Kisah Inspiratif, Mahasiswa UGM Ungkap Keunikan Spesies Baru Kadal Buta!

Table of Contents
Kisah Inspiratif, Mahasiswa UGM Ungkap Keunikan Spesies Baru Kadal Buta!


Kabar gembira datang dari dunia sains Indonesia! Donan Satria Yudha, seorang peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), berhasil mengidentifikasi spesies baru kadal buta tak bertungkai (genus Dibamus) yang unik dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Spesies yang diberi nama Dibamus oetamai ini menjadi bukti betapa kayanya keanekaragaman hayati Indonesia, sekaligus menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian hutan tropis.

Kadal Buta Eksklusif dari Pulau Buton

Menurut Donan Satria Yudha, kadal buta jenis ini benar-benar istimewa karena hanya bisa ditemui di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Habitat favoritnya adalah kawasan hutan lindung Kakenauwe dan Lambusango, di area dengan ketinggian di bawah 400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Oleh karena itu, kelangsungan hidup spesies ini sangat bergantung pada kesehatan dan kelestarian hutan di wilayah tersebut.

Ciri Morfologi yang Membedakan

Apa yang membuat Dibamus oetamai berbeda dari kadal buta jenis lainnya? Donan menjelaskan bahwa perbedaan paling mencolok terletak pada morfologi bagian kepala. "Sisik bagian frontalnya juga lebih besar daripada frontonasal," ujarnya. Selain itu, "sisik interparietal tampak jelas lebih kecil dari frontonasal, sisik nuchal berjumlah 4-6 buah, sisik postocular dua buah, sisik supralabial satu buah, dan masih ada lagi karakter pembeda di bagian badan dan ekornya."

Yang juga menarik, Dibamus oetamai tidak memiliki garis sutura pada bagian rostral (moncong)nya. Kombinasi ciri-ciri morfologi inilah yang menjadi pembeda utama antara Dibamus oetamai dengan spesies Dibamus lainnya yang telah diketahui.

Perjalanan Penemuan Kadal Buta Pulau Buton

Kisah penemuan Dibamus oetamai berawal dari Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi tahun 2013, yang melibatkan Kopassus TNI AD. Saat itu, seorang mahasiswa UGM yang ikut serta dalam ekspedisi menemukan spesimen kadal tak bertungkai yang kemudian dikirim ke Laboratorium Sistematika Hewan UGM untuk dianalisis lebih lanjut.

Donan Satria Yudha kemudian mengajak Awal Riyanto, seorang ahli herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang kini menjadi bagian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Maximilianus Dwi Prasetyo, mahasiswa bimbingannya yang menjadikan penelitian ini sebagai topik skripsinya.

"Penelitian Mas Maxi yang saya bimbing ini kemudian dibantu oleh Bapak Thasun Amarashinge dari BRIN beserta kolega beliau," kata Donan. Analisis mendalam dari tim peneliti ini akhirnya mengungkap bahwa spesimen kadal tersebut adalah spesies yang belum pernah dideskripsikan sebelumnya.

Penemuan ini secara resmi dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Taprobanica: The Journal of Asian Biodiversity pada tanggal 25 April 2025. Publikasi ini menandai pengakuan resmi Dibamus oetamai sebagai spesies baru kadal buta.

"Ini adalah bukti nyata bahwa Indonesia, khususnya pulau-pulau seperti Buton, menyimpan kekayaan hayati yang luar biasa," tegas Donan. Ia berharap temuan ini akan semakin meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian hutan sebagai rumah bagi berbagai spesies unik.

Donan menekankan bahwa kelestarian Dibamus oetamai sangat erat kaitannya dengan keberadaan hutan. Kerusakan hutan akibat aktivitas ilegal seperti penebangan liar dan pembukaan lahan dapat mengancam keberadaan spesies ini. "Jadi kemungkinan besar kelestarian spesies ini terancam di masa depan karena spesies ini hidupnya tergantung pada keberadaan hutan," jelasnya.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa luas hutan di Pulau Buton mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menjadi perhatian serius karena dapat berdampak buruk pada keanekaragaman hayati, termasuk keberadaan Dibamus oetamai.

Pemerintah daerah setempat telah berupaya untuk meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap perusakan hutan. Namun, upaya ini perlu ditingkatkan lebih lanjut untuk memastikan kelestarian hutan Pulau Buton tetap terjaga.

Para peneliti di UGM dan BRIN terus melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Dibamus oetamai, termasuk mempelajari perilaku, populasi, dan ancaman yang dihadapi spesies ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penyusunan strategi konservasi yang efektif.

Tantangan dalam pelestarian Dibamus oetamai tidak hanya berasal dari kerusakan hutan. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keanekaragaman hayati juga menjadi faktor penghambat. Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat perlu ditingkatkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan kepedulian terhadap lingkungan.

Penemuan ini tidak hanya penting bagi dunia sains, tetapi juga memiliki potensi ekonomi bagi masyarakat setempat. Pengembangan ekowisata berbasis keanekaragaman hayati dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat tanpa merusak lingkungan.

"Penemuan ini harus menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga hutan dan keanekaragaman hayati," kata Donan. Ia berharap pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya dapat bekerja sama untuk memastikan kelestarian Dibamus oetamai dan kekayaan hayati Indonesia lainnya.

Penelitian lebih lanjut mengenai Dibamus oetamai akan terus dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai spesies ini. Informasi ini akan sangat berguna dalam penyusunan rencana konservasi yang komprehensif. Selain itu, upaya pelestarian habitat Dibamus oetamai juga akan menjadi prioritas utama untuk memastikan keberlangsungan hidup spesies unik ini.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.