SNBP 2026, Kabar Burung Soal Indeks Sekolah & Blacklist, Beneran Ada?

Kabar tentang Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2026 sudah mulai ramai dibicarakan. Namun, di tengah persiapan, muncul lagi isu lama mengenai indeks sekolah dan "blacklist" sekolah. Sebenarnya, bagaimana duduk perkaranya dan apa pengaruhnya bagi para calon mahasiswa?
Indeks Sekolah di SNBP 2026: Apa Itu Sebenarnya?
Isu indeks sekolah memang bukan barang baru dalam seleksi mahasiswa jalur prestasi. Sederhananya, indeks sekolah bisa dianggap sebagai cara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menilai kualitas dan rekam jejak suatu sekolah. Beberapa PTN menjadikan ini sebagai salah satu faktor penentu kelulusan siswa. Jadi, bisa dibilang nilai rapor siswa bisa disesuaikan berdasarkan "nilai" sekolahnya.
Bagaimana cara kerja indeks ini? PTN mengevaluasi bagaimana alumni dari sekolah tertentu perform setelah kuliah di kampus mereka. Evaluasi ini meliputi banyak hal: prestasi akademik, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan kampus, sampai kontribusi dalam kegiatan mahasiswa. Dari hasil evaluasi ini, PTN memberikan nilai atau bobot tertentu pada sekolah asal.
Sekolah yang alumninya berprestasi dan aktif di kampus cenderung mendapat indeks lebih tinggi. Sebaliknya, sekolah dengan rekam jejak kurang baik bisa mendapat indeks yang lebih rendah. Akibatnya, nilai rapor siswa dari sekolah berindeks rendah bisa jadi dianggap lebih rendah dibanding siswa dari sekolah berindeks tinggi, meski angkanya sama. Ini tentu mempengaruhi peluang lolos SNBP.
"Indeks sekolah adalah salah satu cara PTN untuk menyeleksi calon mahasiswa berkualitas," kata Dr. Anita Sari, pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta. "Tapi, transparansi soal mekanisme dan kriteria penilaiannya perlu ditingkatkan agar tidak menimbulkan persepsi negatif."
Blacklist Sekolah: Mitos atau Fakta?
Selain indeks sekolah, isu "blacklist" sekolah juga sering bikin resah calon mahasiswa. Istilah ini merujuk pada anggapan bahwa ada PTN yang tidak menerima siswa dari sekolah tertentu karena alasan tertentu. Alasannya bisa macam-macam: tingkat keberhasilan alumni dalam menyelesaikan studi yang rendah, atau pelanggaran kode etik yang dilakukan siswa dari sekolah tersebut.
Tapi, benarkah PTN punya sistem blacklist seperti ini? Sejauh ini, belum ada bukti kuat yang menunjukkan PTN secara resmi membuat daftar hitam sekolah. Pihak PTN sendiri umumnya membantah praktik ini. Mereka menegaskan bahwa setiap calon mahasiswa dinilai berdasarkan prestasi dan kualifikasi individu, bukan berdasarkan asal sekolahnya.
Meski begitu, bukan berarti rekam jejak sekolah tidak dipertimbangkan sama sekali. Seperti yang sudah dijelaskan, PTN tetap mengevaluasi kinerja alumni dari berbagai sekolah. Evaluasi ini bisa jadi pertimbangan dalam menentukan kuota penerimaan mahasiswa dari sekolah tersebut.
Pengurangan Kuota: Alternatif Pengganti Blacklist
Daripada menerapkan daftar hitam, PTN cenderung mengurangi kuota penerimaan mahasiswa dari sekolah yang punya rekam jejak kurang baik. Ini dilakukan sebagai bentuk evaluasi dan perbaikan sistem penerimaan mahasiswa. Jika sebuah sekolah punya banyak alumni yang gagal menyelesaikan studi atau melakukan pelanggaran, PTN mungkin akan mengurangi kuota penerimaan dari sekolah tersebut di tahun berikutnya.
"Pengurangan kuota adalah langkah yang lebih bijaksana daripada membuat daftar hitam," ujar Prof. Budi Santoso, Rektor Institut Teknologi Bandung. "Ini memberi kesempatan bagi sekolah untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas pendidikannya."
Pengurangan kuota ini bukan berarti siswa dari sekolah tersebut tidak punya peluang sama sekali untuk diterima di PTN. Siswa berprestasi tetap punya peluang besar untuk lolos SNBP, meski berasal dari sekolah yang kuotanya dikurangi. Hanya saja, persaingan tentu akan semakin ketat, jadi siswa perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB Prof Dr Ir Eduart Wolok ST MT mengatakan, pada konferensi pers SNPMB 2026 di Jakarta, Selasa (16/9/2025), pengurangan kuota dilakukan karena kuota yang diberikan pada tahun sebelumnya tidak diambil oleh siswa yang lulus.
Harapan untuk SNBP 2026: Pemanfaatan Kuota yang Optimal
Menjelang SNBP 2026, ada harapan besar agar kuota yang disediakan bisa dimanfaatkan secara optimal. PTN berharap agar seluruh kuota bisa diisi oleh siswa yang benar-benar berminat dan punya potensi untuk sukses di perkuliahan. Jangan sampai ada kuota yang terbuang percuma karena siswa yang diterima tidak melakukan daftar ulang.
Penting bagi siswa untuk mempertimbangkan pilihan program studi dan PTN dengan matang sebelum mendaftar SNBP. Pastikan pilihan tersebut sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan diri. Jangan hanya ikut-ikutan teman atau terpaku pada gengsi semata. Pilihlah program studi yang benar-benar ingin ditekuni dan PTN yang sesuai dengan visi dan misi hidup.
Selain itu, siswa juga perlu mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk menghadapi seleksi SNBP. Tingkatkan prestasi akademik, aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan kembangkan potensi diri. Manfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia, seperti buku, internet, dan bimbingan belajar. Dengan persiapan yang matang, peluang untuk lolos SNBP akan semakin besar.
"SNBP adalah kesempatan emas bagi siswa berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke PTN impian," kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim. "Manfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin dan raihlah cita-cita setinggi langit."
Dengan transparansi yang lebih baik mengenai mekanisme penilaian, persiapan yang matang dari siswa, dan pemanfaatan kuota yang optimal, SNBP 2026 diharapkan bisa menjadi jalur seleksi yang adil dan efektif bagi calon mahasiswa berprestasi. Mari kita tunggu informasi resmi selanjutnya dari Tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) mengenai detail pelaksanaan SNBP 2026.