Harapan Baru Selamatkan Badak Jawa dan Sumatra? Teknologi IPB Turun Tangan!

Kabar baik datang dari dunia konservasi! IPB University ambil bagian dalam upaya penyelamatan badak Jawa dan Sumatra yang kian terancam punah. Dengan teknologi inovatif, harapan baru muncul untuk menjaga kelestarian dua spesies langka ini.
Kondisi Memprihatinkan Populasi Badak Jawa dan Sumatra
Kondisi populasi badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) memang membutuhkan perhatian mendesak. Kedua hewan endemik Indonesia ini menghadapi berbagai tantangan yang mengancam keberadaan mereka di habitat aslinya.
Situasi badak Sumatra sangat mengkhawatirkan. Menurut Drh. Rina Agustina, peneliti independen yang fokus pada konservasi badak Sumatra, sebagian besar badak yang diselamatkan antara tahun 1980-1990 kini menderita penyakit, terutama masalah reproduksi. "Gangguan reproduksi menjadi masalah serius pada badak betina, menghambat kemampuan mereka untuk berkembang biak secara alami," jelasnya. Fragmentasi habitat dan perburuan liar juga memperparah kondisi ini.
Nasib badak Jawa pun tak kalah sulit. Meski populasinya relatif lebih stabil, dengan perkiraan sekitar 70 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon, para ahli tetap waspada. Terpusatnya populasi di satu lokasi membuat badak Jawa sangat rentan terhadap bencana alam, wabah penyakit, atau perubahan lingkungan yang ekstrem.
Kerentanan Genetik Memperparah Ancaman Kepunahan
Bukan hanya perburuan dan hilangnya habitat yang mengancam badak Jawa dan Sumatra. Kerentanan genetik juga menjadi faktor penting yang meningkatkan risiko kepunahan.
Prof. Dr. Bambang Purwantara dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University menjelaskan, keragaman genetik badak Jawa sangat rendah. Penelitian tim IPB University menunjukkan bahwa badak Jawa hanya memiliki sedikit variasi genetik yang diwariskan dari induk ke anak. "Rendahnya keragaman genetik ini membuat badak Jawa rentan terhadap penyakit dan kesulitan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan," ujar Prof. Bambang. Ia menambahkan, tanpa intervensi signifikan, populasi badak Jawa berpotensi menurun drastis dalam beberapa dekade mendatang.
Kondisi serupa juga terjadi pada badak Sumatra. Populasi yang terisolasi dan kecil menyebabkan perkawinan sedarah (inbreeding), meningkatkan risiko penyakit genetik dan menurunkan kesuburan. Angka kematian anak badak Sumatra yang tinggi di penangkaran juga memperburuk situasi ini.
Teknologi ART dan Biobank: Harapan Baru Konservasi
Di tengah ancaman kepunahan, teknologi reproduksi berbantuan atau Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobank menjadi harapan baru untuk menyelamatkan badak Jawa dan Sumatra. Teknologi ini menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi masalah rendahnya keragaman genetik dan gangguan reproduksi.
ART mencakup teknik seperti inseminasi buatan (IB), fertilisasi in vitro (IVF), dan transfer embrio. Teknik ini memungkinkan ilmuwan mengoptimalkan reproduksi badak, meningkatkan keberhasilan kehamilan, dan menghasilkan keturunan yang sehat. Biobank adalah fasilitas penyimpanan materi genetik satwa langka, seperti sperma, sel telur, dan jaringan tubuh, yang dapat digunakan untuk penelitian, pemuliaan, dan kloning di masa depan.
"ART dan biobank adalah alat yang sangat ampuh untuk konservasi satwa langka," kata Dr. Agil Rusli, ahli reproduksi satwa liar dari IPB University. "Dengan teknologi ini, kita dapat meningkatkan keragaman genetik populasi, mengatasi masalah infertilitas, dan menjaga materi genetik badak untuk generasi mendatang." Upaya serupa telah berhasil menyelamatkan badak putih utara di Kenya dan musang berkaki hitam di Amerika Serikat.
IPB University Bangun Pusat ART dan Biobank
Sebagai bentuk komitmen terhadap konservasi badak Jawa dan Sumatra, IPB University membangun Pusat ART dan Biobank sebagai pusat konservasi satwa liar berbasis teknologi. Pusat ini akan menjadi fasilitas terlengkap di Indonesia untuk penelitian dan pengembangan teknologi reproduksi satwa langka.
Pusat ini akan dilengkapi peralatan canggih dan tenaga ahli di bidang reproduksi, genetika, dan konservasi satwa liar. "Kami akan mengumpulkan sperma, sel telur, dan sel kulit badak Sumatra untuk dikembangkan menjadi stem cell dan gamet buatan," jelas Prof. Dr. Taufik, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB University. "Material genetik ini akan disimpan dalam biobank untuk digunakan dalam penelitian dan pemuliaan di masa depan."
Prof. Arif Satria, Rektor IPB University, berharap pusat ini dapat menjadi pusat unggulan dalam konservasi satwa liar di Indonesia dan berkontribusi signifikan dalam upaya menyelamatkan badak Jawa dan Sumatra dari kepunahan. Pembangunan pusat ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan berbagai lembaga konservasi internasional.
Kerja Sama Internasional untuk Selamatkan Badak
Upaya konservasi badak Jawa dan Sumatra membutuhkan kerja sama internasional yang solid. IPB University bekerja sama dengan berbagai lembaga konservasi, universitas, dan museum di seluruh dunia untuk bertukar pengetahuan, teknologi, dan materi genetik.
Material genetik, terutama yang tersimpan dalam bentuk frozen zoo, didatangkan dari berbagai lembaga, seperti Osaka University dan museum di Berlin, Copenhagen, Brussel (Belgia), dan Adelaide. Menurut Dr. Iman, koordinator kerja sama internasional IPB University, kerja sama ini sangat penting untuk keberhasilan upaya konservasi badak Jawa dan Sumatra karena memungkinkan akses ke keragaman genetik yang lebih luas.
Saat ini, tim IPB University sedang mempersiapkan ekspedisi ke habitat badak Sumatra untuk mengumpulkan sampel genetik dan melakukan studi populasi. Ke depannya, IPB University berencana meluncurkan program pendidikan dan pelatihan tentang konservasi satwa liar bagi masyarakat luas. Harapannya, langkah ini dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi publik dalam upaya pelestarian badak Jawa dan Sumatra. Dengan teknologi ART dan biobank, serta dukungan dari berbagai pihak, harapan untuk menyelamatkan badak Jawa dan Sumatra dari kepunahan semakin besar.