IKN Bakal Kehausan? Intip Prediksi Terbaru dari Peneliti!

Benarkah IKN Bakal Kehausan? BRIN Ungkap Hasil Prediksi Terbaru!
Proyek ambisius Ibu Kota Nusantara (IKN), yang bertujuan memindahkan pusat pemerintahan Indonesia, menghadapi sorotan tajam terkait ketersediaan air. Sebuah studi terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap proyeksi yang cukup mengkhawatirkan tentang kondisi sumber daya air di wilayah IKN dan sekitarnya. Penelitian ini memberikan gambaran penting bagi perencanaan pembangunan berkelanjutan di jantung Kalimantan Timur.
Prediksi Ketersediaan Air di IKN Menurut BRIN
Penelitian BRIN ini menyoroti potensi masalah ketersediaan air yang bisa jadi batu sandungan bagi keberlanjutan IKN. Lebih dari sekadar peringatan, studi ini menyajikan data ilmiah krusial sebagai dasar pengambilan keputusan. Bagaimana BRIN sampai pada kesimpulan ini?
Metode Penelitian: Andalkan Kecerdasan Buatan ANN
Para peneliti BRIN menggunakan pendekatan Artificial Neural Network (ANN) untuk memprediksi ketersediaan air di IKN. ANN adalah metode kecerdasan buatan yang mampu mempelajari pola kompleks dalam data dan membuat prediksi berdasarkan pola tersebut. Dalam penelitian ini, ANN dilatih dengan data satelit mengenai kondisi lahan dan air di wilayah IKN.
"ANN memungkinkan kami menganalisis data satelit dalam skala besar dan mengidentifikasi faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap ketersediaan air," jelas seorang peneliti BRIN yang terlibat. Model ANN yang dibangun mencapai tingkat akurasi 97,7% dengan kappa index 0,96. Akurasi setinggi ini menunjukkan model tersebut dapat diandalkan untuk memprediksi kondisi air di masa depan. Kajian ini dilakukan sejak tahun 2022 hingga 2025, dengan fokus pada lima studi kasus.
Hasil Prediksi: Area Non-Air Mendominasi
Hasil prediksi dari model ANN menunjukkan hasil yang perlu diwaspadai. Studi ini mengungkap bahwa sebagian besar wilayah IKN dan sekitarnya didominasi oleh area non-air (non-water/NW), mencapai 79,08%. Sementara itu, area dengan air tinggi (high water/HW) hanya mencakup 0,51%, dan area dengan air dan vegetasi (vegetation water/VW) sebesar 20,41%.
Ini berarti ketersediaan air permukaan di wilayah IKN relatif rendah jika dibandingkan dengan area daratan. Kondisi ini diperburuk oleh potensi perubahan iklim dan aktivitas pembangunan yang dapat mempengaruhi siklus hidrologi di wilayah tersebut. "Jika tidak ada tindakan mitigasi yang tepat, IKN berpotensi mengalami defisit air di masa depan," tegas peneliti BRIN, Laras Toersilowati. Temuan ini menggarisbawahi betapa mendesaknya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di IKN.
Pentingnya Data Satelit dalam Penelitian Iklim
Penelitian BRIN ini menyoroti peran penting data satelit dalam memantau dan memodelkan iklim. Data satelit menyediakan informasi komprehensif dan real-time mengenai berbagai parameter lingkungan, seperti tutupan lahan, suhu permukaan, curah hujan, dan kelembaban tanah. Informasi ini sangat penting untuk memahami dinamika iklim dan dampaknya terhadap sumber daya alam.
Data Satelit Jadi Acuan Pembuatan Kebijakan
Data satelit bukan hanya berguna untuk penelitian ilmiah, tetapi juga memiliki peran penting dalam pembuatan kebijakan. Dengan menganalisis data satelit, para pembuat kebijakan bisa mendapatkan informasi yang akurat dan objektif mengenai kondisi lingkungan. Informasi ini dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan.
"Data satelit memungkinkan kami melihat gambaran yang lebih besar dan memahami tren jangka panjang," ungkap seorang pejabat pemerintah yang berwenang dalam perencanaan pembangunan IKN. "Dengan informasi ini, kami dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan memastikan pembangunan IKN berjalan secara berkelanjutan." Data satelit membantu mengidentifikasi potensi risiko dan peluang terkait perubahan iklim, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih proaktif dan adaptif.
Komitmen BRIN dalam Riset Berbasis Data Satelit
BRIN menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan riset berbasis data satelit dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. BRIN menyadari bahwa data satelit adalah sumber informasi yang sangat berharga untuk memahami kompleksitas sistem iklim dan dampaknya terhadap berbagai sektor, termasuk sumber daya air, pertanian, dan kesehatan.
"Kami akan terus berinvestasi dalam pengembangan teknologi dan infrastruktur data satelit," ujar Kepala BRIN dalam sebuah pernyataan. "Kami juga akan terus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam analisis dan interpretasi data satelit." BRIN berkomitmen menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, dan akademisi, untuk memanfaatkan data satelit secara optimal dalam mendukung pembangunan nasional.
Langkah-langkah konkret yang diambil BRIN antara lain adalah pengembangan sistem peringatan dini bencana berbasis data satelit, pemantauan kualitas udara dan air, serta pemetaan potensi sumber daya alam. Data dan informasi yang dihasilkan dari riset BRIN diharapkan menjadi landasan bagi pengambilan keputusan yang lebih baik dan berkelanjutan di berbagai sektor. "BRIN akan terus berperan aktif dalam mendukung pembangunan Indonesia yang lebih hijau dan tangguh terhadap perubahan iklim," pungkas Laras Toersilowati. Hal ini sejalan dengan upaya global dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, serta pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).