Miris! Begini Kondisi Belajar Siswa SMPN 7 Kota Bekasi Sebenarnya

Bekasi – Ironi dunia pendidikan kembali mencuat. Di SMPN 7 Kota Bekasi, siswa-siswi harus belajar dengan fasilitas yang jauh dari memadai. Potret memprihatinkan ini menjadi tamparan keras di tengah upaya peningkatan kualitas pendidikan yang terus digaungkan.
Ruang Kelas yang Jauh dari Kata Nyaman
Kondisi ruang kelas di SMPN 7 Bekasi bagai mimpi buruk. Alih-alih menjadi tempat yang nyaman untuk belajar, kelas-kelas ini justru menjadi sumber masalah bagi para siswa.
Pintu Bolong dan Mebel Rusak
Pintu-pintu kelas di beberapa ruang tampak mengenaskan. Bolong di sana-sini, bahkan ada yang tak berfungsi sebagaimana mestinya. Seorang siswa kelas 8 yang enggan disebutkan namanya mengeluhkan, "Pintu bolong begini sudah lama. Kalau hujan angin, air masuk ke kelas."
Tak hanya pintu, meja dan bangku pun banyak yang rusak berat. Ada yang patah, retak, hingga tidak stabil saat digunakan. Kondisi ini tentu sangat mengganggu proses belajar mengajar.
Jendela Kelas Menganga
Selain pintu dan mebel, jendela kelas pun tak kalah memprihatinkan. Banyak yang bolong, tanpa kaca atau penutup. Akibatnya, debu dan angin leluasa masuk ke dalam kelas. "Kalau lagi belajar, debu sering masuk dari jendela yang bolong. Kadang bikin batuk-batuk," ujar siswa lainnya. Jendela yang rusak juga mengurangi pencahayaan alami, membuat suasana belajar menjadi suram.
Fasilitas Sekolah yang Tak Terawat
Bukan hanya ruang kelas, fasilitas sekolah secara umum juga jauh dari kata layak. Kebersihan dan sanitasi yang buruk menambah kelam potret pendidikan di SMPN 7 Kota Bekasi.
Sampah Berserakan, Sumber Penyakit
Kondisi tempat pembuangan sampah di lingkungan sekolah sangat memprihatinkan. Sampah berserakan di mana-mana, menimbulkan bau tak sedap, dan menjadi sarang penyakit. "Sampah sering menumpuk dan bau. Kadang bikin jijik mau lewat," ungkap seorang guru. Kurangnya kesadaran kebersihan dan minimnya fasilitas diduga menjadi penyebab utama masalah ini.
Fasilitas Cuci Tangan Kumuh
Ironisnya, fasilitas cuci tangan yang seharusnya menjadi sarana penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan justru terlihat kumuh dan tak terawat. Keran air banyak yang rusak, sabun tak tersedia, dan kondisi lingkungan sekitar kotor serta berlumut. Kondisi ini sangat disayangkan, apalagi di tengah pentingnya menjaga kebersihan tangan untuk mencegah penyebaran penyakit.
Keluhan dan Harapan Orang Tua
Kondisi fasilitas sekolah yang memprihatinkan ini tentu menjadi perhatian serius bagi para orang tua murid. Mereka berharap pihak sekolah dan pemerintah daerah segera turun tangan.
Fasilitas Belajar Harus Jadi Prioritas
Orang tua murid menilai bahwa fasilitas belajar yang layak adalah prioritas utama. "Fasilitas belajar itu kan penting, mas. Kalau sekolahnya bagus, anak-anak juga semangat belajarnya," ujar Ibu Ani, salah seorang orang tua murid. Mereka berharap agar anggaran pendidikan dialokasikan secara tepat sasaran untuk memperbaiki fasilitas sekolah yang rusak dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Menanti Upaya Nyata Perbaikan
Sayangnya, hingga kini belum ada upaya nyata dari pihak sekolah maupun pemerintah daerah untuk memperbaiki kondisi fasilitas sekolah. Perabotan rusak tetap digunakan siswa, meski berisiko mengancam keselamatan. "Sudah beberapa kali kami sampaikan keluhan ini ke pihak sekolah, tapi belum ada tindak lanjutnya," keluh Bapak Budi, orang tua murid lainnya.
Ironi di Tengah Kampanye Peningkatan Kualitas Pendidikan
Kondisi memprihatinkan di SMPN 7 Kota Bekasi menjadi ironi di tengah gencarnya kampanye peningkatan kualitas pendidikan. Di satu sisi, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran, namun di sisi lain, masih banyak sekolah yang kekurangan fasilitas dan infrastruktur yang layak.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Ino Triano, saat dikonfirmasi terkait kondisi SMPN 7, mengakui adanya tantangan terkait infrastruktur. "Kita terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Bekasi. Namun, tentu saja, ada tantangan yang harus dihadapi, termasuk masalah infrastruktur," ujarnya.
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan, sekitar 30% bangunan sekolah di Indonesia dalam kondisi rusak berat dan membutuhkan renovasi segera.
Pemerintah Kota Bekasi berjanji akan segera menindaklanjuti laporan mengenai kondisi SMPN 7. "Kami akan segera meninjau lokasi dan menganggarkan perbaikan secepatnya. Pendidikan adalah prioritas kami," pungkas Ino Triano. Harapan baru pun muncul bagi para siswa dan orang tua di SMPN 7 Kota Bekasi.