Mahasiswa Internasional, Ini Lho Cara Cari Kerja Jadi Perawat Lansia!

Kabar gembira bagi mahasiswa internasional yang bercita-cita berkarier di bidang perawatan lansia! Korea Selatan membuka peluang kerja menarik sebagai perawat lansia (caregiver), lho! Bagaimana caranya mewujudkan impian ini?
Peluang Emas: Jadi Perawat Lansia di Korea Selatan
Korea Selatan kini membuka pintu selebar-lebarnya bagi mahasiswa internasional yang tertarik menjadi perawat lansia. Pemerintah setempat telah menyiapkan program khusus yang memungkinkan mahasiswa asing mendapatkan pendidikan dan pelatihan di berbagai universitas di Korea Selatan sebelum terjun langsung merawat para lansia. Inisiatif ini menjadi angin segar di tengah meningkatnya kebutuhan akan tenaga perawat lansia di Negeri Ginseng.
Langkah ini diambil sebagai respons strategis terhadap populasi Korea Selatan yang menua dengan cepat. Data terkini menunjukkan peningkatan signifikan jumlah lansia, sementara jumlah tenaga kerja di sektor perawatan lansia masih jauh dari cukup. Program ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan tersebut dengan memanfaatkan potensi mahasiswa internasional yang berminat dan memiliki bakat di bidang ini. "Ini adalah langkah krusial untuk mengatasi kekurangan tenaga perawat lansia dan memastikan para lansia di Korea Selatan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik," ujar seorang pejabat Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan.
Kampus Korsel Siapkan Program Pendidikan dan Pelatihan Khusus
Kementerian Kehakiman dan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan telah menunjuk 24 perguruan tinggi sebagai universitas pelatihan resmi bagi perawat lansia asing, terhitung sejak 24 Agustus 2025. Kampus-kampus ini tersebar di berbagai wilayah, seperti Jeju Tourism University (Jeju), Myongji College (Seoul), Sahmyook Health University (Seoul), Kyungnam University of Information & Technology (Busan), Dongui Institute of Technology (Busan), dan Kyungin Women's College (Incheon).
Perguruan tinggi tersebut menawarkan program gelar khusus yang dirancang untuk membekali mahasiswa internasional dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk merawat lansia secara profesional. Kurikulumnya mencakup berbagai aspek, mulai dari dasar-dasar perawatan medis, komunikasi efektif dengan lansia, hingga pemahaman tentang penyakit yang umum diderita lansia. Mahasiswa juga akan mendapatkan pelatihan intensif bahasa Korea, khususnya istilah medis dan percakapan sehari-hari yang relevan dengan pekerjaan sebagai perawat lansia. "Kami ingin memastikan mahasiswa internasional memiliki kemampuan berbahasa Korea yang memadai, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan baik dengan para lansia dan memberikan perawatan yang optimal," jelas seorang dosen dari Sahmyook Health University.
Visa Lebih Mudah untuk Mahasiswa Perawatan Lansia
Salah satu daya tarik utama dari program ini adalah pelonggaran persyaratan keuangan dalam penerbitan visa bagi mahasiswa internasional yang mengambil jurusan khusus program perawatan lansia. Kebijakan ini memudahkan mahasiswa dari berbagai negara untuk datang dan belajar di Korea Selatan tanpa terbebani masalah finansial yang berat. "Kami memahami biaya hidup dan pendidikan di Korea Selatan cukup tinggi. Oleh karena itu, kami memberikan kemudahan pengurusan visa agar semakin banyak mahasiswa internasional yang tertarik bergabung dengan program ini," kata seorang pejabat Kementerian Kehakiman Korea Selatan.
Selain itu, pemerintah Korea Selatan juga mempertimbangkan untuk memberikan insentif tambahan bagi mahasiswa internasional yang berhasil menyelesaikan program pendidikan dan pelatihan dan bekerja sebagai perawat lansia di Korea Selatan. Insentif tersebut bisa berupa subsidi perumahan, tunjangan kesehatan, atau kemudahan pengajuan izin tinggal permanen. "Kami ingin memberikan apresiasi kepada para perawat lansia asing atas kontribusi mereka dalam merawat para lansia di negara kami," ujar pejabat tersebut.
