Rahasia Tersembunyi di Balik Gigi Dinosaurus, Lebih dari Sekadar Makanan!

Jejak mikroskopis pada gigi dinosaurus ternyata menyimpan segudang informasi penting tentang kehidupan mereka di masa lalu. Lebih dari sekadar mengungkap menu makanan, studi terbaru menunjukkan bahwa goresan halus pada gigi fosil dinosaurus bisa memberikan petunjuk mengejutkan tentang perilaku makan, kebiasaan migrasi, hingga cara mereka beradaptasi dengan lingkungan purba. Penemuan ini membuka tabir rahasia kehidupan raksasa yang pernah merajai Bumi jutaan tahun lalu.
Rahasia Dinosaurus Raksasa Terkuak dari Gigi
Sebuah tim peneliti internasional baru-baru ini mempublikasikan hasil studi mendalam mereka mengenai gigi fosil dinosaurus Sauropoda. Kelompok dinosaurus herbivora berleher panjang ini mendominasi periode Jurassic. Penelitian yang melibatkan analisis ratusan gigi fosil dari berbagai belahan dunia ini, mengungkap detail perilaku yang sebelumnya sulit diakses oleh para paleontolog. Data ini memberikan gambaran lebih lengkap tentang bagaimana dinosaurus raksasa ini mencari makan, berinteraksi dengan lingkungan, dan beradaptasi dengan perubahan iklim jutaan tahun silam.
Studi ini berfokus pada pemeriksaan 322 pemindaian tiga dimensi dari gigi fosil yang berasal dari 39 individu Sauropoda. Fosil-fosil ini berasal dari berbagai wilayah geografis, termasuk Portugal, Amerika Serikat, dan Tanzania, memungkinkan para peneliti untuk membandingkan pola makan dan perilaku dinosaurus dari benua yang berbeda. Di antara spesies yang diteliti adalah Camarasaurus, yang panjangnya bisa mencapai 18 meter, dan Titanosauriform, yang bisa tumbuh hingga lebih dari 30 meter. Kedua spesies ini mewakili rentang ukuran dan adaptasi yang signifikan dalam kelompok Sauropoda.
Mengintip Kehidupan Dinosaurus dengan DMTA
Inti dari penelitian ini adalah penggunaan metode Analisis Tekstur Microwear Gigi (DMTA). Ini adalah teknik canggih yang memungkinkan para ilmuwan untuk melihat tanda-tanda keausan mikroskopis pada permukaan gigi. DMTA melibatkan pemindaian gigi fosil dengan resolusi tinggi untuk menghasilkan model 3D detail. Model ini kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi goresan dan kerusakan mikroskopis yang disebabkan oleh interaksi antara gigi dan makanan.
"Goresan sekecil ini bisa memberi tahu banyak tentang pola makan dan perilaku dinosaurus," ujar Dr. Daniela Winkler, peneliti pascadoktoral di Universitas Kiel, seperti dikutip dari laman Freie Universität Berlin. Dengan menganalisis pola keausan pada gigi, ilmuwan dapat menentukan jenis makanan yang dikonsumsi dinosaurus, seberapa abrasif makanan tersebut, dan bahkan bagaimana cara dinosaurus tersebut mengunyah makanannya.
Metode DMTA ini memungkinkan para peneliti untuk melampaui identifikasi kasar jenis makanan yang dikonsumsi dinosaurus. Mereka dapat membedakan antara dinosaurus yang memakan tanaman lunak dengan dinosaurus yang memakan tanaman keras dan berserat. Selain itu, pola keausan gigi juga dapat memberikan petunjuk tentang perilaku makan yang lebih kompleks.
Pola Makan Bervariasi Antar Spesies dan Benua
Hasil analisis DMTA mengungkap perbedaan signifikan dalam pola makan antara berbagai spesies Sauropoda dan antara populasi yang hidup di benua yang berbeda. Perbedaan ini mencerminkan variasi dalam ketersediaan makanan, iklim, dan lingkungan tempat tinggal dinosaurus.
* Flagellicaudatan: Kelompok Sauropoda berekor panjang ini menunjukkan pola keausan gigi yang sangat beragam. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki akses ke berbagai sumber makanan dan cenderung mengonsumsi berbagai jenis tumbuhan. * Camarasaurus: Spesimen dari Portugal dan Amerika Serikat menunjukkan keausan gigi yang relatif seragam. Keseragaman ini mengindikasikan bahwa dinosaurus ini mungkin telah melakukan migrasi musiman untuk mencari tanaman tertentu. * Titanosauriform: Spesies dari Tanzania menunjukkan keausan gigi yang lebih intens dibandingkan dengan spesies Sauropoda lainnya. Para peneliti menduga, iklim tropis atau semi-kering di wilayah tersebut menyebabkan pasir kuarsa menempel pada tanaman. Alhasil, pasir ini ikut tertelan saat mereka makan dan menyebabkan kerusakan pada gigi.
Temuan pada fosil gigi Titanosauriform membuktikan bahwa iklim, bukan hanya jenis tanaman, juga bisa menentukan pola keausan dan perilaku makan dinosaurus.
Membuka Tabir Kehidupan Purba Melalui Gigi
Penelitian ini memberikan wawasan berharga tentang kehidupan dinosaurus Sauropoda. Dengan menganalisis jejak mikroskopis pada gigi fosil, para ilmuwan dapat mengungkap detail pola makan, perilaku migrasi, dan adaptasi lingkungan. Penelitian ini juga menunjukkan pentingnya menggunakan metode analisis canggih seperti DMTA untuk mempelajari fosil.
"Dengan jejak mikroskopis ini, kita bisa membuat pernyataan perilaku tentang hewan-hewan raksasa yang punah," kata Dr. Emanuel Tschopp, penulis studi dari Leibniz Institute for the Analysis of Biodiversity Change dan Freie Universität Berlin.
Penelitian di masa depan akan berfokus pada perbandingan pola makan antara Sauropoda remaja dan dewasa, serta adaptasi spesies pulau seperti Europasaurus, yang berukuran lebih kecil. Studi-studi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang kehidupan dinosaurus dan ekosistem Jurassic. Setiap gigi fosil baru menambah potongan teka-teki tentang kehidupan dinosaurus yang pernah menguasai bumi.
Riset ini dipublikasikan pada 18 Juli 2025 di Nature Ecology and Evolution dengan judul "Dental microwear texture analysis reveals behavioural, ecological, and habitat signals in Late Jurassic sauropod dinosaur faunas" oleh Daniela E Winkler dan timnya.