Sekolah Rusak, Bocah-Bocah SD di Bogor Terpaksa Numpang Belajar di Rumah Warga

Kabar memprihatinkan datang dari Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tegal Benteng harus rela belajar di halaman rumah warga. Penyebabnya, gedung sekolah mereka mengalami kerusakan yang cukup parah.
Sekolah Rusak Parah, Proses Belajar Terganggu
Kondisi SDN Tegal Benteng memang jauh dari kata ideal. Dinding kelas retak menganga, atap bocor di sana-sini, dan pondasi bangunan mulai ambles. Menurut para guru, kerusakan ini sebenarnya sudah berlangsung lama. Namun, kondisi diperparah oleh cuaca ekstrem dan pergeseran tanah dalam beberapa bulan terakhir.
"Awalnya cuma retak kecil, tapi lama-lama makin besar. Kalau hujan deras, air langsung masuk ke kelas," ujar seorang guru yang memilih untuk tidak disebutkan namanya. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan keselamatan siswa dan guru, hingga akhirnya diputuskan kegiatan belajar mengajar (KBM) dihentikan sementara di gedung sekolah.
Pantauan di lokasi memperlihatkan ruang kelas yang kosong dan tak terawat. Meja dan kursi ditumpuk di sudut ruangan. Sebagian dipindahkan ke rumah warga untuk dijadikan ruang kelas darurat. Pemandangan kontras terlihat dari semangat siswa yang tetap tinggi untuk belajar, meski di tengah keterbatasan.
Belajar di Tengah Keterbatasan
Kondisi darurat ini berdampak besar pada efektivitas belajar. Suara bising kendaraan, lalu lalang warga, dan cuaca yang tak menentu menjadi tantangan tersendiri. Hujan deras memaksa kegiatan belajar dihentikan atau dipindahkan ke teras rumah warga yang sempit.
"Belajar di sini memang kurang nyaman, tapi mau bagaimana lagi. Yang penting tetap bisa belajar," kata seorang siswa kelas 5 dengan nada lirih. Fasilitas yang minim juga menjadi kendala. Tanpa papan tulis permanen, guru terpaksa menggunakan papan tulis kecil atau menulis langsung di dinding rumah. Materi pelajaran pun disampaikan dengan sederhana, tanpa alat peraga memadai.
Jam belajar pun terpaksa dipangkas. Sekolah hanya bisa menyelenggarakan KBM beberapa jam di pagi hari, sebelum rumah warga digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Alhasil, banyak materi pelajaran yang tertinggal, membuat siswa kesulitan mengejar ketertinggalan.
"Kami berusaha memberikan yang terbaik, tapi memang banyak sekali keterbatasan," keluh seorang guru. Ketidakpastian kapan sekolah akan diperbaiki juga menjadi beban pikiran guru dan orang tua.
Gotong Royong Warga dan Upaya Sekolah
Melihat kondisi ini, warga sekitar SDN Tegal Benteng berinisiatif membantu. Mereka menyediakan halaman, teras, bahkan ruang tamu rumah mereka sebagai tempat belajar darurat. Bantuan ini sangat berarti, meski belum bisa mengatasi semua masalah.
"Kami kasihan melihat anak-anak belajar di tempat yang tidak layak. Sebisa mungkin kami bantu supaya mereka tetap semangat belajar," kata Ibu Aminah, salah seorang warga yang rumahnya digunakan sebagai tempat belajar. Pihak sekolah juga tak tinggal diam. Mereka telah melaporkan kondisi sekolah ke dinas pendidikan setempat dan mengajukan permohonan bantuan perbaikan.
"Kami sudah mengajukan proposal perbaikan sejak beberapa bulan lalu. Semoga segera ada tindak lanjutnya," ujar Kepala Sekolah SDN Tegal Benteng. Pihak sekolah juga aktif berkomunikasi dengan orang tua dan komite sekolah untuk mencari dukungan dan solusi bersama.
Namun, upaya-upaya ini belum membuahkan hasil signifikan. Proses birokrasi yang panjang dan keterbatasan anggaran menjadi kendala utama. Sementara itu, kondisi sekolah terus memburuk.
Harapan untuk Masa Depan Pendidikan
Masyarakat dan pihak sekolah berharap pemerintah daerah segera memberikan perhatian serius pada kondisi SDN Tegal Benteng. Perbaikan atau pembangunan kembali gedung sekolah menjadi solusi jangka panjang yang mendesak.
"Ini investasi untuk masa depan anak-anak kita. Pendidikan adalah hak setiap anak, dan mereka berhak mendapatkan fasilitas yang layak," tegas seorang tokoh masyarakat setempat. Selain perbaikan fisik, peningkatan kualitas guru dan penyediaan fasilitas pendukung belajar juga menjadi prioritas.
Pemerintah daerah diharapkan mengalokasikan anggaran memadai untuk sektor pendidikan, khususnya perbaikan infrastruktur sekolah yang rusak. Partisipasi aktif masyarakat dan pihak swasta juga sangat diharapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SDN Tegal Benteng.
Sambil menunggu solusi jangka panjang, pihak sekolah dan warga terus mencari cara mengatasi keterbatasan. Donasi buku, alat tulis, dan perlengkapan belajar lainnya sangat dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar. Semangat gotong royong dan kepedulian terhadap pendidikan menjadi kunci untuk memastikan anak-anak SDN Tegal Benteng tetap mendapatkan pendidikan berkualitas, meski dalam kondisi serba terbatas. Jika perbaikan tidak segera dilakukan, bukan tidak mungkin proses belajar mengajar akan terhambat lebih parah, bahkan mengancam keberlangsungan pendidikan di SDN Tegal Benteng.