Uji Coba Program dan Evaluasi
Program ini akan diuji coba selama dua tahun, dimulai pada semester pertama tahun 2026. Selama masa uji coba, perguruan tinggi akan melakukan evaluasi internal setiap semester untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program. Evaluasi ini akan melibatkan umpan balik dari mahasiswa, dosen, dan pihak-pihak terkait lainnya.
Kementerian Kehakiman dan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan juga akan melakukan evaluasi dan pemantauan berkala terhadap program ini. Hasil evaluasi akan menjadi dasar pertimbangan untuk memutuskan apakah program ini akan dilanjutkan atau dihentikan setelah masa uji coba berakhir pada tahun 2027. "Kami akan memastikan program ini berjalan efektif dan memberikan manfaat signifikan bagi para lansia dan mahasiswa internasional," tegas seorang perwakilan dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan.
Respons Terhadap Kekurangan Tenaga Perawat Lansia
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan, Jeong Eun Kyeong, menekankan bahwa program ini merupakan respons langsung terhadap kekurangan tenaga kerja perawat lansia yang semakin parah di negaranya. Dengan populasi yang menua dan tingkat kelahiran yang rendah, Korea Selatan menghadapi tantangan besar dalam menyediakan perawatan memadai bagi para lansia. "Program ini diharapkan dapat membantu memastikan ketersediaan tenaga perawat lansia yang stabil dan berkualitas," kata Jeong Eun Kyeong, dikutip dari Korea.net, laman resmi Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan.
Pemerintah Korea Selatan berkomitmen untuk terus meningkatkan kondisi kerja para perawat lansia, termasuk memberikan upah yang layak, fasilitas yang memadai, dan kesempatan untuk mengembangkan karier. "Kami menyadari pekerjaan sebagai perawat lansia sangat berat dan menuntut. Oleh karena itu, kami akan berusaha menciptakan lingkungan kerja yang kondusif agar para perawat lansia dapat bekerja dengan nyaman dan memberikan pelayanan terbaik," imbuhnya.
Tantangan dan Catatan Penting: Pendidikan Tinggi, Upah, dan Rasisme
Meski program ini menawarkan peluang menarik bagi mahasiswa internasional, ada beberapa tantangan dan catatan penting yang perlu diperhatikan. Profesor sejarah di Universitas Yonsei, Seoul, Theodore Jun Yoo, mengingatkan bahwa program tenaga perawatan asing sebelumnya pernah digalakkan di Korea Selatan namun gagal karena berbagai faktor, seperti biaya yang meningkat, ketergantungan pada imigran dari Filipina, dan kurangnya permintaan di luar Seoul.
"Jika rencana baru ini berhasil, program tersebut perlu dijalankan melalui perguruan tinggi dua tahun yang baik dan menawarkan lisensi profesional yang tepat sehingga orang-orang benar-benar memenuhi syarat," ujarnya. Ia juga menyoroti masalah upah dan rasisme yang masih dihadapi pekerja migran di Korea Selatan. "Pekerja migran di Korea secara keseluruhan masih menghadapi banyak sekali pelecehan, gaji yang rendah, dan rasisme. Kecuali jika orang Korea mulai memperlakukan para pekerja ini dengan lebih baik, pelatihan sebanyak apa pun tidak akan menyelesaikan masalah yang lebih besar," imbuh Yoo.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, universitas, dan masyarakat Korea Selatan untuk bekerja sama menciptakan lingkungan inklusif dan menghormati hak-hak pekerja migran, termasuk para perawat lansia asing. Dengan upaya bersama, program ini diharapkan dapat memberikan manfaat optimal bagi semua pihak dan berkontribusi pada kesejahteraan para lansia di Korea Selatan.