancis dan Arab Saudi memegang peran penting sebagai Ketua Bersama Konferensi, memimpin upaya diplomatik dan memfasilitasi dialog antara pihak-pihak yang berkepentingan. Kontribusi kedua negara ini sangat penting dalam membangun momentum politik dan mencapai kesepakatan tentang prinsip dasar deklarasi.
Ketua Bersama Kelompok Kerja
Kelompok kerja konferensi dipimpin bersama oleh beragam negara, termasuk Brasil, Kanada, Mesir, Indonesia, Irlandia, Italia, Jepang, Yordania, Meksiko, Norwegia, Qatar, Senegal, Spanyol, Turki, Inggris Raya, Uni Eropa, dan Liga Arab. Keberagaman ini mencerminkan dukungan internasional yang luas terhadap upaya perdamaian dan memastikan berbagai perspektif dipertimbangkan.
"Ini adalah langkah awal yang penting, tetapi tantangan sebenarnya adalah bagaimana menerjemahkan deklarasi ini menjadi tindakan nyata di lapangan," ungkap seorang diplomat senior PBB yang terlibat dalam negosiasi, yang berbicara dengan syarat anonim. Implementasi Deklarasi New York akan menjadi ujian nyata bagi komitmen komunitas internasional untuk mencapai perdamaian abadi antara Palestina dan Israel.
"Deklarasi ini memberi kita secercah harapan setelah bertahun-tahun keputusasaan," kata seorang aktivis perdamaian Palestina di Ramallah. "Sekarang, kita harus bekerja keras untuk memastikan bahwa deklarasi ini tidak hanya menjadi selembar kertas, tetapi menjadi peta jalan menuju perdamaian sejati."
Tindak lanjut dan implementasi Deklarasi New York akan membutuhkan upaya kolektif dari semua pihak yang terlibat, termasuk Palestina, Israel, negara-negara regional, dan komunitas internasional. Kemauan politik, komitmen terhadap dialog, dan penghormatan terhadap hukum internasional akan menjadi kunci keberhasilan inisiatif ini.