Ternyata Wabah Dahsyat Pernah Terjadi Jauh Sebelum Corona, Ini Biang Keladinya!

Table of Contents
Ternyata Wabah Dahsyat Pernah Terjadi Jauh Sebelum Corona, Ini Biang Keladinya!


Jauh sebelum pandemi COVID-19 melanda, dunia pernah diguncang wabah mengerikan. Para ilmuwan baru-baru ini mengungkap jejak pandemi yang dikenal sebagai Wabah Justinian, sebuah peristiwa kelam yang terjadi sekitar 1.500 tahun silam. Wabah dahsyat ini, yang menjalar di wilayah Mediterania Timur, ternyata disebabkan oleh bakteri mematikan bernama Yersinia pestis—biang keladi wabah pes yang lebih dikenal di masa lampau.

Wabah Justinian: Pandemi Pertama yang Mematikan

Wabah Justinian, diperkirakan berlangsung dari tahun 541 hingga 750 M, sering kali disebut sebagai salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah. Puluhan juta nyawa melayang akibat penyakit ini, mengubah tatanan sosial, ekonomi, dan politik Kekaisaran Bizantium serta wilayah sekitarnya. Dampaknya begitu besar sehingga memengaruhi arah peradaban di Barat.

Identifikasi Yersinia pestis di Kuburan Massal Jerash

Sebuah tim ilmuwan dari University of South Florida (USF), Florida Atlantic University (FAU), serta peneliti dari India dan Australia, berhasil mengidentifikasi keberadaan Y. pestis dalam sampel DNA yang diekstraksi dari kuburan massal di Jerash, Yordania. Kota kuno ini, terletak sekitar 322 kilometer dari lokasi awal wabah di Pelusium, Mesir, menjadi saksi bisu penyebaran penyakit mematikan ini.

"Penemuan ini memberikan bukti kuat yang selama ini dicari mengenai keberadaan Y. pestis di pusat penyebaran Wabah Justinian," ungkap Dr. Rays H.Y. Jiang, pemimpin studi dan profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat USF.

Misteri Penyebab Wabah Terpecahkan?

Penemuan ini memberikan titik terang baru mengenai penyebab wabah dahsyat yang telah lama menjadi misteri. Selama berabad-abad, para sejarawan dan ilmuwan hanya mengandalkan catatan-catatan tertulis yang tidak selalu akurat. Kini, dengan ditemukannya bukti biologis langsung, para peneliti dapat membuka jendela genetik pertama untuk memahami bagaimana pandemi ini berkembang di jantung kekaisaran.

Dengan menggunakan teknik DNA purba, para ilmuwan berhasil mengekstrak materi genetik dari delapan gigi manusia yang digali dari pemakaman kuno di Jerash. Analisis genomik menunjukkan bahwa para korban wabah membawa galur Y. pestis yang sangat mirip. Bukti ini, untuk pertama kalinya, mengkonfirmasi keberadaan bakteri tersebut di Kekaisaran Bizantium antara tahun 550 dan 660 Masehi. Keseragaman genetik dalam kuburan kuno ini menunjukkan bahwa wabah tersebut menyebabkan kematian massal di kota yang dulunya merupakan pusat perdagangan dan hiburan yang ramai.

Jejak Bakteri Purba di Masa Kini

Analisis ratusan genom Y. pestis purba dan modern, termasuk yang baru ditemukan dari Jerash, menunjukkan bahwa bakteri tersebut telah beredar di antara populasi manusia selama ribuan tahun sebelum Wabah Justinian. Penelitian ini juga memberikan wawasan baru mengenai evolusi wabah selama ribuan tahun.

Evolusi Wabah dari Masa ke Masa

Penelitian ini sekaligus mengungkapkan bahwa wabah pes yang melanda Eropa pada abad ke-14, yang dikenal sebagai Black Death, dan wabah modern, tidak berasal dari satu galur leluhur yang sama. Para peneliti berpendapat bahwa pandemi bisa muncul secara independen dan berulang dari reservoir hewan yang telah lama ada, kemudian mewabah dalam berbagai gelombang di banyak wilayah dan zaman.

Ancaman Wabah Belum Usai

Meskipun Y. pestis dianggap sebagai bakteri purba, bakteri ini masih ada hingga kini. Pada Juli 2023, seorang penduduk Arizona utara meninggal dunia akibat pneumonia, bentuk infeksi Y. pestis yang paling mematikan, menandai kematian pertama di AS akibat penyakit ini sejak 2007.

"Kita telah bergulat dengan wabah selama ribuan tahun, dan ancamannya belum hilang," tegas Dr. Jiang.

Studi ini juga menekankan bahwa pola pandemi terjadi berulang kali dari reservoir hewan, berbeda dengan COVID-19 yang muncul dari satu peristiwa spillover. Pandemi merupakan fenomena biologis yang terus muncul, dipengaruhi oleh mobilitas manusia dan interaksi dengan lingkungan yang berubah.

Menelusuri Sejarah Pandemi untuk Masa Depan

Saat ini, tim peneliti memperluas studi mereka ke situs-situs bersejarah lainnya, termasuk pulau karantina Lazzaretto Vecchio di Italia, untuk menelusuri hubungan antara patogen, kota, dan kebijakan kesehatan masyarakat di masa lalu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai sejarah pandemi dan bagaimana masyarakat merespons ancaman penyakit menular.

"Bekerja dengan sisa-sisa manusia purba dan menggunakan sains modern untuk menceritakan kisah mereka adalah pengingat tentang kemanusiaan kita bersama lintas waktu," kata Dr. Greg O'Corry-Crowe, rekan penulis studi. Temuan ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan strategi yang lebih efektif untuk mencegah dan mengendalikan wabah penyakit di masa depan.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.