Ternyata Bukan Belanda, Inilah Kisah Negara Eropa Pertama yang Menginjakkan Kaki di Nusantara
Bukan Belanda, Inilah Negara Eropa Pertama yang Menginjak Nusantara
Jika berbicara soal masa penjajahan, ingatan kita seringkali tertuju pada Belanda dan narasi "350 tahun dijajah." Namun, tahukah Anda bahwa bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kaki di Nusantara bukanlah Belanda, melainkan Portugis? Mereka lah yang membuka lembaran pertama era kolonialisme Eropa di tanah yang kaya rempah ini.
Mengapa Portugis Berani Menjelajah Samudra?
Latar belakang kedatangan Portugis erat kaitannya dengan jatuhnya Konstantinopel, pusat perdagangan penting di Laut Tengah, ke tangan Turki Ottoman pada tahun 1453. Penutupan jalur perdagangan membuat bangsa-bangsa Eropa harus mencari jalan lain untuk mendapatkan rempah-rempah yang sangat berharga.
Seperti yang dijelaskan Sejarawan Universitas Indonesia, Dr. Susanto Zuhdi, "Penutupan Konstantinopel memaksa bangsa Eropa mencari sendiri sumber rempah-rempah." Portugis dan Spanyol menjadi pelopor penjelajahan samudra, didorong oleh semangat Gold (kekayaan), Glory (kejayaan), dan Gospel (penyebaran agama).
Gold menggambarkan keinginan untuk mencari kekayaan dan keuntungan ekonomi. Glory adalah ambisi untuk meraih kejayaan dan memperluas kekuasaan. Sementara Gospel adalah misi untuk menyebarkan agama Kristen. Ketiga faktor inilah yang menjadi motor penggerak ekspansi bangsa Portugis.
Bagaimana Portugis Sampai di Indonesia?
Pada tahun 1497, Raja Manuel I dari Portugal menugaskan Vasco da Gama untuk memimpin ekspedisi mencari jalur laut ke India, yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. Ekspedisi ini berhasil mencapai Kalikut, India pada tahun 1498. Vasco da Gama kemudian mendirikan pos perdagangan dan benteng di Goa, yang kelak menjadi pusat kekuasaan Portugis di Asia.
Namun, bangsa Portugis menyadari bahwa India bukanlah sumber utama rempah-rempah. Mereka mendengar tentang Malaka, kota pelabuhan strategis yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara. Alfonso de Albuquerque, seorang laksamana Portugis, memimpin ekspedisi untuk merebut Malaka pada tahun 1511.
"Malaka adalah kunci untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Asia," kata Albuquerque, seperti dikutip dari catatan sejarah Portugis. "Dengan menguasai Malaka, kita dapat mengendalikan jalur perdagangan yang menghubungkan India, China, dan Kepulauan Rempah-rempah."
Serangan Portugis ke Malaka dilakukan dengan kekuatan armada yang signifikan. Sebanyak 18 kapal dengan meriam besar dan lebih dari 1.200 prajurit berhasil menaklukkan kota tersebut. Kejatuhan Malaka menandai dimulainya era penjajahan Portugis di Nusantara.
Setelah menguasai Malaka, Portugis melanjutkan ekspedisi ke Kepulauan Maluku yang kaya akan rempah-rempah. Mereka mendirikan pos perdagangan di Ternate dan Tidore, serta menjalin hubungan dengan penguasa lokal. Portugis berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah seperti cengkeh dan pala, yang sangat berharga di pasar Eropa.
Namun, tindakan sewenang-wenang dan kejam bangsa Portugis memicu perlawanan dari masyarakat Maluku. Pembunuhan Sultan Hairun dari Ternate oleh Portugis pada tahun 1570 memicu pemberontakan yang dipimpin oleh Sultan Baabullah. Perlawanan ini berhasil mengusir Portugis dari Maluku pada tahun 1575.
Seperti Apa Akhir Penjajahan Portugis di Indonesia?
Meski terusir dari Maluku, Portugis tetap memiliki pengaruh di wilayah lain di Nusantara, terutama di Timor Timur. Mereka berhasil mempertahankan kekuasaan di Timor Timur selama berabad-abad, hingga wilayah tersebut merdeka pada tahun 2002.
Kehadiran Portugis di Nusantara juga diwarnai persaingan dengan Spanyol. Perjanjian Saragosa pada tahun 1529 membagi wilayah pengaruh antara Portugis dan Spanyol, dengan Spanyol meninggalkan Maluku dan memusatkan perhatiannya di Filipina.
Namun, kekuatan Portugis mulai memudar seiring dengan kedatangan bangsa Belanda. Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Belanda, berhasil menguasai sebagian besar wilayah Nusantara, termasuk Maluku. Kekuasaan Belanda di Nusantara berlangsung hingga pendudukan Jepang pada Perang Dunia II.
Meskipun tidak selama dan sebesar penjajahan Belanda, kehadiran Portugis meninggalkan dampak yang signifikan terhadap sejarah dan budaya Indonesia. Mereka memperkenalkan agama Katolik, bahasa Portugis, dan berbagai aspek budaya Eropa lainnya. Jejak-jejak peninggalan Portugis masih dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di Maluku dan Timor Timur. Kehadiran mereka membuka lembaran baru dalam sejarah interaksi antara Eropa dan Nusantara, sebuah babak yang diwarnai oleh ambisi, persaingan, dan perlawanan. Walaupun kekuasaan Portugis memudar, warisan mereka tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah bangsa Indonesia.