Rahasia Alam, Kok Bisa Gerhana Bulan Buktiin Bentuk Bumi?

Table of Contents
Rahasia Alam, Kok Bisa Gerhana Bulan Buktiin Bentuk Bumi?


Gerhana bulan, fenomena langit yang memukau, ternyata menyimpan bukti kuat tentang bentuk Bumi. Bagaimana bisa? Mari kita telusuri peran gerhana bulan dalam mengungkap misteri bentuk planet kita, dari teori kuno hingga pembuktian ilmiah modern.

Pembuktian Bentuk Bumi Melalui Gerhana Bulan

Teori Bentuk Bumi: Dahulu dan Kini

Sejak zaman dahulu, manusia telah berupaya memahami bentuk Bumi. Berbagai peradaban kuno memiliki pandangan berbeda. Beberapa meyakini Bumi datar, disangga pilar atau kura-kura raksasa. Namun, seiring kemajuan ilmu pengetahuan, gagasan Bumi bulat mulai berkembang, terutama di kalangan ilmuwan dan filsuf Yunani kuno. Kini, berkat teknologi satelit dan eksplorasi angkasa, bentuk Bumi bulat (lebih tepatnya, spheroid oblate) telah terkonfirmasi secara empiris.

Peran Gerhana Bulan dalam Pembuktian Bentuk Bumi

Gerhana bulan memainkan peran penting dalam membuktikan bentuk Bumi. Saat gerhana bulan terjadi, bayangan Bumi jatuh ke Bulan. Bentuk bayangan inilah kunci utama untuk memahami bentuk Bumi. Pengamatan bayangan Bumi selama gerhana bulan telah dilakukan ilmuwan dan filsuf selama ribuan tahun, memberikan bukti kuat bahwa Bumi bulat.

Sejarah Pembuktian Bentuk Bumi Melalui Gerhana Bulan

Kontribusi Ilmuwan Kuno

Ilmuwan dan filsuf Yunani kuno seperti Pythagoras, Aristoteles, dan Anaxagoras memberikan kontribusi besar dalam membuktikan bentuk Bumi melalui pengamatan gerhana bulan. Pythagoras, pada abad ke-6 SM, mengemukakan bahwa Bumi bulat berdasarkan pengamatannya terhadap bentuk terminator (garis pemisah antara bagian terang dan gelap) di Bulan. Anaxagoras, sekitar abad ke-5 SM, menjelaskan penyebab gerhana matahari dan bulan, serta menyadari bahwa bayangan Bumi saat gerhana bulan berbentuk bulat. Aristoteles, pada abad ke-4 SM, memberikan argumen lebih lanjut tentang bentuk Bumi bulat berdasarkan pengamatan bayangan Bumi saat gerhana bulan dan perubahan bintang yang terlihat saat bepergian ke utara atau selatan. "Pengamatan terhadap gerhana bulan adalah salah satu bukti paling awal yang mendukung teori Bumi bulat," ujar Dr. Antonius, sejarawan sains dari Universitas Nasional.

Bagaimana Gerhana Bulan Membuktikan Bentuk Bumi Bulat

Bayangan Bumi yang Melingkar

Saat gerhana bulan terjadi, Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi jatuh ke permukaan Bulan. Jika Bumi bulat, bayangan yang dihasilkan akan berbentuk lingkaran. Pengamatan bayangan Bumi selama gerhana bulan secara konsisten menunjukkan bentuk melingkar, terlepas dari posisi Bulan atau sudut datangnya cahaya Matahari. Ini menjadi bukti kuat bahwa Bumi bulat.

Perbandingan dengan Bumi Datar

Bagaimana jika Bumi datar? Jika Bumi datar, bayangan yang dihasilkan selama gerhana bulan tidak akan selalu berbentuk lingkaran. Bentuk bayangan akan bervariasi tergantung pada posisi Matahari dan sudut datangnya cahaya. Dalam beberapa kasus, bayangan mungkin berbentuk elips atau bahkan garis lurus. Namun, kenyataannya, bayangan Bumi selama gerhana bulan selalu melingkar, yang secara efektif membantah teori Bumi datar. "Bayangan Bumi yang melingkar saat gerhana bulan adalah bukti visual yang tak terbantahkan tentang bentuk Bumi," jelas Dr. Karina Surya, Profesor Astronomi dari Institut Teknologi Bandung.

Proses Terjadinya Gerhana Bulan Total

Kondisi yang Menyebabkan Gerhana Bulan

Gerhana bulan terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu garis lurus atau hampir lurus. Bumi kemudian menghalangi cahaya Matahari yang seharusnya mencapai Bulan, sehingga menyebabkan Bulan menjadi gelap. Gerhana bulan total terjadi ketika seluruh permukaan Bulan tertutup oleh bayangan umbra (bayangan inti) Bumi. Saat gerhana bulan total, Bulan tidak sepenuhnya menghilang, melainkan tampak berwarna merah atau oranye karena pembiasan cahaya Matahari oleh atmosfer Bumi.

Mengapa Gerhana Bulan Tidak Terjadi Setiap Purnama

Meskipun gerhana bulan hanya terjadi saat fase bulan purnama, tidak setiap bulan purnama menghasilkan gerhana bulan. Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang miring sekitar 5 derajat terhadap bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari (ekliptika). Karena kemiringan ini, Matahari, Bumi, dan Bulan tidak selalu berada dalam satu garis lurus sempurna saat bulan purnama. Gerhana bulan hanya terjadi ketika Bulan berada di dekat titik simpul orbitnya (titik di mana orbit Bulan memotong bidang ekliptika) pada saat yang bersamaan dengan fase bulan purnama.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gerhana bulan total berikutnya yang dapat diamati di Indonesia diperkirakan akan terjadi pada . Fenomena ini akan menjadi kesempatan sangat baik bagi masyarakat untuk mengamati langsung bukti ilmiah tentang bentuk Bumi dan mengagumi keindahan alam semesta. Masyarakat diimbau untuk mempersiapkan diri dan mencari lokasi pengamatan yang minim polusi cahaya agar dapat menikmati pemandangan gerhana bulan total dengan optimal.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.