Kisah Pilu Mahasiswa Nepal, Krisis Politik Hantam Dompet, Mimpi Kuliah Terancam?

Table of Contents
Kisah Pilu Mahasiswa Nepal, Krisis Politik Hantam Dompet, Mimpi Kuliah Terancam?


Tragedi menghampiri ribuan mahasiswa Nepal yang bercita-cita tinggi untuk melanjutkan studi di berbagai universitas terbaik dunia. Gelombang demonstrasi besar yang melanda negara tersebut, memicu krisis politik dan melumpuhkan sektor perbankan, sehingga membuyarkan impian mereka untuk meraih pendidikan di luar negeri.

Terhambat Krisis Politik, Impian Mahasiswa Nepal Terancam

Aksi protes massa yang menentang korupsi telah menyebabkan kelumpuhan di Nepal. Imbasnya, penutupan kantor-kantor publik dan lembaga keuangan, termasuk bank, selama beberapa hari menjadi mimpi buruk bagi para calon mahasiswa yang tengah mempersiapkan diri untuk kuliah di mancanegara.

Uang Kuliah Tertahan, Pinjaman Pendidikan Terganjal

Keterlambatan pembayaran biaya perkuliahan menjadi masalah utama. Banyak mahasiswa Nepal yang berencana memulai perkuliahan pada musim gugur ini harus menelan kekecewaan karena proses transfer dana terhambat.

Menurut Hari Karki, Direktur Bizz Education, sebuah konsultan rekrutmen mahasiswa, penutupan bank telah menghalangi mahasiswa untuk memproses pembayaran uang kuliah, mendapatkan Confirmation of Acceptance for Studies (CAS), atau mengakses pinjaman pendidikan. Akibatnya, banyak mahasiswa yang kini berjuang keras untuk memenuhi tenggat waktu pendaftaran yang semakin dekat.

Situasi diperparah dengan aturan perbankan Nepal yang mengharuskan adanya Surat Keterangan Tidak Keberatan (NOC) untuk transfer dana pendidikan ke luar negeri. Penutupan bank praktis menghentikan penerbitan NOC, sehingga semakin menyulitkan mahasiswa.

Mahasiswa Nepal di Luar Negeri Juga Terdampak

Masalah tak hanya menimpa calon mahasiswa. Mereka yang sudah menempuh pendidikan di luar negeri pun merasakan dampak pahit dari krisis ini. Pembekuan perbankan di Nepal menyulitkan mereka untuk membayar biaya kuliah, sehingga berpotensi mengganggu studi mereka, bahkan terancam dikeluarkan dari universitas.

Krishna Bista, seorang profesor pendidikan tinggi di Morgan State University, Amerika Serikat, menggambarkan gangguan ini sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia menyebutkan bahwa ribuan mahasiswa tidak dapat mentransfer biaya kuliah, mengurus visa dan dokumen imigrasi, atau mengakses pinjaman pendidikan, sehingga membahayakan jadwal pendaftaran mereka. "Penutupan sistemik seperti ini jarang terjadi dan menimbulkan ancaman akut bagi mobilitas mahasiswa Nepal yang pindah ke luar negeri," tegasnya.

Respons Universitas dan Institusi Pendidikan

Menghadapi situasi yang tak terduga ini, beberapa universitas dan institusi pendidikan di luar negeri mulai berinisiatif memberikan kelonggaran bagi mahasiswa Nepal. Menurut Bista, beberapa universitas secara informal memberikan penangguhan singkat, pendaftaran daring bersyarat, atau fleksibilitas rencana pembayaran atau otorisasi kerja darurat jangka pendek.

Namun, respons yang diberikan masih belum konsisten dan bergantung pada kebijakan masing-masing institusi, bukan langkah-langkah kebijakan yang terkoordinasi. Bista berharap institusi dan pembuat kebijakan dapat membantu dengan menawarkan perpanjangan tenggat waktu, pendaftaran sementara sambil menunggu pembayaran lunas, dana darurat untuk kesulitan, dan keterlibatan diplomatik untuk menstabilkan saluran perbankan. "Komunikasi yang jelas dan terkoordinasi dengan mahasiswa terdampak juga penting," tambahnya.

Harapan di Tengah Krisis: Upaya Pemulihan dan Prospek Jangka Panjang

Kondisi berangsur membaik setelah pemerintahan sementara dilantik. Penerbitan Surat Keterangan Tidak Keberatan (NOC) yang diperlukan untuk transfer biaya kuliah ke luar negeri kembali dilanjutkan, dan bank-bank juga kembali memproses pinjaman pendidikan.

NOC Kembali, Secercah Harapan untuk Mahasiswa

Penerbitan NOC sangat penting bagi mahasiswa Nepal karena tanpa surat ini, mereka tidak dapat mentransfer dana pendidikan ke luar negeri. Dibukanya kembali layanan NOC memberikan angin segar bagi para mahasiswa yang sempat putus asa.

Jumlah Mahasiswa ke Luar Negeri Diprediksi Menurun

Meski operasional telah berjalan normal, Bista memperingatkan bahwa dalam jangka pendek, jumlah mahasiswa yang berangkat ke luar negeri kemungkinan akan menurun tajam. Hal ini disebabkan banyak mahasiswa yang terlewat periode pendaftaran akibat krisis politik.

Optimisme Jangka Panjang: Minat Studi di Luar Negeri Tetap Tinggi

Terlepas dari dampak jangka pendek, para pengamat tetap optimis bahwa minat mahasiswa Nepal untuk melanjutkan studi di luar negeri akan tetap tinggi. Pendidikan internasional dipandang sebagai investasi masa depan dan jalan menuju kesuksesan.

Bista menyatakan bahwa minat yang kuat di antara mahasiswa Nepal untuk melanjutkan pendidikan tinggi di negara-negara berbahasa Inggris, terutama Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia, tetap stabil dan kemungkinan akan terus berlanjut meskipun ada gangguan saat ini.

Ananta Poudyal, Direktur Nabil Bank dan Presiden Asosiasi Alumni Australia di Nepal, menambahkan bahwa Nepal telah kembali ke jalurnya dalam waktu singkat. "Ini pasti salah satu revolusi tercepat di dunia - Nepal sudah kembali ke jalurnya dalam seminggu karena pemerintahan sementara sudah terbentuk dan berfungsi penuh," ujarnya. Namun, Poudyal mengingatkan bahwa pemulihan sektor pendidikan membutuhkan waktu dan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, universitas, dan lembaga keuangan. Dengan kerja sama yang solid, mimpi mahasiswa Nepal untuk kuliah di luar negeri dapat kembali menjadi kenyataan.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.